www.izzuka.com

#16 Makna & Perubahan Bentuk Kata

          Dalam gerak perkembangan suatu bahasa dapat terjadi bermacam-macam hal. Peristiwa-peristiwa yang perlu diketahui dalam gerak tumbuh suatu bahasa adalah yang meliputi bidang arti dan bentuk

          Arti dan bentuk adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu dari yang lain, karena; 

suatu arti harus didukung oleh suatu bentuk tertentu, dan suatu bentuk tertentu akan mendukung suatu makna tertentu pula. 

         Bentuk yang tidak mendukung suatu arti tidak akan menjadi morfem, dan dengan demikian tidak mendapat tempat dalam tata bahasa.

          Walaupun kedua bidang itu, bentuk dan arti, tidak dapat dipisahkan, namun secara teoritis dapat dipisahkan dalam analisis kita. Karena itu untuk kedua bidang itu diberikan terminologi yang khusus: semantik dan morfologi. Tetapi dalam persoalan pertumbuhan bahasa biasanya dipakai istilah lain untuk bidang bentuk yaitu etimologi.

1. Semantik (semanein = berarti, bermaksud): adalah bagian dari tata bahasa yang meneliti makna dalam bahasa tertentu, mencari asal mula dan perkembangan dari arti suatu kata. Jadi dalam semantik hanya dibicarakan tentang makna kata dan perkembangan makna kata.

2. Etimologi: adalah ilmu yang mempelajari perubahan dan perkembangan bentuk kata. Dalam etimologi tekanan diletakkan atas sejarah bentuk kata

sedangkan dalam semantik tekanan pada makna dan sejarah makna kata.

1. Makna kata

         Dalam penelitian makna kata kita harus membedakan bermacam-macam segi arti. Untuk sampai kepada pembedaan itu, kita harus bertolak dari peletakan dasar-dasar pengertian tentang makna atau arti.

          Dalam hidup kita, kita melihat bermacam-macam kejadian yang berada di luar diri kita. Di antara berbagai macam kejadian itu, antara lain kita lihat: 

ada tempat yang ada atapnya, dinding, pintu, jendela dan sebagainya, tempat manusia hidup dan berdiam. Ini adalah suatu kejadian. Manusia berusaha memberi suatu lambang berupa bunyi ujaran  terhadap kejadian ini, agar dapat dibawa dalam komunikasi, dalam tutur bicara mereka dengan tidak membawa kesukaran komunikasi. Untuk memudahkan hal itu kejadian tadi disebut rumah oleh pemakai bahasa Indonesia. Bila orang menyebut rumah dan terus menghubungkannya dengan kejadian tadi maka timbullah suatu hubungan yang disebut: arti. Perhatikanlah bila seorang penutur bahasa Indonesia menyebut kata rumah kepada seorang Jerman yang baru pertama kali datang menginjak bumi Indonesia, dan belum pernah mempelajari satu kata pun dari perbendaharaan kata Indonesia, maka orang Jerman tadi tidak tahu apa artinya rumah. 

          Mengapa demikian? 

          Karena ia belum atau tidak bisa mengadakan relasi timbal balik antara bunyi yang didengarkan yaitu rumah dengan kejadian tadi. 

          Tetapi bila kita menyebut kata rumah sambil menunjuk kepada kejadian itu maka ia harus mengadakan suatu hubungan antara kedua hal itu. Lalu tercapailah apa yang saudara inginkan ialah: orang Jerman tadi mengetahui arti kata rumah.

          Dengan demikian dapatlah kita memberi batasan arti sebagai berikut:

Batasan: Arti adalah hubungan antara tanda berupa lambang bunyi-ujaran dengan hal atau barang yang dimaksudkan.

1.1.  Macam-macam arti

          Bermacam-macam lambang bunyi ujaran dari gejala-gejala sekitar kita biasanya dikumpulkan dalam sebuah buku, dengan diberi penjelasan-penjelasan mengenai hubungan antara bentuk dan gejala-gejala tersebut. Buku-buku semacam ini disebut kamus atau leksikon. Sebab itu; 

arti dari kata yang sesuai dengan apa yang kita jumpai dalam leksikon disebut arti leksikal

         Dalam kalimat dapat terjadi bahwa arti-arti leksikal itu dapat bergeser artinya; dapat sedikit saja bergeser, tetapi dapat juga terjadi bahwa arti itu dapat menyimpang jauh dari arti leksikal tadi. Untuk mengetahui arti yang tepat haruslah kita meneliti hubungannya dalam struktur bahasa. Arti yang diperoleh dengan cara yang demikian itu disebut: arti struktural.

