www.izzuka.com

#17 Perubahan Bentuk Kata

2. Perubahan bentuk kata

         Perubahan bentuk kata dapat kita bedakan atas: 

 Pertama, perubahan dari bentuk kata-kata dari perbendaharaan kata-kata asli suatu bahasa karena pertumbuhan dalam bahasa itu sendiri, dan

 kedua, perubahan bentuk dari kata-kata pinjaman.

2.1. Adaptasi

         Bahasa Indonesia selama berabad-abad mendapat bermacam-macam pengaruh dari luar, yaitu; 
  • pengaruh dari bahasa-bahasa asing dan
  • dari bahasa-bahasa daerah
         Semua bentuk asing itu tidak diterima begitu saja, tetapi selalu mengalami proses penyesuaian atau adaptasi sesuai dengan struktur bahasa Indonesia. Dengan demikian seberapa jauh perubahan kata-kata asing itu terjadi tergantung dari; 
  • sistem morfologi dan fonologi bahasa asing atau daerah dan 
  • sistem morfologi dan fonologi bahasa Indonesia
         Semakin besar perbedaan struktur kedua bahasa itu semakin besar perubahan bentuk kata-kata pinjaman tadi. Pada umumnya struktur bahasa-bahasa Daerah tidak jauh berbeda dengan sistim struktur bahasa Indonesia. Sebab itu penerimaan bahasa-bahasa Daerah itu biasanya diterima secara penuh, dan kalau ada perubahan maka perubahan itu tidak seberapa.

          Adaptasi atau penyesuaian bentuk itu dapat dibedakan atas:

1. Adaptasi berdasarkan sistem fonologi bahasa Indonesia misalnya:

voorschot (Belanda) > persekot
voorloper (Belanda) > pelopor
vacantie (Belanda) > vakansi (libur, liburan) > pekan
chauffeur (Belanda /Prancis) > sopir

2. Adaptasi berdasarkan struktur bentuk kata (morfologi) dalam bahasa Indonesia:

schildwacht (Belanda) > sekilwak (pengawal)
vanijjya (Sansekerta) > baniaga > berniaga
parameswari (Sansekerta) > permaisuri
prakara (Sansekerta) > perkara

         Bila bentuk-bentuk asing itu tidak menunjukkan pertentangan-pertentangan atau perbedaan struktural dengan bahasa Indonesia maka kata-kata asing itu diterima begitu saja tanpa mengalami adaptasi.

2.2. Analogi

          Dalam proses pembentukan kata-kata baru dikenal beberapa cara. Di antara cara-cara pembentukan kata baru itu kita mengenal suatu cara yang disebut: analogi

         Analogi adalah pembentukan suatu kata baru berdasarkan suatu contoh yang sudah ada. 

 Kata-kata seperti ekspor dalam bahasa Inggeris misalnya hanya mempunyai hubungan dengan bentuk-bentuk seperti: 
    • to export, exporting, exported dan lain-lain. 
    • Tetapi dalam bahasa Indonesia, berdasarkan analogi atas pembentukan-pembentukan asli seperti: ambil, pengambilan, mengambil, diambil dan lain-lain, dibentuklah kata-kata: ekspor, pengeksporan, pengekspor, mengekspor, diekspor dan lain-lain.
 Malahan bukan saja kata-kata asing itu saja yang dibentuk dengan analogi berdasarkan bentuk-bentuk asli, tetapi ada juga kata-kata asli yang dibentuk berdasarkan analogi bentuk-bentuk asing. Misalnya berdasarkan bentuk-bentuk seperti: 

sosialisme, sosialist dan lain-lain, terbentuklah kata-kata seperti: marhaenisme, marhaenis, pancasilais, dan lain-lain.

2.3. Kontaminasi atau perancuan

          Selain dari analogi ada cara pembentukan lain yang disebut: kontaminasi, atau perancuan, yakni dari dua ungkapan yang berlainan diturunkan suatu ungkapan baru. Misalnya dari ungkapan-ungkapan:

membungkukkan badan dan menundukkan kepala dibuat kontaminasi: menundukkan badan.

2.4. Macam-macam perubahan bentuk kata

          Sebagai telah dikatakan di atas, dalam pertumbuhan bahasa banyak kata mengalami perubahan. Perubahan-perubahan pada suatu kata tidak saja terjadi karena proses adaptasi, tetapi juga disebabkan bermacam-macam hal lain, misalnya salah dengar, usaha memendekkan suatu kata yang panjang dan sebagainya. 

Kata bis yang sehari-hari dipakai sebenarnya berasal dari kata: vehiculum omnibus, yang berarti ‘kendaraan buat umum’. Tetapi karena terlalu panjang diambil saja suku kata terakhir, yang sebenarnya hanya merupakan sebuah akhiran. 

