www.izzuka.com

#19 Makna Kata

3. Makna Kata

  Kata sebagai satuan dari perbendaharaan kata sebuah bahasa mengandung dua aspek, yaitu 
  • bentuk atau ekspresi dan 
  • isi atau makna.
  Bentuk atau ekspresi adalah; 

segi yang dapat diserap dengan pancaindra, yaitu dengan mendengar atau dengan melihat

         Sebaliknya segi isi atau makna adalah;

segi yang menimbulkan reaksi dalam pikiran pendengar atau pembaca karena rangsangan aspek bentuk tadi. 

  Pada waktu, 

orang berteriak “Maling!” timbul reaksi dalam pikiran kita bahwa “ada seseorang telah berusaha untuk mencuri barang atau milik orang lain”. Jadi, 
  • bentuk  atau ekspresinya adalah kata maling yang diucapkan orang tadi,  
  • sedangkan makna atau isi adalah reaksi yang timbul pada orang yang mendengar”.
  Reaksi yang timbul itu dapat berwujud “pengertian” atau “tindakan” atau kedua-duanya. Karena dalam berkomunikasi kita tidak hanya berhadapan dengan “kata” tetapi dengan suatu rangkaian kata yang mendukung suatu amanat, maka ada beberapa unsur yang terkandung dalam ujaran kita yaitu: pengertian, perasaan, nada, dan tujuan

 Pengertian merupakan landasan dasar untuk menyampaikan hal-hal tertentu kepada pendengar atau pembaca dengan mengharapkan reaksi tertentu.

 Perasaan lebih mengarah kepada sikap pembicara terhadap apa yang dikatakannya, bertalian dengan nilai rasa terhadap apa yang dikatakan pembicara atau penulis. 

 Nada mencakup sikap pembicara atau penulis kepada pendengar atau pembacanya. Pembaca atau pendengar yang berlainan akan mempengaruhi pula pilihan kata dan cara menyampaikan amanat itu. Relasi antara pembicara atau penulis dengan pendengar atau pembaca akan melahirkan nada suatu ujaran. 

 Sedangkan tujuan yaitu efek yang ingin dicapai oleh pembicara atau penulis. 

          Memahami semua hal itu dalam seluruh konteks adalah bagian dari seluruh usaha untuk memahami makna dalam komunikasi.

  Kembali kepada unit yang paling kecil dalam bahasa yang mengandung konsep atau gagasan tertentu (yaitu kata), maka 

makna kata dapat dibatasi sebagai hubungan antara bentuk dengan hal atau barang yang diwakilkannya (referen-nya). 
 
Kata rumah misalnya adalah bentuk atau ekspresi, sedangkan “barang yang diwakili oleh kata rumah” adalah “sebuah bangunan yang beratap, berpintu, berjendela, yang menjadi tempat tinggal manusia”. 
  • Barang itulah yang disebut sebagai referen 
  • Sedangkan hubungan antara keduanya (yaitu antara bentuk dan referen) akan menimbulkan makna atau referensi atau pikiran (konsep).  
  • Makna atau referensi kata rumah timbul akibat hubungan antara bentuk itu dengan pengalaman-pengalaman non-linguistik, atau barang-barang yang ada di alam. Hubungan itu mengakibatkan makna kata itu, seperti digambarkan dalam skema di dalam ini:

          Bahwa makna adalah pertalian antara bentuk dan referen dapat dilukiskan dengan contoh dan gambar di bawah ini. 

Ketika seorang ditanya apa arti kata nares ia menjawab “Tidak tahu!” Padanya diberi atau ditunjuk sejumlah barang (referen): hidung, telinga, matahari, dan gunung. Ia tidak tahu artinya tidak lain daripada bahwa “ia tidak sanggup menunjukkan hubungan antara kata nares dengan salah satu dari barang-barang itu”.

Untuk membantunya mengetahui makna kata itu, kita menunjukkan kepadanya salah satu dari keempat barang yang digambarkan di atas yaitu barang nomor 1. Nah, sekarang “ia mengetahui makna kata itu”, yaitu nares berarti “hidung” dalam bahasa Indonesia.


  Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa 

seorang yang mengetahui sebuah referen (barangnya) tetapi tidak tahu bagaimana mengacunya, ia tidak tahu katanya

          Tetapi kebalikannya juga benar; 

kalau ia mengetahui katanya (bentuk), tetapi tidak tahu referennya berarti ia tidak mengetahui maknanya juga, yaitu tidak mengetahui hubungan antara bentuk dan referennya. 

         Mengetahui sebuah kata haruslah mengetahui kedua aspeknya: bentuk (kata) dan referennya.

4. Macam-Macam Makna

  Masalah bentuk kata lazim dibicarakan dalam tata bahasa setiap bahasa. Bagaimana bentuk sebuah kata dasar, bagaimana menurunkan kata baru dari bentuk kata dasar atau gabungan dari bentuk-bentuk dasar biasanya dibicarakan secara terperinci dalam tata bahasa. 

         Yang agak diabaikan adalah masalah makna kata. Padahal masalah ketepatan pilihan kata atau kesesuaian pilihan kata tergantung pula pada makna yang didukung oleh bermacam-macam bentuk itu. Sebab itu, dalam bagian ini masalah makna kata perlu disoroti secara khusus.

  Pada umumnya makna kata pertama-tama dibedakan atas; 
  • makna yang bersifat denotatif dan 
  • makna kata yang bersifat konotatif
          Untuk menjelaskan kedua jenis makna ini, perhatikan terlebih dahulu kalimat-kalimat berikut:

Toko itu dilayani pemuda-pemuda tampan.

Toko itu dilayani bujang-bujang tampan.

Toko itu dilayani perjaka-perjaka tampan.

Ketika kata yang dicetak tebal di atas memiliki makna yang sama, ketiganya mengandung referensi yang sama untuk referen yang sama, yaitu pria yang masih muda
  • Namun kata pemuda boleh dikatakan mengandung asosiasi yang paling umum, yaitu menunjuk langsung ke pria yang masih muda, juga mengandung sesuatu yang lain, yaitu “rasa gagah” atau “rasa aman”, dengan demikian mengandung asosiasi yang lebih “melindungi”
  • Sedangkan kata bujang dan perjaka, di samping  menunjuk makhluk yang sama, juga mengandung asosiasi yang lain.
  Kata yang; 
  • tidak mengandung makna atau perasaan-perasaan tambahan disebut kata denotatif, atau maknanya disebut makna denotatif
  • sedangkan makna kata yang mengandung arti tambahan, perasaan tertentu, atau nilai rasa tertentu di samping makna dari yang umum, dinamakan makna konotatif atau konotasi
          Jadi dari contoh di atas, kata pemuda bersifat denotatif, karena mengacu kepada sejenis makhluk tertentu tanpa suatu penilaian tambahan, sedangkan kata bujang dan perjaka di samping mengacu kepada sejenis makhluk tersebut, mengandung juga nilai tambahan.

4.1. Makna Denotatif

  Makna denotatif disebut juga dengan beberapa istilah lain seperti:  
  • makna denotasional, 
  • makna kognitif, 
  • makna konseptual, 
  • makna ideasional, 
  • makna referensial, atau 
  • makna proposisional. 
Disebut makna denotasional, referensial, konseptual, atau ideasional, karena makna itu menunjuk (denote) kepada suatu referen, konsep, atau ide tertentu dari suatu referen. 

Disebut makna kognitif  karena makna itu bertalian dengan kesadaran atau pengetahuan; stimulus (dari pihak pembicara) dan respons (dari pihak pendengar) menyangkut hal-hal yang dapat diserap pancaindra (kesadaran) dan rasio manusia. 

Dan makna ini disebut juga makna proposisional karena ia bertalian dengan informasi-informasi atau pernyataan-pernyataan yang bersifat faktual. Makna ini, yang diacu dengan bermacam-macam nama, adalah makna yang paling dasar pada suatu kata.