          Satu lambang bunyi atau simbol bunyi dengan demikian dapat mengandung bermacam-macam arti, baik arti leksikal maupun arti struktural. Karena arti struktural itu dapat bergeser banyak atau sedikit dari arti leksikal, maka ada kemungkinan sebuah kata dalam sejarah pemakaiannya akan mempunyai banyak arti. Suatu kata yang mempunyai makna lebih dari satu disebut: polisemi.

1.2. Homonim dan Sinonim

         Arti leksikal dari; 

kata makan, adalah: ‘memasukkan sesuatu ke dalam mulut, kemudian mengunyah dan menelannya’. Tetapi arti ini dapat bergeser berdasarkan lingkungan (konteks) dan situasinya

Ia makan tangan, tidak berarti memasukkan tangan ke dalam mulut, mengunyah lalu menelannya. Arti makan tangan dalam hubungan di atas adalah: ‘kena tinju’ atau ‘beruntung besar’. Makan suap artinya ‘menerima sogok’, makan garam artinya ‘sudah berpengalaman’ dan lain-lain.

         Makna yang kita perkatakan di atas ini masih ada hubungan, baik berupa pergeseran maupun berupa kiasan-kiasan. Tetapi ada pula bentuk-bentuk yang tampaknya sama betul tetapi artinya berbeda. Di sini kita tidak berbicara lagi mengenai polisemi; sebab polisemi selalu berarti satu bentuk yang mengandung banyak arti. 

          Di sini kita tidak berhadapan dengan satu bentuk, tetapi ada dua bentuk yang kebetulan sama bentuknya. Dalam hal ini kita sudah masuk dalam bidang lain yang disebut: homonim, yaitu kata-kata yang mempunyai bentuk yang sama tetapi artinya berbeda

Misalnya bisa, I: berarti ‘sanggup’, ‘dapat’; dan bisa II: berarti ‘racun’.

          Di samping kata-kata yang berbentuk sama, ada kata-kata yang bentuknya berbeda tetapi artinya sama, yang lazimnya disebut sinonim

Misalnya ada bentuk buku dan kitab yang mempunyai makna yang sama. 

         Pengertian sama di sini tidak berlaku mutlak

sebab dalam pemakaian sehari-hari tidak ada dua kata yang sama betul artinya

         Kalau kita ambil contoh di atas, maka seandainya kitab dan buku benar-benar sinonim, dalam arti sama betul artinya, maka di mana-mana keduanya harus selalu dapat bertukar tempat. Tetapi kenyataannya dalam pemakaian sehari-hari ada juga diferensiasinya (perbedaannya)
  • Tata buku tidak dapat diganti dengan Tata kitab,  
  • buku tulis tidak dapat diganti dengan kitab tulis
         Jadi dalam penggunaan sehari-hari sudah ada diferensiasi; 

tidak ada kata yang benar-benar sinonim dalam pengertian yang mutlak.

1.3. Perubahan Makna

         Sebagai telah dikatakan di atas, dalam pertumbuhan bahasa, makna suatu kata dapat pula mengalami perubahan. Perubahan makna itu dapat dilihat dari bermacam-macam sudut. Di antara bermacam-macam peristiwa perubahan makna yang penting adalah:

1. Meluas: cakupan makna sekarang lebih luas daripada makna yang lama. 
    • Berlayar: dulu dipakai dengan pengertian bergerak di laut dengan memakai layar. Sekarang semua tindakan mengarungi lautan atau perairan dengan alat apa saja disebut berlayar. 
    • Dahulu kata bapak dan saudara hanya dipakai dalam hubungan biologis, sekarang semua orang yang lebih tua atau lebih tinggi kedudukannya disebut bapak sedangkan segala orang yang dianggap sama derajatnya disebut saudara. 
    • Demikian pula halnya dengan putera-puteri; dahulu hanya dipakai untuk anak-anak raja, sekarang semua anak laki-laki dan wanita disebut putera dan puteri.

