www.izzuka.com

#05 Variabel Kebiasaan berlaku untuk semua Perilaku atau Kebiasaan

           Apapun perilaku atau kebiasaan itu mempunyai pola yang sama, Motivasi, Kemampuan dan Pemicu. Apakah itu perilaku baik maupun buruk, kebiasaan baik ataupun jelek. Tak ada yang berbeda. Konsep ini sangat penting bagi siapapun yang ingin berusaha mengubah kebiasaan yang - in syaa Allah - akan mengubah pula kehidupannya lebih baik dan lebih baik lagi. Ya, tentu saja bisa pula mengadakan perubahan kehidupan ilmiah dan amaliyahnya.
          
          Baiklah, kita langsung ke contoh.

          Aku katanya dikenal sebagai sosok arsitek. Ya, memang itulah latar belakang sekolahku. Hanya saja aku "free lance" tidak bergabung dalam suatu konsultan arsitek besar.
          Aku memiliki kebiasaan, ingin sesekali mengubah suasana kerja sebagai arsitek. Sehingga terkadang aku menata ulang ruang kerjaku. Hanya saja karena, yang ditata ulang terkadang perabotan ruang kerja, buku-buku, barang-barang alat tulis kantor yang begitu banyak, akhirnya aku mengerjakannya tidak sekali kerja. Aku lakukan sesantai mungkin, dsn jangan sampai mengganggu pekerjaan utamaku dalam mengerjakan order-order desain. Sehingga penataan ulang ruang kerja, biasa aku lakukan dengan "dicicil". Tidak langsung hari itu selesai dan rapi. Namun aku lakukan bertahap, seluang waktunya dan sebisanya. Jika belum selesai hari itu, aku lanjutkan keesokan harinya. Begitu seterusnya sampai selesai. 
     
          Saat telah selesai dan rapi, misalkan suatu hari, lalu keesokannya aku mulai kerja dengan ruang kerja penataan baru, aku merasakan semburan energi. Ruang kerja seperti benda hidup, yang berkata, "Kamu siap memulai hari ini, dengan energi baru, in sya Allah hari ini, kebaikan dan kebarokahan akan ada padamu."     
          Ketika, aku bertanya pada diriku sendiri, "Apakah kebiasaan menata ulang ini, aku lakukan dengan berat?" akupun menjawab dalam kalbuku, "Oh tidak, aku sekedar melakukannya suatu hari, dan sesantai mungkin, dicicil berhari-hari, disesuaikan kegiatan utamaku.     
          Aku tak terlalu memikirkan kebiasaan merapikan, menata ulang ruang kerjaku. Bahkan, setelah agak lama, barulah hal tersebut menyadarkan aku bahwa itu kegiatan yang positif.      
  
          Namun, ketika aku mencoba merenungkan tentang kebiasaanku, aku merasa terkadang ada kebiasaan yang kontraproduktif, kebiasaan yang sebetulnya aku tidak inginkan. Aku juga heran, mengapa di tengah-tengah hal-hal yang positif, ada aja hal buruk menjadi kebiasaanku.
          Apakah itu?
          Mungkin jika dikatakan buruk, tidak juga, tetapi kurang manfaat sehingga kebiasaan tersebut sia-sia. Boleh jadi kita sebut sebagai kekurangan, dalam hal perilaku atau kebiasaan.
          Yaitu, "Melihat, dan membuka HP, ketika baru bangun tidur, di tempat tidur. Membuka-buka aplikasi medsos, membaca komentar-komentar teman yang kurang bermanfaat. Aku sangat membencinya, tetapi aku tak bisa menghentikan perilaku tersebut."
          Mengapa itu bisa tejadi?
          Semua itu dimulai, karena HP ada alarmnya. Saat HP berbunyi, aku mengambil dari meja kecil di samping tempat tidur. Mematikan alarm. Menaruh kembali HP. Lalu melakukan ritual bangun tidur menurut Islam. HP yang tergeletak, seolah-olah ada tangan yang melambai-lambai mengajak membukanya. Ya, aku bukalah, medsos dan medsos.
          Padahal, aku telah membuat suatu resolusi cetar membahana, untuk melakukan beberapa kegiatan setelah bangun tidur. Di antaranya, menulis ilmu, setiap hari. Beberapa hari aku melakukannya, beberapa melewatkannya. Itu bukan karena aku memutuskan untuk tak melaksanakannya, melainkan karena aku terisap dalam pusaran sinyal digital meskipun telah bangun awal. Angka-angka merah notifikasi seakan menjerit-jerit, merengek-rengek untuk diperhatikan, direspon. Satu tap akan membawa ke sebuah komentar, yang akan membawa ke link-link lain yang telah disertakan bersama komentar-komentar. Tahu-tahu adzan berkumandang.
          Hari yang baru, telah dimulai dengan tidak melakukan janji pada diri sendiri untuk menulis ilmu, entah sembarang satu paragraf. Mulailah aku mengkritik diri sendiri dengan perasaan bersalah. Aku tak suka tenggelam dalam jebakan pola tersebut. Sisi kalbuku yang lain menentang, "Tapi khan aku berhasil dalam hal-hal yang positif, ...buktinya ruang kerjaku sensntiasa ada desain baru, tata ruang dalam gres."


