#20 Konteks Linguistis dan Non Linguistis
5. Konteks Linguistis dan Non linguistis
Telah dikemukakan bahwa kata atau bentuk bahasa mempunyai relasi dengan dunia nyata. Sehingga istilah referensi dipakai untuk menyatakan;relasi antara bahasa dengan sesuatu yang bukan bahasa.
Bidang yang mempelajari hubungan itu biasanya disebut semantik.
Di pihak lain terdapat juga relasi antara unsur-unsur bahasa sendiri yang dikaitkan dengan dunia pengalaman seseorang. Relasi ini dinamakan pengertian (sense). Sehingga ada dua macam relasi, yaitu:
- Konteks Non linguistis: relasi antara bahasa dengan dunia pengalaman, yang disebut referensi atau makna.
- Konteks Linguistis: relasi antar unsur-unsur bahasa sendiri yang disebut pengertian (sense).
5.1. Konteks Non linguistis
Relasi yang pertama erat hubungannya dengan konteks non linguistis. Konteks non linguistis mencakup dua hal, yaitu; Hubungan antara kata dan barang atau hal, dan
Hubungan antara bahasa dan masyarakat atau disebut juga konteks sosial. Konteks sosial ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam penggunaan kata atau bahasa.
- Penggunaan kata-kata seperti istri kawan saya dan bini kawan saya;
- Buaya darat itu telah melahap semua harta bendanya dan orang itu telah melahap semua harta bendanya;
- Kami minta maaf dan kami mohon maaf,
Semuanya dilakukan berdasarkan konteks sosial, atau situasi yang dihadapi.
Walaupun ada ahli yang menolak konteks nonlinguistis sebagai hal yang tidak berkaitan dengan bahasa, namun seperti tampak dari contoh-contoh di atas, konteks sosial ini merupakan bagian dari aparat linguistik.
Konteks sosial itu mencakup:
1. Ciri-ciri yang relevan dari partisipan: orang-orang atau pribadi-pribadi yang terlibat dalam kegiatan berbicara. Ciri-ciri ini dapat berwujud:
- Aksi verbal dari partisipan, yang berarti tiap orang yang terlibat akan mempergunakan bahasa yang sesuai dengan situasi atau kedudukan sosialnya masing-masing;
- Aksi non-verbal dari partisipan, yang berarti tingkah laku non-bahasa (gerak-gerik, mimik, dan sebagainya) yang mengiringi bahasa yang digunakan, juga dipengaruhi oleh status sosial para partisipan.
2. Objek-objek yang relevan: yang berarti bahwa pokok pembicaraan juga akan mempengaruhi bahasa para partisipan.
- Kalau objek pembicaraan adalah mengenai Sang Pencipta, moral, keluhuran, akan dipergunakan kata-kata yang berkonotasi mulia;
- kalau objeknya adalah setan, kejahatan, korupsi, dan sebagainya, akan dipergunakan kata-kata yang berkonotasi jelek.
- Bidang ilmu akan mempergunakan kata-kata ilmiah,
- bidang sastra akan mempergunakan kata-kata yang khusus untuk kesusastraan, dan sebagainya.
3. Efek dari aksi verbal: efek yang diharapkan oleh partisipan juga akan mempengaruhi pilihan kata.
- Bila seorang menginginkan suatu perlakuan yang baik dan manis, maka kata-kata yang digunakan juga akan sesuai dengan efek yang diinginkan itu;
- kalau ia menginginkan suatu perlakuan yang kasar, maka kata-kata yang dipilih juga akan lain.
Dengan demikian, bahasa yang digunakan bukan hanya semata-mata karena masalah-masalah kebahasaan, tetapi juga karena masalah kemasyarakatan, yang bersifat nonlinguistis.
5.2. Konteks Linguistis
Konteks linguistis adalah;hubungan antara unsur bahasa yang satu dengan unsur bahasa yang lain.
Konteks linguistis mencakup konteks;
- hubungan antara kata dengan kata dalam frasa atau kalimat,
- hubungan antar frasa dalam sebuah kalimat atau wacana,
- dan juga hubungan antar kalimat dalam wacana.
Dalam hubungan dengan konteks ini, perlu kiranya dikemukakan suatu pengertian yang disebut kolokasi.
Yang dimaksud dengan kolokasi (collocation) adalah
lingkungan leksikal di mana sebuah kata dapat muncul.
Misalnya:
Kata gelap berkolokasi dengan kata malam, dan tidak pernah berkolokasi dengan kata baik atau jahat; dengan demikian kita dapat memperoleh konstruksi malam gelap.
Dengan dasar ini dapat dipelajari betapa jangka kolokasional dari kata-kata dalam suatu bahasa.
- Kata seorang hanya bisa dipakai bagi manusia, tetapi tidak pernah untuk binatang atau makhluk tak bernyawa.
- Kata sudah pada umumnya dapat berkolokasi dengan semua kata kerja, atau kata sifat, tetapi tidak dapat berkolokasi dengan kata benda.
