www.izzuka.com

#06 Lanjutan Variabel Kebiasaan berlaku untuk semua Perilaku atau Kebiasaan

           
          Coba lihat titik besar tersebut, pada gambar di bawah ini. Motivasi setinggi-tingginya, dan kemampuan tinggi pula pada posisi Mudah dilakukan. Daaaan, Pemicu yang sangat dapat diandalkan: alarm HP berbunyi setiap hari, pada pukul yang sama.

                    Ketika kita melihat pola tersebut, sangat masuk akal mengapa sang Aku yang usahanya telah berjalan, jika tidak bisa dikatakan berhasil, ya cukup lancar, memiliki kompeten pada bidangnya, bahkan kata sekolahnya dulu berbakat di arsitektur, kok mengalami kesulitan mengusir kebiasaan melihat HP ketika bangun tidur, di tempat tidur?
          
          Dan, kita bisa lihat mengapa kebiasaan tersebut mampu bertahan. Jika tak ada yang diubah - variabel perilaku - , kemungkinan besar sang Aku akan terus membuka HP, dan resolusi kebiasaan menulis ilmunyapun terlantar, tersendat-sendat, goncang dan tak konsisten.
          
          Untuk itu, kita harus melakukan 2 hal:
          1. Mendesain ulang perilaku kebiasaan melihat HP.
          2. Mendesain ulang perilaku kebiasaan menulis ilmu.

          Yang perlu diingat adalah 
          ✓ tidak ada satu solusi untuk satu perilaku kebiasaan.
✓ Dan, tugas kita adalahmenyesuaikan variabel-variabelnya - Motivasi, Kemampuan dan Pemicu - 
✓ kemudian mencari kombinasi mana yang paling pas dalam suatu situasi untuk menimbulkan perilaku kebiasaan yang kita inginkan.
          Misalkan, 

✓ kita harus mendesain konteks lingkungan yang membuat melihat HP sulit dilakukan, dengan kata lain Kemampuan pada gambar Fogg, ditarik ke kiri ke arah Sulit dilakukan.
          Atau,
✓ mengubah motivasi untuk melihat HP menjadi rendah.

          Baru setelah itu, kita bisa memeriksa perilaku kebiasaan menulis ilmunya.
          
          Nah, sekarang kita analisis lebih detail.

Motivasi dan Kemampuan memiliki Hubungan Kompensasi
          Begitu kita memahami dan menyadari prinsip ini bekerja, kita akan bisa mendesain perilaku kebiasaan apapun yang kita inginkan. Tentu saja, termasuk perilaku kebiasaan Belajar dengan Menulis.

1. Semakin kita termotivasi untuk melakukan suatu perilaku kebiasaan, semakin besar kemungkinan kita melakukan perilaku tersebut.

          Ketika Motivasi tinggi, kita tidak hanya bertindak saat ada Pemicu, tetapi kita juga sanggup melakukan hal-hal yang sulit sekalipun, dengan Kemampuan di posisi Sulit dilakukan. Kita mungkin pernah mendengar berita, 
seorang ibu atau ayah melindungi anaknya dari bencana alam gempa bumi, sehingga anak tersebut terselamatkan dari reruntuhan bangunan. Bahkan, diberitakan sang Ayah meninggal dalam posisi membungkuk, sedangkan di bawahnya ada anaknya yang selamat terlindungkan oleh badan ayahnya. 

          Kita pasti mengerti kaitannya dengan gambar Model Perilaku Fogg itu.

          Adrenalin menyembur, spekulasi tinggi, tetapi hal yang sulit dan genting tereksekusi.

          Ketika Motivasi sedang-sedang saja, kita akan melakukan suatu perilaku, hanya jika perilaku tersebut cukup mudah - seperti kebiasaan sang Aku menata ulang ruang kerjanya.

2. Semakin sulit suatu perilaku kebiasaan dilakukan, semakin kecil kita melakukannya
          Suatu waktu, ada pesan singkat di HP dari teman, "Bagaimana hasil cetakan kitab yang dicetak percetakan yang di Jogja?"
          Langsung, aku foto beberapa halaman kitab, dan tak lupa cover kitab atau sampul kitab hasil cetakan percetakan tersebut. 
          
