www.izzuka.com

#02 Lanjutan Mengapa Kecil

Kecil itu aman

           Seorang anak berusia 18 bulan sedang belajar berjalan. Sesekali dia jatuh. Jatuhnya hanya mengakibatkan sakit, tetapi hanya sedikit. Lalu ia akan bangkit lagi untuk meneruskan belajar berjalan. Jatuh lagi, bangkit lagi. Rasa sakit yang kecil karena gagal dalam berjalan itu tak mempengaruhi jiwanya, sehingga ia lanjut terus, tidak kapok-kapok.

          Lain halnya, bila seorang tua paska sakit stroke. Ia setengah lumpuh. Lalu ia belajar berjalan. Ketika jatuh akan beresiko tinggi. Bisa cedera berat. Cedera berat tersebut mampu mempengaruhi mentalnya. Timbul kekhawatiran dan ketakutan setelah jatuh dan cedera. Kegagalan yang begitu besar, membuat ia tak berani memulai belajar berjalan kembali.

Siapa yang tak pernah mengalami kegagalan? Bukankah takut akan kegagalan sama saja takut akan keberhasilan?

Hanya saja, kini kita berpikir lebih cerdas lagi, yakni bagaimana kegagalan tidak memberi efek tidak memulai belajar dan menulis kembali? Maka, kegagalan kecil lah yang membuat kita akan terus lanjut, karena itu tidak menyakitkan sekali.

          Maka, konsep yang sama berlaku pula dalam memulai perilaku atau kebiasaan belajar dan menulis. Jika kita ingin belajar dan menulis, ada banyak tempat yang berlainan untuk memulai. Misalkan, ada beberapa alternatif:

  1. Belajar dan menulis ilmu bersama ulama di negeri jauh. 
  2. Belajar dan menulis ilmu bersama asatidzah di ponpes, mondok.
  3. Belajar dan menulis ilmu di ponpes, sistem mustami. Ikut pelajaran sesuai kebutuhan dan waktu yang tersedia di tengah kesibukan.
  4. Belajar dan menulis ilmu dari rekaman kajian di Channel, download dan dengarkan, dipadu dengan mengikuti kajian pekanan di masjid daerah setempat.
  5. Dan banyak lagi kreativitas cara Belajar dan Menulis.
          Dari berbagai perilaku kebiasaan Belajar dan Menulis, investasi waktu dan dana berbeda-beda sesuai ekspetasi masing-masing. Tentu saja juga mempunyai tingkat resiko yang berbeda pula. Dan, sesuai akal sehat, jarang sekali orang pergi menuntut ilmu ke negeri jauh di sisi ulama, tanpa mencoba belajar dulu di negeri sendiri sesuai kemampuan.
          
          Mengapa?
          
          Orang biasapun akan berpikir, bahwa memulai belajar dan menulis itu terasa sulit jika hal tersebut terlalu besar. Jika kita belum mampu belajar dan menulis seperti di poin 4, yaitu dengan tingkat kesulitan paling rendah, maka kitapun tak berani menjalankan perilaku Belajar pada poin 3 dan 2, apalagi poin 1. 

          Jika kita paksakan belajar dan menulis pada poin 3,2 atau 1, sementara kita masih punya tanggung jawab memberi nafkah keluarga dengan bekerja misalkan, kemungkinan besar kita akan mengalami kesulitan, bahkan zalim terhadap keluarga. Ketika hal tersebut kita paksakan untuk dijalankan, lalu menuai masalah, kemungkinan kita akan kehilangan kepercayaan kepada ilmu, yang malahan berakhir "berhenti total dari belajar dan menulis". Futur. Buat apa berbuat seperti itu? Akan merugikan diri sendiri, menyulitkan dan tidak menyenangkan.
          
          Yang kecil itu terselubung, tak nampak, dan resiko bisa dihindari. Kita bisa berubah semakin berilmu dan beramal tanpa menimbulkan kehebohan, tanpa keterkenalan. Tak ada yang iri atau dengki kepada kita, sehingga bisa jadi menghalangi kita dalam menjalankan perilaku kebiasaan belajar dan menulis. Otomatis tekanan mental dan pikiran kepada kita berkurang.
          
          Karena perilaku ini begitu kecil dan fleksibel, resiko "baper" pun lenyap. Tak ada kegagalan berarti. Kalaupun ada, seakan "sandungan kecil", yaaah ... kecil, paling sedikit goyang, tak sampai jatuh terjerembab, tidak sampai malu banget, lanjut jalan lagi. Beres.

          Mulailah belajar dan menulis sedikit setiap hari, terus lanjut, in sya Allah akan berkesinambungan menuju perubahan besar, bertambah ilmu dan bertambah amalan, konsisten.

          Kegagalan kecil bukanlah kegagalan, tetapi itulah kebiasaan belajar dan menulis yang sedang tumbuh kembang terbentuk.

Kecil itu Bisa Tumbuh Menjadi Besar

          Mitos perubahan mengatakan, bahwa kita harus melakukan hal besar atau tidak sama sekali. Dan, kini kita hidup dalam budaya yang digerakkan oleh aspirasi yang berakar pada pendapatan uang besar-besaran secara instan, bahkan passive income (pendapatan pasif) tanpa bekerja. Dengan demikian, kita sulit untuk menerapkan, bahkan menerima suatu kemajuan yang bertahap. Kita akan menjadi frustasi dan putus harapan ketika segalanya tak terjadi dengan segera. Sesuatu yang serba seketika dianggap suatu perubahan alami dan normal.
          
          Padahal, satu-satunya cara yang konsisten dan berkelanjutan untuk tumbuh besar, adalah dengan memulai dari kecil. Kemajuan secara bertahap, itulah yang dibutuhkan untuk menumbuhkan perubahan jangka panjang yang sarat makna.
          
          Kita dapat ibaratkan, cara terbaik untuk makan ikan paus raksasa, adalah satu gigitan demi satu gigitan. 
          
          Tindakan kecil sederhana yang fokus, seperti hanya menuliskan atau melisankan satu tugas belajar dan menulis hari ini, akan memicu reaksi berantai yang akan menggerakkan seluruh hari kita.
          
          Satu aksi kecil belajar atau menulis, bagaikan satu gigitan kecil tadi, pada mulanya mungkin terasa tidak penting, tetapi itu memungkinkan kita membangun momen yang kita butuhkan untuk naik menuju tantangan lebih besar dan kemajuan lebih cepat. Tahu-tahu kita telah menghabiskan seluruh ikan paus tersebut.

***
Sederhana itu Lebih - Less is More. Desain bukanlah menambah-nambah biar berfungsi, tetapi desain adalah menyederhanakan agar berdaya guna.
Produk

Online Shop
Buku, Peranti belajar,
dan sebagainya



Misi


Fakta
Ciri Khas Artikel



F A Q (Frequently Asked Questions)
Pertanyaan yang sering diajukan

Silahkan chat dengan tim kami Admin akan membalas dalam beberapa menit
Bismillah, Ada yang bisa kami bantu? ...
Mulai chat...