- rumah ayah mengandung pengertian “milik”,
- rumah batu mengandung pengertian dari atau bahannya dari;
- membelikan ayah mengandung pengertian untuk atau benefaktif (memberikan faedah atau keuntungan).
6. Struktur Leksikal
Yang dimaksud dengan struktur leksikal adalah;bermacam-macam relasi semantik yang terdapat pada kata.
Hubungan antara kata itu dapat berwujud: sinonimi, polisemi, homonimi, hiponimi, dan antonimi. Kelima macam relasi antara kata itu dapat dikelompokkan atas:
1. Relasi antara bentuk dan makna yang melibatkan sinonimi dan polisemi:
- Sinonimi: lebih dari satu bentuk bertalian dengan satu makna.
- Polisemi: bentuk yang sama memiliki lebih dari satu makna.
2. Relasi antara dua makna yang melibatkan hiponimi dan antonimi:
- Hiponimi: cakupan-cakupan makna dalam sebuah makna yang lain.
- Antonimi: posisi sebuah makna di luar sebuah makna yang lain.
3. Relasi antara dua bentuk yang melibatkan homonimi, yaitu; satu bentuk mengacu kepada dua referen yang berlainan.
6.1. Sinonimi
Sinonimi adalah;suatu istilah yang dapat dibatasi sebagai,
1. Telaah mengenai bermacam-macam kata yang memiliki makna yang sama, atau
2. Keadaan di mana dua kata atau lebih memiliki makna yang sama.
Sinonim artinya adalah;
kata-kata yang memiliki makna yang sama (syn= sama, onoma = nama).
Dalam Ilmu bahasa yang murni, sebenarnya tidak diakui adanya sinonim-sinonim. Tiap kata mempunyai makna atau nuansa makna yang berlainan, walaupun ada ketumpang-tindihan antara satu kata dengan kata yang lain. Ketumpang-tindihan makna inilah yang membuat orang menerima konsep sinonimi atau sinonim sebagai dikemukakan di atas.
Di samping itu, konsep ini juga diterima untuk tujuan praktis guna mempercepat pemahaman makna sebuah kata yang baru, yang dikaitkan dengan kata-kata lama yang sudah dikenal. Dengan demikian, proses perluasan kosa kata seseorang juga akan berjalan lebih lancar.
Walaupun ada penolakan mengenai adanya sinonim ini, ada juga ahli yang berpendirian bahwa bagaimana sekalipun ada juga kata-kata yang benar-benar bersinonim. Kesinoniman kata dapat diukur dari dua kriteria berikut:
1. Kedua kata itu harus saling bertukar dalam semua konteks; ini disebut sinonim total;
Sinonim total adalah;
dua kata atau lebih yang memiliki makna sama persis dan dapat dipertukarkan dalam semua konteks kalimat tanpa mengubah arti kalimat tersebut.
Namun, dalam praktik bahasa, sinonim total sangat jarang atau hampir tidak ada, karena:
- Kata memiliki nuansa makna (konotasi)
- Dipengaruhi konteks sosial, budaya, waktu, dll.
Contoh mendekati sinonim total:
pribadi ↔ individuberakhir ↔ selesai (dalam beberapa konteks)
2. Kedua kata itu memiliki identitas makna kognitif dan emotif yang sama; hal ini disebut sinonim komplet.
Sinonim komplet adalah;
kata-kata yang memiliki makna hampir sama, tetapi tidak bisa dipertukarkan dalam semua konteks. Artinya, kesinoniman hanya berlaku pada konteks tertentu.
Contoh sinonim komplet:
melihat dan menonton, bisa sinonim dalam konteks: “Saya melihat TV” = “Saya menonton TV”
Tapi berbeda saat: “Saya menonton konser” ≠ “Saya melihat konser” (makna intensitasnya berbeda)
Maksud "makna intensitasnya berbeda" adalah tingkat kekuatan atau kedalaman makna dari dua kata yang tampak mirip tidaklah sama.
Contoh:
Kata marah dan murka itu sinonim, tapi murka punya intensitas emosi yang lebih tinggi daripada marah. Jadi meski artinya mirip, murka terasa lebih kuat.
Kata melihat dan menatap, keduanya tentang aktivitas mata, tapi menatap memberi kesan lebih intens dan lama daripada melihat.
Jadi, meskipun dua kata bisa saling menggantikan dalam konteks tertentu, tingkat rasa atau kekuatan maknanya bisa berbeda. Itulah yang dimaksud perbedaan intensitas.
Kesimpulan:
- Sinonim total → sama dalam semua konteks kalimat (sangat langka)
- Sinonim komplet → sama dalam konteks kalimat tertentu saja (lebih umum dalam bahasa)
Dengan kriteria ini dapat diperoleh empat macam sinonim, yaitu;
1. Sinonim yang total dan komplet, yang dalam kenyataan jarang ada; dan inilah yang dijadikan landasan untuk menolak adanya sinonim;
2. Sinonim yang tidak total tetapi komplet;
3. Sinonim yang total tetapi tidak komplet;
4. Sinonim yang tidak total dan tidak komplet,
Semuanya tergantung dari sudut pemenuhan kedua kriteria di atas.