  Dalam bentuk yang murni, makna denotatif dihubungkan dengan bahasa ilmiah. Seorang penulis yang hanya ingin menyampaikan informasi kepada kita, dalam hal ini khususnya bidang ilmiah, akan berkecenderungan untuk mempergunakan kata-kata yang denotatif. Sebab pengarahan yang jelas terhadap fakta yang khusus adalah tujuan utamanya; 
  • ia tidak menginginkan interpretasi tambahan dari tiap pembaca, 
  • dan tidak akan membiarkan interpretasi itu dengan memilih kata-kata yang konotatif
         Sebab itu untuk menghindari interpretasi yang mungkin timbul, penulis akan berusaha memilih kata dan konteks yang relatif bebas interpretasi.

Rumah itu luasnya 250 meter persegi. (denotatif)

Rumah itu luas sekali. (konotatif)

Ada seribu orang menghadiri pertemuan itu (denotatif)

Banyak sekali yang menghadiri pertemuan itu. (konotatif)

Meluap hadirin yang mengikuti pertemuan itu. (konotatif)

  Karena setiap kata memiliki denotasi, maka penulis harus mempersoalkan apakah kata yang dipilihnya sudah tepat. Ketepatan pilihan kata itu tampak dari kesanggupannya untuk menuntun pembaca kepada gagasan yang ingin disampaikan, yang tidak memungkinkan interpretasi lain selain dari sikap pembicara dan gagasan-gagasan yang akan disampaikan itu. 

Memilih sebuah denotasi yang tepat, dengan sendirinya lebih mudah dari pada memilih konotasi yang tepat

         Seandainya ada kesalahan dalam denotasi, maka hal itu mungkin disebabkan oleh; 
  • kekeliruan atas kata-kata yang mirip bentuknya, 
  • kekeliruan tentang antonim
  • atau kekeliruan karena tidak jelas maksud dan referennya.
  Kekeliruan pertama terjadi karena masalah ejaan, seperti:
 
gajih – gaji, darah – dara, bahwa – bawa

interferensi – inferensi – intervensi, dan sebagainya.

          Makna denotatif dapat dibedakan atas dua macam relasi, yaitu 

 Pertama, relasi antara sebuah kata dengan barang individual yang diwakilinya, dan

 Kedua, relasi antara sebuah kata dengan ciri-ciri atau perwatakan tertentu dari barang yang diwakilinya. Pengertian kursi adalah ciri-ciri (makna) yang membuat sesuatu disebut sebagai kursi, bukan sebuah kursi individual (jabatan seseorang). (lihat pembahasan yang akan datang pada Bab Pendayagunaan Kata dan Ketepatan Pilihan Kata tentang Kata Umum dan Kata Khusus).

4.2. Makna Konotatif

  Konotasi atau makna konotatif disebut juga makna konotasional, makna emotif, atau makna evaluatif

  Makna konotatif adalah; 

suatu jenis makna dimana stimulus dan respons mengandung nilai-nilai emosional

         Makna konotatif sebagian terjadi karena pembicara ingin menimbulkan perasaan setujutidak setuju, senangtidak senang dan sebagainya pada pihak pendengar; di pihak lain, kata yang dipilih itu memperlihatkan bahwa pembicaranya juga memendam perasaan yang sama.

  Memilih konotasi, seperti sudah disinggung di atas, adalah masalah yang jauh lebih berat bila dibandingkan dengan memilih denotasi. Oleh karena itu, pilihan kata atau diksi lebih banyak bertalian dengan pilihan kata yang bersifat konotatif

Bila sebuah kata mengandung konotasi yang salah, misalnya kurus-kering untuk menggantikan kata ramping dalam sebuah konteks yang saling melengkapi, maka kesalahan semacam itu mudah diketahui dan diperbaiki. 

Sangat sulit adalah perbedaan makna antara kata-kata yang bersinonim, tetapi mungkin mempunyai perbedaan arti yang besar dalam konteks tertentu.

