www.izzuka.com

#08 Menggunakan Model Perilaku untuk menghancurkan Kebiasaan Buruk atau Sia-sia

           Kini, kita telah tahu bagaimana Motivasi dan Kemampuan gotong royong, dan bagaimana Pemicu itu sangat penting bagi perilaku.
   
          Kita kembali kepada sang Aku. 

          Bagaimana caranya ia mampu melenyapkan kebiasaan melihat HP dan membuka-buka medsos yang kurang bermanfaat di tempat tidur

         Motivasinya tinggi, Kemampuannya cukup mudah. Maka, ia seolah-olah menempatkan kebiasaannya jauh di atas Garis Tindakan. Untuk mengingat kembali pada gambar model perilakunya, kita cantumkan kembali:

          Apa yang bisa kita ubah? Motivasi?

          Kecil kemungkinannya. Perasaan senang yang didapatkannya, saat melihat seseorang memberi jempol, atau sekedar komentar di medsos yang kurang manfaat bagi sang Aku, tidak akan hilang begitu saja. Sang Aku ingin terus mengikuti kabar dari teman-teman atau follower nya yang telah mencapai ribuan. Dan medsos memang diprogram dan telah melakukan untuk itu bagi sang Aku. Maka, sang Motivasi kemungkinan tetap tinggi, enggan untuk ditekan ke posisi rendah.
          
          Bagaimana dengan Kemampuan?
          
          Nah! Di sinilah kita menemukan peluang besar untuk perubahan.
          
          Sang Aku, bisa menghapus akun aplikasi medsos. Sehingga melihat newsfeed aplikasi medsos tersebut menjadi mustahil. Akan tetapi, mungkin itu terlalu ekstrim, karena sang Aku merasa suatu saat masih membutuhkan aplikasi medsos tersebut untuk, misalkan propaganda hal-hal yang terkait kegiatan belajar dan menulis.
          
          Maka, sang Aku akhirnya hanya menghapus aplikasi medsos dari HP nya. Ada beberapa aplikasi medsos yang dia hapus. Keinginan kuat untuk menghilangkan kebiasaan buruk tersebut, di samping medsos-medsos tersebut selalu menyabotase kebiasaan menulis yang ia ingin tumbuhkan, medsos-medsos tersebut sering memunculkan iklan yang seronok dengan tiba-tiba, membuat sang Aku tanpa sengaja memandang hal-hal yang diharamkan oleh Islam. 
          
          Dan, sebetulnya masih ada beberapa cara untuk membuat melihat HP di tempat tidur menjadi sesuatu yang lebih sulit dilakukan. 
          ✓ Sang Aku bisa meletakkan HP nya di meja di ruangan sebelah ruangan dimana ia tidur.
          ✓ Atau, mau lebih ekstrim lagi, ia bisa meletakkan HP nya di dapur.
          ✓ Dan sebagainya.
          
          Karena Motivasi sang Aku untuk melihat HP begitu tinggi, maka ia mesti bereksperimen dengan banyak pilihan berbeda, sebelum menemukan solusi yang paling efektif untuk menyulitkan Kemampuannya. Menjeda jarak fisik di antara sang Aku dan HP nya menjadikan perilaku melihat medsos di HP lebih sulit dilakukan.
          
          Bagaimana dengan alarm HP untuk membangunkan sang Aku lebih awal? Dengan sisipan jarak fisik terhadap HP nya, tentu ia tak bisa mendengar bunyi alarm yang telah ia setting saban hari. Dia dapat menggantikannya dengan jam beker tradisional untuk membangunkannya, sebagai melenyapkan Pemicu perilaku tersebut.
          
          Jika kita tak bisa mengubah satu variabel perilaku - dalam hal ini Motivasi - kita bisa fokus mengubah variabel yang lain, yaitu Kemampuan dan Pemicu. 
          
          Ternyata, sang Aku melakukan dengan menghapus aplikasi-aplikasi medsos tersebut. Maka, hancurlah kebiasaan buruk tersebut, dengan hanya menyulitkan variabel Kemampuan. Alarm Pemicu, masih ia bisa gunakan untuk membangunkan dirinya lebih awal tanpa meletakkan HP jauh darinya. Dan, tanpa membeli jam beker tradisional.
          