Dengan kriteria itu, kita masih menerima bahwa;
- Kata manipulasi bersinonim dengan kecurangan, penggelapan, penimbunan, spekulasi. Namun tidak ada sinonim total dan komplet antara dua kata lebih dari kata-kata yang bersinonim itu.
- Demikian pula bila dikatakan bahwa kata stabil bersinonim dengan kata mantap, kuat, tak goyah, tetap, kukuh, atau
- Kata senang bersinonim dengan kata puas, lega, tidak susah, tidak kecewa, betah, berbahagia, suka, gembira, sukacita, girang, nyaman tidak terdapat sinonim total dan komplet.
Tetapi dari perangkat kata-kata bersinonim itu, pasti ada yang termasuk dalam ketiga jenis sinonim yang lain (sinonim jenis no. 2, 3, dan 4).
Sinonim tak dapat dihindari dalam sebuah bahasa; pertama-tama ia terjadi karena proses serapan (borrowing). Pengenalan dengan bahasa lain membawa akibat penerimaan kata-kata baru yang sebenarnya sudah ada padanannya dalam bahasa sendiri.
Borrowing (dalam linguistik - bahasa) adalah;
proses peminjaman kata dari bahasa lain ke dalam suatu bahasa. Kata-kata hasil peminjaman ini disebut kata serapan.
Contoh:
- Bahasa Indonesia meminjam dari Arab: iman, doa, zakat
- Dari Belanda: kantor, meja, gratis
- Dari Inggris: internet, komputer, file
Peminjaman bisa karena pengaruh budaya, perdagangan, agama, atau perkembangan teknologi.
- sudah ada kata hasil kita masih menerima kata prestasi dan produksi;
- sudah ada kata jahat dan kotor masih menerima kata maksiat;
- sudah ada kata karangan masih dianggap perlu untuk menerima istilah baru risalah, artikel, makalah, atau esai.
Serapan ini bukan hanya menyangkut referen yang sudah ada katanya dalam bahasa sendiri, tetapi juga menyangkut referen yang belum ada katanya dalam bahasa sendiri.
Dalam hal ini sinonim terjadi karena menerima dua bentuk atau lebih dari sebuah bahasa donor, atau menerima beberapa bentuk dari beberapa bahasa donor seperti:
buku, kitab, pustaka;
lalu sekolah, madrasah,
dan reklame, iklan, adpertensi.
Penyerapan kata-kata daerah ke dalam bahasa Indonesia, juga menjadi penyebab adanya sinonim. Tempat kediaman yang berlainan mempengaruhi pula perbedaan kosa kata yang digunakan, walaupun referennya sama.
Kita mengenal kata;
tali dan tambang,parang dan golok,ubi kayu dan singkong,lempung dan tanah liat, dan sebagainya.
Hampir sama dengan kelas sinonim ini adalah sinonim yang terjadi karena pengambilan data dari dialek yang berlainan:
tuli dan pekak,sore dan petang, dan sebagainya.
Faktor ketiga, yang menyebabkan adanya sinonim adalah;
makna emotif (nilai rasa) dan evaluatif. Makna kognitif dari kata-kata yang bersinonim itu tetap sama, hanya nilai evaluatif dan nilai emotifnya berbeda:
ekonomis - hemat - irit,pemuda - bujang - perjaka,kikir - pelit,ingin - rindu - damba,sari - pati,mayat - jenazah - bangkai,mati - meninggal - gugur - wafat - mangkat,penyair - pujangga,kuat - perkasa - gagah berani, dan sebagainya.
Kata-kata bersinonim, di samping dapat dibedakan dari kriteria saling berganti dalam konteks dan identitas kandungan makna kognitif dan emotifnya, dapat juga diadakan perbedaan lagi berdasarkan kolokasinya.
Kata belia misalnya bersinonim dengan kata taruna, remaja dan muda, tetapi kata yang boleh diikutinya dan didahuluinya tidak boleh sama.
Kita dapat mengatakan: ia masih muda; ia masih remaja; ia masih muda belia,
tetapi tidak bisa mengatakan: ia masih remaja belia; ia masih belia muda.
Kita mengakui bahwa kata pahit bersinonim dengan getir,
tetapi kita tidak dapat mengatakan bahwa obat itu sangat getir;
kita dapat mengatakan: obat itu sangat pahit,
sementara dapat diterima konstruksi: pengalaman yang pahit dan pengalaman yang getir.
***
Tugas Latihan
Carilah kata-kata yang bersinonim dengan kata-kata berikut, dan jelaskan apa perbedaan antara kata-kata tersebut!1. membawa (dengan segala macam cara membawa).2. macam-macam cara berjalan.3. macam-macam cara berbicara4. memelihara5. minta
Gabung dalam percakapan