          Sering sinonim dianggap berbeda hanya dalam konotasinya. Kenyataannya tidak selalu demikian. Ada sinonim-sinonim yang memang hanya mempunyai makna denotatif, tetapi ada juga sinonim yang mempunyai makna konotatif. Misalnya: 

kata mati, meninggal, wafat, gugur, mangkat, berpulang memiliki denotasi yang sama yaitu “peristiwa dimana jiwa seseorang telah meninggalkan badannya”. Namun kata; 
  • meninggal, wafat, berpulang mempunyai konotasi tertentu, yaitu mengandung nilai kesopanan atau dianggap lebih sopan, sedangkan  
  • mangkat mempunyai konotasi lain yaitu mengandung nilai “kebesaran”, dan  
  • gugur mengandung nilai keagungan dan keluhuran
Sebaliknya kata persekot, uang muka, atau panjar hanya mengandung makna denotatif.

  Konotasi pada dasarnya timbul karena masalah hubungan sosial atau hubungan interpersonal, yang mempertalikan kita dengan orang lain. Sebab itu, bahasa manusia tidak hanya menyangkut masalah makna denotatif atau ideasional dan sebagainya. Ada beberapa cara yang memperlihatkan bahwa bahasa bukan semata-mata menjadi alat untuk menyampaikan informasi faktual:

1. Kita tidak hanya membuat pernyataan (proposisi), tetapi juga mengajukan pertanyaan dan memberi perintah. Bahasa memantulkan perbedaan ini dengan menyediakan bentuk-bentuk: perintah, pertanyaan. Kalimat Tanya memang ada hubungan dengan informasi, tetapi bukan menyampaikan informasi, melainkan meminta informasi. Sebab itu, sesuai dengan hubungan sosial atau interpersonal, bentuk-bentuk itu dapat bergeser dengan memasukkan nilai emotif atau konotasi tertentu: 

Siapa namamu? 
Namamu siapa? 
Boleh saya mengetahui namamu? 

Ambil buku itu! 
Ambil itu! 
Tolong ambil buku itu! Dan sebagainya.

2. Ada bermacam-macam kegiatan bicara. Ada kegiatan bicara yang berusaha meyakinkan, membujuk, mengingatkan, atau menyindir orang lain; kita mempergunakan bahasa untuk mempengaruhi orang lain dengan bermacam-macam cara. Dengan demikian, kata-kata yang berfungsi untuk mengiringi kegiatan itu juga bervariasi: 

Saya berjanji akan datang besok. 
Pasti saya akan ke sini besok. 
Biar bagaimanapun saya akan ke sini besok, dan sebagainya.

3. Banyak hal yang kita katakan sebenarnya bukan menyangkut fakta tetapi menyangkut evaluasi, sehingga dapat mempengaruhi sikap orang. Ada kata yang memantulkan nilai rasa menyenangkan dan ada yang memantulkan nilai rasa tidak menyenangkan atau kebencian. 
    • Kata gagah-berani, berani, masyhur, mulia, harapan, berharga, kemerdekaan mengandung konotasi atau nilai evaluatif yang baik
    • Tetapi kata-kata seperti penakut, pengecut, hina, putus asa, keji, penjajahan, gelap, kejam, tebal muka, kebencian, tolol, pengkhianat, durhaka, dan sebagainya, mengandung konotasi yang kurang menyenangkan
    • Banyak penutur membedakan nilai emotif antara kata politikus dan negarawan
    • antara kata menyembunyikan atau menutup-nutupi
    • antara kemerdekaan dan kebebasan, dan sebagainya. 
Kata-kata dapat mempunyai nilai atau makna emotif yang berbeda dari satu daerah ke daerah yang lain.