          Contoh lain misalnya: 

auto mobil yang berarti bergerak sendiri, hanya dipakai mobil atau oto saja. 

          Tak ada kaidah-kaidah yang menentukan mana yang boleh dan mana yang tidak diperkenankan.

          Tetapi dari peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi atas berbagai-bagai kata yang selama ini diketahui, dapatlah disebut beberapa macam gejala perubahan bentuk yang dialami sebuah kata:

1. Asimilasi: adalah gejala di mana dua buah fonem yang tidak sama dijadikan sama:

alsalam> a(s)salam
ad similatio > asi milasi
in moral > imoral

2. Disimilasi: adalah proses perubahan bentuk kata di mana dua buah fonem yang sama dijadikan tidak sama:

vanantara (Sansekerta) > belantara
citta (Sansekerta) > cipta
sajjana (Sansekerta) > sarjana
rapport > lapor
lauk-lauk > lauk-pauk
sayur-sayur > sayur-mayur 

3. Diftongisasi: adalah proses di mana suatu monoftong berubah menjadi diftong:

anggota > anggauta
teladan > tauladan, dan dan lain-lain

4. Monoftongisasi: proses di mana suatu diftong berubah menjadi monoftong:

pulau > pulo
sungai > sunge
danau > dano
manteiga (Portugal) > mentega
parceiro > pesero

5. Haplologi: adalah proses di mana sebuah kata kehilangan suatu silaba (suku kata) di tengah-tengahnya:

Samanantara (Sansekerta: sama + an + antara) > sementara
budhidaya > budaya
mahardhika (Sansekerta: maha + ardhika) > merdeka

6. Anaptiksis (= suara bakti): proses penambahan suatu bunyi dalam suatu kata guna melancarkan ucapannya:

sloka > seloka
glana > gelana, gulana
putri > puteri
srgala > serigala
candra > candera, cendera

7. Metatesis: proses perubahan bentuk kata di mana dua fonem dalam sebuah kata bertukar tempatnya:

padma > padam (merah padam = merah seperti padma; padma = lotus merah)
drohaka > durhaka
arca > reca
pratyaya > percaya
banteras > berantas
rontal > lontar
kelikir > kerikil
almari > lemari
beting > tebing
resap > serap
apus > usap-sapu
lebat > tebal
lutut > telut
dan lain-lain.

8. Aferesis: adalah proses di mana suatu kata kehilangan satu atau lebih fonem pada awal katanya:

tathapi (Sansekerta: tatha + api)> tetapi – tapi
adhyaksa > jaksa
upawasa > puasa
velocipede > sepeda
pepermunt > permen

9. Sinkop: proses di mana suatu kata kehilangan satu fonem atau lebih di tengah-tengah kata tersebut:

utpatti > upeti
listuhaju > lituhayu (cantik)
niyata > nyata

10. Apokop: proses di mana suatu kata ketanggalan (lepas, hilang) suatu fonem pada akhir kata:

pelangit > pelangi
possesiva > posesif
adiectiva > ajektif
mpulaut > pulau, dan lain-lain.

11. Protesis: proses di mana suatu kata mendapat tambahan satu fonem pada awal kata:

lang > elang
mas > emas
smara > asmara
stri > istri

12. Epentesis (= Mesogoge): adalah proses di mana suatu kata mendapat tambahan suatu fonem atau lebih di tengah-tengah kata:

akasa > angkasa
gopala (Sansekerta) > gembala
jaladhi > jeladri
racana (Sansekerta) > rencana
general > jendral
tabacco > tembakau
kapak > kampak
upama > umpama
kemarin > kelemarin (tidak baku), dan lain-lain.

13. Paragog: proses penambahan suatu fonem pada akhir suatu kata:

hulubala > hulubalang
ana > anak
ina > inang
kaka > kakak
adi > adik
lamp > lampu
boek (Belanda) > buku
das > dasi, 
dan lain-lain.

***

Tugas Latihan

          Sebutkan termasuk proses penambahan atau pengurangan fonemkah kata-kata berikut! Dan sebutkan mana fonem yang terproses tersebut!

hulubalang
tembakau
emas
pelangi
nyata 
sepeda
lemari
puteri
merdeka
mentega 
asimilasi
cipta
tauladan
istri
lampu

Sederhana itu Lebih - Less is More. Desain bukanlah menambah-nambah biar berfungsi, tetapi desain adalah menyederhanakan agar berdaya guna.
Produk

Online Shop
Buku, Peranti belajar,
dan sebagainya



Misi


Fakta
Ciri Khas Artikel



F A Q (Frequently Asked Questions)
Pertanyaan yang sering diajukan

Silahkan chat dengan tim kami Admin akan membalas dalam beberapa menit
Bismillah, Ada yang bisa kami bantu? ...
Mulai chat...