          Nah, sekarang kita renungkan kedua kebiasaanku itu secara serempak:
          ✓ Menata ulang ruang kerja
          ✓ Tak bisa berhenti membuka HP
          
          Dua kebiasaan dan dua perasaan yang sangat berlawanan.

          ✓ Satu kebiasaan membuatku merasa senang, merasa bahagia, dan membantu mencapai aspirasi yang lebih besar dalam hal produktivitas kerja. Kebiasaan beres-beres dan merapikan ulang ruang kerjaku ini menjadi begitu otomatis sehingga aku tak merasa dibebani pikiran apapun.

          ✓ Bertentangan dengan itu, melihat isi HP itu menyenangkan ketika dilakukan, tetapi membuat kecewa terhadap diriku sendiri setelahnya. Membuka aplikasi medsos di tempat tidur membuatku galau, tetapi seringkali aku tidak mampu menahan diri untuk tidak melakukannya. (ini mirip kejelekan yang sulit ditahan untuk melakukannya, karena ganjaran enaknya langsung dirasakan, sedangkan imbalan hukumannya nanti-nanti)
          
          Perilaku tersebut terasa sangat bertentangan bagiku. Namun, variabelnya sama. Semua perilaku atau kebiasaan digerakkan oleh tiga variabel yang telah disampaikan sebelumnya. Dan, akhirnya akupun mendapatkan kebiasaan ketiga yang tidak jelas kekonsistenannya, kebiasaan menulis ilmu. Kebiasaan menulis ilmu yang telah didesain buruk dengan penghambat atau penghalang kebiasaan buka HP di tempat tidur, setelah bangun tidur.
          
          Motivasi, Kemampuan, dan Pemicu masing-masing orang akan berbeda dalam berbagai macam situasi, bisa pula tergantung budaya dan usia. Hanya saja tiga variabel itu tetap menjadi dasar terjadinya perilaku dalam kondisi apapun.
          
          Perhatikan "Model Perilaku Fogg" ini. Ini diambil dari referensi tulisan ini.
          
          Pertama, yang perlu kita perhatikan adalah titik besar tersebut. Itu adalah kebiasaan sang Aku merapikan ruang kerja. Lokasi titik besar itu memberitahu kepada kita:

Motivasi dan Kemampuan berada pada gambar di daerah tindakan. Kita bisa lihat, jika Motivasi berada di tengah dan Kemampuan berada di tengah di posisi Mudah dilakukan, di atas Garis Tindakan, dan ada Pemicu.

✓ Kini, kita perhatikan Garis Tindakan tersebut. Ketika perilaku terpicu sampai di atas Garis Tindakan, perilaku tersebut akan terjadi atau tereksekusi.

✓ Misalkan kita punya Motivasi tinggi, seperti keinginan menata ulang ruang kerja, tetapi tidak memiliki Kemampuan, misalkan sakit. Kita akan jatuh, berada di bawah Garis Tindakan, di posisi Sulit dilakukan. Dan, ada perasaan frustasi jika ada Pemicu untuk  melakukannya.

✓ Di sisi lain, jika kita mampu melakukan perilaku tersebut yakni di posisi Mudah dilakukan, tetapi Motivasi rendah atau sama sekali tak punya Motivasi, walaupun ada Pemicu, kita tak akan melakukan perilaku tersebut. Pemicu itu hanya seperti semacam gangguan.

✓ Yang membuat perilaku di atas Garis Tindakan, adalah kombinasi antara Motivasi yang semakin ke atas dan Kemampuan yang semakin ke kanan. Sehingga perilaku akan terjadi ketika kombinasi antara Motivasi dan Kemampuan berada pada area di atas Garis Tindakan.

          Setelah ini kita akan lanjut, melihat perilaku membuka HP, dan medsos ketika di tempat tidur sang Aku pada gambar Model perilaku Fogg.

Desain Kebiasaan Belajar dgn Menulis
dan Menulis untuk Belajar - Saban Hari

***

WhatsAb Sabar
WhatsApp Salafy Asyik Belajar Saban Hari

Sederhana itu Lebih - Less is More. Desain bukanlah menambah-nambah biar berfungsi, tetapi desain adalah menyederhanakan agar berdaya guna.
Produk

Online Shop
Buku, Peranti belajar,
dan sebagainya



Misi


Fakta
Ciri Khas Artikel



F A Q (Frequently Asked Questions)
Pertanyaan yang sering diajukan

Silahkan chat dengan tim kami Admin akan membalas dalam beberapa menit
Bismillah, Ada yang bisa kami bantu? ...
Mulai chat...