          Bagaimana kebiasaan menulis yang sang Aku ingin tumbuhkan? Ternyata ia tak membutuhkan pengubahan apapun. Begitu kebiasaan melihat medsosnya hancur, sang Aku mulai dengan kebiasaan menulis dengan rencana-rencana yang telah ia tetapkan secara konsisten.
          
          Dengan, mengutak-atik variabel-variabel perilaku, kita bisa:
mendesain hampir seluruh perilaku yang kita inginkan, termasuk kebiasaan belajar dan menulis. Dan, 
menghentikan sebagian besar perilaku yang tidak kita inginkan, termasuk perilaku-perilaku yang Allah Subhana wa ta'ala tidak ridhai, berupa kejelekan, keburukan atau maksiat.
          
          Mengapa demikian?
          
          Karena, kebaikan dan keburukan itu timbul karena kebiasaan. Kebiasaan baik ketika telah terbiasa, dan mudah melakukannya, setelah itu mulailah kita menata niat hanya ikhlas karena Allah. Seperti halnya para ulama, ketika pertama menuntut ilmu belum ikhlas. Namun, berjalannya waktu, dan telah terbiasa dan dengan bertambahnya ilmu, mulailah meluruskan niat.
          
          Begitu pula keburukan, ia terekseskusi karena kebiasaan. Maka, perlunya usaha-usaha sebab untuk menggagalkannya, agar kebiasaan buruk hancur. Ketika kebiasaan buruk telah terbiasa mudah ditinggalkan, boleh jadi setelah itu mulai kita niatkan ikhlas karena Allah semata.
          
          Perlu diingat, untuk menghancurkan kebiasaan buruk, pertama-tama kita harus mengetahui secara menyeluruh alasan yang menggerakkan kebiasaan buruk tersebut.
          
          Beberapa bulan setelah sang Aku sanggup meninggalkan kebiasaan melihat medsos yang kurang bermanfaat, dan ia bisa memiliki kebiasaan menulis ilmu yang solid dalam kehidupannya, sang Aku betapa senang dan bahagianya. Lebih dari itu, kebiasaan menulis ilmu tersebut membuat kalbunya semakin tenang, tentram dan tidak galau.
          
          Sesekali sang Aku masih terisap dalam HP nya, tetapi perilaku tersebut tidak mencengkeram bagaikan tangan besi yang kuat seperti dahulu. 

          Begitulah kebiasaan bekerja!
          
          Akhirnya, 
  • motivasi belajar dan menulis ilmunya semakin menguat, 
  • mengalahkan kebiasaan melihat medsosnya. 
  • Hampir setiap bangun tidur sang Aku sanggup memegang kendali. 
  • Dia merasa lebih kuat, dan itu 
  • menambah kepercayaan dirinya dan 
  • rasa bersyukur kepada Allah Subhana wa ta'ala yang telah 
  • semakin menambah hidayah taufik dan motivasinya untuk menulis ilmu.
          
          Dan, ada hal lain yang penting: 

          sang Aku belajar atau mendapat pelajaran bahwa Desain Perilaku sanggup memperbaiki perilaku kebiasaan apapun dalam kehidupannya.

Desain Kebiasaan Belajar dgn Menulis
dan Menulis untuk Belajar - Saban Hari

***

WhatsAb Sabar
WhatsApp Salafy Asyik Belajar Saban Hari

Sederhana itu Lebih - Less is More. Desain bukanlah menambah-nambah biar berfungsi, tetapi desain adalah menyederhanakan agar berdaya guna.
Produk

Online Shop
Buku, Peranti belajar,
dan sebagainya



Misi


Fakta
Ciri Khas Artikel



F A Q (Frequently Asked Questions)
Pertanyaan yang sering diajukan

Silahkan chat dengan tim kami Admin akan membalas dalam beberapa menit
Bismillah, Ada yang bisa kami bantu? ...
Mulai chat...