4. Bahasa sering bertalian dengan macam-macam relasi sosial. Dalam hal ini ada kata yang dianggap kasar dan ada kata yang dianggap sopan. Tetapi ada juga kata tertentu akan dianggap sopan atau mubazir kalau dipakai pada orang-orang lain. 
    • Kata: mengandung, hamil, bunting akan memiliki nilai emotif tertentu. 
    • Sebaliknya bila kita mengatakan: Diam! Tutup mulutmu! Maka orang yang kita hadapi adalah mereka yang kedudukan sosialnya lebih rendah
    • Dan bila kita mengatakan Minta tenang sedikit! atau Perhatian! Maka yang dijadikan sasaran adalah hadirin yang dianggap sederajat tingkatan sosialnya
    • Kalau hadirin lebih tinggi statusnya barangkali akan lebih cocok kalau kita mengatakan: Bapak-bapak, Ibu-ibu, bolehkah saya diberi waktu untuk …,  dan sebagainya.
5. Sering kali terjadi bahwa apa yang dikatakan bermakna lain sekali dari makna yang tersirat dalam rangkaian kata yang dipergunakan. Dalam hal ini peranan intonasi dapat mengubah makna sebuah kalimat. Misalnya: 

Anda memang sangat pintar! atau 
Memang andalah lelaki yang paling tampan di antero dunia! 

yang sebenarnya dimaksudkan Anda seorang yang sangat tolol! atau 
Memang andalah seorang lelaki yang sangat jelek!

6. Sering kali kita tidak menghadapi suatu pernyataan tetapi suatu pengandaian, yaitu mengandaikan bahwa sesuatu itu ada atau terjadi. 

Seandainya ayah ada di sini, kita akan bersama-sama berlibur ke Puncak. 

Dalam kenyataan memang ayah tidak ada, sebab itu kalimat di atas juga tidak mengandung makna seperti yang tersirat dalam rangkaian kata-kata itu. Ada suatu bidang makna lain yang dimasuki seluruh rangkaian itu.

         Semua faktor sebagai disebutkan di atas akhirnya memberikan pengaruhnya dalam pergeseran makna kata, memberikan nilai-nilai tambahan pada makna dasar yang dimiliki sebuah kata.

***

Tugas Latihan

  Jawablah pertanyaan di bawah ini di buku tulis/kertas jawaban!

1. Sebutkan kata mana yang bersifat denotatif dan mana yang bersifat konotatif! Apa denotasinya dan apa konotasi dari tiap kata dalam kelompok itu?

 Menggiurkan, menarik.
 Samping, rusuk, sisi, sebelah, tepi, lambung
 Menyingsing, menyisih, menggulung, mulai terang
 Sketsa, bagan, skema, rangka, denah, rancangan
 Maut, ajal, kematian

2. Tetapkan kalimat mana yang mengandung denotasi dan mana yang mengandung konotasi!

 Pohon di depan rumah itu sangat rindang.
 Laki-laki itu tingginya 156 cm dengan berat 53kg.
 Pelajar itu telah melaksanakan tugasnya dengan sempurna.
 Dari semua yang hadir dalam pertemuan itu, hanya dia yang hampir tidak pernah mengeluarkan pendapatnya.
 Jenazah orang tuanya telah dikebumikan kemarin siang.
 Mampuslah ia bersama semua anak buahnya dalam pertempuran itu.
 Meledak jumlah calon santri yang mengikuti ujian masuk pondok pesantren tahun ini.
 Tahun lalu ada sebanyak 270 calon pekerja yang mengikuti pendaftaran sebagai pegawai pabrik.
 Tolong selesaikan pekerjaan itu secepatnya.
 Ia menyelesaikan pekerjaannya jam lima sore.

Sederhana itu Lebih - Less is More. Desain bukanlah menambah-nambah biar berfungsi, tetapi desain adalah menyederhanakan agar berdaya guna.
Produk

Online Shop
Buku, Peranti belajar,
dan sebagainya



Misi


Fakta
Ciri Khas Artikel



F A Q (Frequently Asked Questions)
Pertanyaan yang sering diajukan

Silahkan chat dengan tim kami Admin akan membalas dalam beberapa menit
Bismillah, Ada yang bisa kami bantu? ...
Mulai chat...