2. Menyempit: cakupan arti dulu luas daripada makna sekarang. 
    • Kata sarjana dulu dipakai untuk menyebut semua orang cendekiawan. Sekarang dipakai untuk gelar universiter. 
    • Pendeta dulu berarti orang yang berilmu, sekarang dipakai untuk menyebut guru agama Kristen atau Domine.

3. Amelioratif: adalah suatu proses perubahan arti di mana arti baru dirasakan lebih tinggi atau lebih baik  nilainya dari dulu; 
    • Wanita dirasakan lebih tinggi nilainya dari kata perempuan.
    • Istri atau nyonya dirasakan lebih tinggi atau lebih baik daripada kata bini.

4. Peyoratif: Kebalikan dari amelioratif; peyoratif adalah suatu proses perubahan makna di mana arti baru dirasakan lebih rendah nilainya dari dulu. 
    • Bini dianggap baik pada jaman lampau, sekarang dirasakan kasar.
    • Perempuan dulu tidak ada rasa yang kurang baik, tetapi sekarang dirasakan kurang baik. 
    • Kata kaki-tangan dulu berarti pembantu, sekarang dipakai dalam arti yang kurang baik.

5. Sinestesia; Perubahan makna akibat pertukaran tanggapan antara dua indera yang berlainan. 
    • Perkataannya pedas, ‘pedas’ sebenarnya tanggapan indera perasa lidah. 
    • Suaranya sedap didengar, ‘sedap’ sebenarnya tanggapan perasa lidah.
    • Pidatonya hambar: hambar juga sebenarnya merupakan kata yang dipakai untuk indera perasa lidah.

6. Asosiasi: Perubahan makna yang terjadi karena persamaan sifat. 
  • Catut: alat untuk menarik atau mencabut paku dan sebagainya; kemudian berdasarkan persamaan sifat ini, frasa tukang catut dipakai untuk orang yang menjual barang-barang dengan harga tinggi secara tidak resmi.
  • Berikan dia amplop artinya beri sogok dan lain-lain.

1.4. Nilai rasa

         Di samping makna kata, suatu bentuk dapat mengandung suatu nilai rasa yang tertentu. 

Di samping arti dasar tiga belas yaitu bilangan bulat sesudah dua belas, orang yang tidak punya keyakinan tauhid kepada Allah, akan merasakan nilai rasa kesialan, kecelakaan dan lain-lain.

Makna kata cerewet  ialah banyak bicara tidak pada tempatnya, tidak bisa menahan mulut; tetapi di samping itu menimbulkan nilai rasa ‘menjengkelkan’ dan ‘rasa bosan’ pada kita. 

Kata bodoh dan tolol mempunyai makna yang sama, namun kata tolol memberikan suatu nilai yang lain yaitu ‘penghinaan’.

          Nilai rasa itu tergantung dari tiap masyarakat bahasa yang bersangkutan. Mungkin suatu kata yang sama akan menerbitkan nilai rasa yang berlainan pada dua masyarakat bahasa yang berbeda. Juga nilai rasa itu bergantung pula dari zamannya. Seperti dicontohkan di atas, dahulu kata perempuan  memberi nilai rasa yang baik, sekarang nilai rasanya sudah tidak baik lagi.

***

Tugas Latihan

         Buatlah kalimat dengan kata-kata berikut (masing-masing satu kalimat), dimana kalimat yang kalian buat harus mempunyai makna sesuai dengan makna kata tersebut.
  • makan tangan
  • makan garam
  • bisa (sanggup)
  • bisa (racun)
  • kitab
  • buku
  • wanita
  • perempuan
  • istri
  • bini
  • bodoh
  • tolol
Sederhana itu Lebih - Less is More. Desain bukanlah menambah-nambah biar berfungsi, tetapi desain adalah menyederhanakan agar berdaya guna.
Produk

Online Shop
Buku, Peranti belajar,
dan sebagainya



Misi


Fakta
Ciri Khas Artikel



F A Q (Frequently Asked Questions)
Pertanyaan yang sering diajukan

Silahkan chat dengan tim kami Admin akan membalas dalam beberapa menit
Bismillah, Ada yang bisa kami bantu? ...
Mulai chat...