www.izzuka.com

#07 Lanjutan Variabel Kebiasaan berlaku untuk semua Perilaku atau Kebiasaan

3. Motivasi dan Kemampuan bekerja sama bagaikan satu tim
          Kita butuh memiliki Motivasi dan Kemampuan agar suatu perilaku di atas Garis Tindakan. Namun, Motivasi dan Kemampuan bisa saling mengisi seperti satu tim kerja yang solid. Jika salah satunya melemah, yang lain butuh dibawa ke atas lengkung Garis Tindakan agar menjadi lebih kuat.
 
          Dengan kata lain,
          Besarnya satu variabel (Motivasi) yang kita miliki memengaruhi besarnya variabel lain (Kemampuan) yang kita butuhkan.
          
          Dengan memahami hubungan antara Motivasi dan Kemampuan menjadi kunci kepada cara-cara baru dalam menganalisis dan merancang perilaku kebiasaan. Termasuk kebiasaan Belajar dan Menulis. Jika kita mempunyai salah satu variabel dalam jumlah kecil, kita membutuhkan variabel yang lain dalam jumlah yang lebih besar. Keseimbangan asimetris.
          
          Kebiasaan sang Aku, menata ulang ruang kerjanya, akhirnya menular kepada kebiasaan beres-beres rumah. Setiap ada yang berantakan sedikit, dan yang berantakan itu berada di lintasan kesibukan sehari-hari, langsung mata dan tangan rasanya "gatel" ingin beberes. Karena itu, sedikit saja ada barang yang berantakan, langsung ditaruh di tempatnya kembali. Itu pun sambil lalu, karena sambil melakukan kegiatan utama, dan berada di lintasan kegiatan tersebut. Maka, kebiasaan tersebut tidaklah membebani. Artinya bukan sesuatu yang membuat pekerjaan utama terlantar, karena itu kecil dalam hal waktu maupun perbuatan. Motivasi cukup, dan mudah dilakukan. 
          
          Kemampuan melakukan kebiasaan beres-beres dimulai dari ranah mudah, dan semakin sering dilakukan, prosesnyapun menjafi semakin efisien dan efektif

          Secara umum, semakin kita sering melakukan suatu perilaku, semakin mudah perilaku tersebut dilakukan, akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang otomatis dilakukan, tanpa pikiran sadar, tetapi telah terkendali oleh pikiran bawah sadar.

          Bayangkan, awalnya "kecil, mudah, di lintasan kegiatan" kemudian berulang-ulang sering dilakukan sehingga "semakin mudah", akhirnya "sangat mudah" bahkan terasa "ringan" tanpa terasa.

          Bahkan ada yang mengungkapkan dari guru kita, "Jika sering bersentuhan dengan sesuatu, maka hilang rasa pada sesuatu itu." (Ucapan Ustadz Usamah Mahri dalam Kajian Raudhatul Uqala) Subhanallah.
          
          Sekarang, perhatikan gambar model perilaku Fogg kembali di bawah ini.         
          
          Bisa kita lihat bagaimana suatu perilaku dilakukan terjadi seiring waktu: 

Perilaku 1 > Perilaku 2 > Perilaku 3

Sebagian besar perilaku menjadi lebih mudah jika dilakukan berulang.
          
          Bahkan, di hari-hari dimana Motivasi sang Aku ngedrop, kebiasaan beres-beres itu maSih cukup mudah dilakukan, karena telah terbiasa.
          
          Satu hal penting: 
Seandainya sang Aku memulai perilaku beres-beresnya dengan membereskan, merapikan seluruh rumahnya, ia tak akan bisa mengembangkan perilaku beres-beres itu menjadi kebiasaan. Ketika ia butuh melakukan kegiatan utamanya, sang Aku akan melewatkan beres-beres seluruh rumah tersebut.

4. Tak ada Perilaku yang terjadi tanpa Pemicu
          Jika tak ada Pemicu, mau setinggi apapun Motivasi dan Kemampuan kita tak ada gunanya. Kita harus terpicu untuk bertindak atau tidak sama sekali. Tanpa pemicu, tak akan ada perilaku. Pemicu ibarat pemantik, kecil tetapi menyentak, menyulut kuat.
          
          Motivasi dan Kemampuan merupakan variabel yang musti selalu ada, untuk perilaku apapun. Saat alarm HP berbunyi sebagai Pemicu, Motivasi dan Kemampuan sang Aku untuk merespon selalu ada, siaga di latar belakang. Pemicu itu bagaikan sambaran petir, datang dan pergi. Jika sang Aku tak mendengar alarm HP berbunyi, sang Aku tak akan bertindak.
          
          Kita bisa menghentikan perilaku yang tak kita inginkan - membuka HP dan medsos - dengan mengenyahkan Pemicunya. Namun, ini tidak selalu mudah. Menyingkirkan Pemicu adalah langkah pertama terbaik untuk menghentikan perilaku.
          
Desain Kebiasaan Belajar dgn Menulis
dan Menulis untuk Belajar - Saban Hari

***

WhatsAb Sabar
WhatsApp Salafy Asyik Belajar Saban Hari

Sederhana itu Lebih - Less is More. Desain bukanlah menambah-nambah biar berfungsi, tetapi desain adalah menyederhanakan agar berdaya guna.
Produk

Online Shop
Buku, Peranti belajar,
dan sebagainya



Misi


Fakta
Ciri Khas Artikel



F A Q (Frequently Asked Questions)
Pertanyaan yang sering diajukan

Silahkan chat dengan tim kami Admin akan membalas dalam beberapa menit
Bismillah, Ada yang bisa kami bantu? ...
Mulai chat...