          Pause Selingan, ...
          Sedikit info, memang percetakan tersebut bersedia mencetak kitab atau buku dalam jumlah sedikit. Kualitas cetakan mirip dengan kitab atau buku asli, bisa memakai jenis kertas book paper (warna kertas kuning seperti kertas kitab atau buku novel). Covernya pun kualitas bagus punya, ya seperti kitab atau buku asli, bisa glossy (mengkilap) ataupun doff (tidak mengkilap). Hanya saja harga cetaknya memang lebih mahal dari pada mencetak umumnya. Mungkin 3x lipatnya, jika buku dengan jumlah halaman kisaran 200 halaman dengan ukuran kertas A5 (seukuran novel) di percetakan umum mesti minimal cetak 1000 buku, ongkos cetak kisaran 10k. Jika di percetakan yang di Jogja tersebut, ongkos cetaknya 30k. Namun, jika dibanding fotocopy, tetap lebih murah atau setidaknya sebanding. Jika kita jual, masih ada selisih harga sedikit, dengan harga jual bersaing buku yang sejenis.
          
          Baik, kita kembali ke tema.

          Akankah aku menfotokan kitab tersebut untuk dikirim ke teman? Tentu. Hal itu, hanya membutuhkan: mengambil kitab cetakan percetakan di Jogja di rak buku, buka aplikasi foto, buka halaman kitab, "Cekrek ...," buka sampul kitab, "Cekrek ...," dan send. Beres.

          Hanya gangguan kecil terhadap kegiatanku. Ndak masalah. Bukan masalah besar, mudah dilakukan.
          
          Sekarang, misalkan - misalkan ya, karena tak ada contoh kejadian nyata - teman tersebut meminta kita membacakan seluruh isi kitab tersebut keras-keras untuk diperdengarkan via HP, dan teman mendengarkan di seberang sana, reaksi kita tentu akan berbeda. Kita sangat butuh Motivasi yang tinggi untuk melakukan perilaku tersebut. Motivasi tinggi itu akan terdongkrak, jika misalkan teman kita itu terganggu penglihatannya sehingga tak bisa membaca, atau kita ditawari bayaran sekian rupiah untuk melakukannya, dan sebagainya. Hal-hal tersebut mungkin saja efektif untuk terjadinya perilaku tersebut.

          Kesimpulannya: Kita butuh Motivasi tinggi untuk melakukan hal yang sulit. Semakin berat perilaku, semakin kita perlu Motivasi besar.
          
          Sehingga kebalikan dari itu adalah: 
semakin mudah suatu perilaku untuk dilakukan, semakin besar pula kemungkinan perilaku tersebut menjadi kebiasaan.

          Dan, ini berlaku untuk kebiasaan baik seperti belajar dan menulis, maupun kebiasaan buruk seperti membuka-buka medsos tanpa manfaat. Perilaku tetap perilaku, semua bekerja dengan cara sama, gabungan dari tiga variabel di atas.

          
          Renungkan kebiasaan sang Aku melihat isi HP, medsos dan medsos di tempat tidur. Sang Aku mengambil HP karena alarmnya (Pemicu), sebagai langkah berikutnya melihat medsos di HP (Perilaku kebiasaan), dan sangatlah mudah dilakukan (Kemampuan). Tentang keinginannya (Motivasi)? Jangan tanya!

Desain Kebiasaan Belajar dgn Menulis
dan Menulis untuk Belajar - Saban Hari

***

WhatsAb Sabar
WhatsApp Salafy Asyik Belajar Saban Hari

Sederhana itu Lebih - Less is More. Desain bukanlah menambah-nambah biar berfungsi, tetapi desain adalah menyederhanakan agar berdaya guna.
Produk

Online Shop
Buku, Peranti belajar,
dan sebagainya



Misi


Fakta
Ciri Khas Artikel



F A Q (Frequently Asked Questions)
Pertanyaan yang sering diajukan

Silahkan chat dengan tim kami Admin akan membalas dalam beberapa menit
Bismillah, Ada yang bisa kami bantu? ...
Mulai chat...