www.izzuka.com

#21 Polisemi dan Homonimi

6.2. Polisemi dan Homonimi

  Bila dalam sinonimi kita berbicara mengenai beberapa kata yang memiliki makna yang mirip, maka dalam polisemi  kita mencatat kenyataan lain bahwa ada sebuah kata dapat memiliki bermacam-macam arti (poly = banyak, sema = tanda)

  Kata polisemi yang berarti; 

“satu bentuk kata mempunyai beberapa makna”, sangat dekat dengan sebuah istilah lain. Atau mempunyai makna yang berdekatan, walaupun tetap bisa dibedakan. Dalam polisemi hakikatnya kita hanya menghadapi satu kata saja. 

         Contoh:

Kata korban dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) dijelaskan sebagai memiliki makna; 

(1) Pemberian untuk menyatakan kebaktian, 
(2) orang yang menderita kecelakaan karena sesuatu perbuatan, 
(3) orang yang meninggal karena tertimpa bencana. 

Ketiga makna ini berdekatan satu sama lain, dan dalam kamus biasanya ditempatkan di bawah satu topik yang sama. 

          Ini adalah  polisemi.

  Sedang homonimi yaitu; 

“dua kata atau lebih tetapi memiliki bentuk yang sama”. Dan, dalam homonimi kita sebenarnya menghadapi dua kata atau lebih. Atau dengan kata lain bentuk-bentuk katanya sama tetapi mempunyai makna yang jauh berbeda

          Contoh:

Dari KBBI kita juga mencatat data yang lain, yaitu ada kata 

bisa I yang berarti 
(1) zat racun yang dapat menyebabkan luka, busuk atau mati pada sesuatu yang hidup, 
(2) mengandung zat racun (berbisa), 
(3) sesuatu yang buruk yang dapat merusak akhlak; 

dan bisa II yaitu berati: dapat, mampu, sanggup, boleh, mungkin. 

          Contoh ini adalah homonimi. Karena makna-maknanya berjauhan antara bisa I dan bisa II.

  Untuk menetapkan apakah suatu bentuk itu merupakan polisemi atau homonimi, kadang-kadang tidak selalu mudah. Kamus-kamus biasanya menetapkan apakah sebuah kata itu polisemi atau homonimi berdasarkan etimologi atau pertalian historisnya

Misalnya kata buku adalah homonim, berdasarkan etimologi, atau sejarah terbentuknya kata, yaitu; 
  • buku I  adalah kata asli bahasa Indonesia yang berarti “tulang sendi” atau "ruas", misal pada frasa: buku batang bambu, yakni "ruas pada batang bambu".
  • dan buku II yang berarti “kitab” atau “pustaka” berasal dari bahasa Belanda yang berarti “kertas bertulisan yang dijilid”; 

Maknanya, jelas jauh berbeda. 


kata kopi juga adalah homonim walaupun kata kopi I dan kopi II keduanya secara etimologi - historisnya - , berasal dari bahasa asing, yaitu; 
  • kopi I berasal dari bahasa Belanda Koffie yang berarti “nama pohon dan biji yang digoreng untuk minuman”,  
  • dan kopi II yang berasal dari bahasa Inggris copy yang berarti “salinan (surat dan sebagainya)”. 

Apalagi kata kopi ini, jelas maknanya berbeda jauh. 

  Cara yang kedua, adalah; 

dengan mengetahui prinsip perluasan makna dari suatu makna dasar. Salah satu daripadanya adalah metafora, yang didasarkan pada hubungan antara referen primer dan referen sekunder dari kata yang bersangkutan. 

          Misalnya referen primer bagi kata-kata: 

mulut, mata, kepala, kaki, tangan dan sebagainya,

          adalah bagian-bagian dari tubuh manusia. Namun dalam perluasan berdasarkan prinsip metaforis bagian-bagian tubuh tersebut dapat digunakan juga untuk menyebut bagian dari:  

(mulut) sungai, (mata) jarum, (kepala) pasukan, (kaki) meja, (kaki) gunung, (kaki) kursi dan sebagainya. 

         Hubungan itu lahir dari kesamaan fungsi atau bentuk antara referen-referennya.

  Dalam bahasa Indonesia kadang-kadang homonimi karena kesamaan bentuk itu, dapat dilihat dari dua sudut yakni, masih dapat dibedakan lagi atas; 
  • homograf dari sudut ejaan 
  • homofon dari sudut ucapannya.
  Ada homonim yang homograf (ejaan) dan homofon (ucapannya); artinya baik ucapannya dan ejaannya sama seperti tampak pada kata: 

bisa I dan bisa II, 
alat I (perabot, perkakas) dan alat II (jamu, tamu), 
amat I (sangat) dan amat II (memperhatikan), 
buram I (konsep - draft) dan buram II (tak bercahaya). 

  Ada homonim yang homograf (ejaan) yang tak homofon (ucapan) yang berarti ejaannya sama tetapi ucapannya berbeda, seperti: 

sedan I (sedu, rintih) dan sedan II (mobil penumpang),  

seri I (cahaya memancar - cahaya terang) – seri II (menghisap sesuatu yang basah atau berair - jarang digunakan) – seri III (balui - membungkus sesuatu dengan rapi - menutup - jarang digunakan) dan seri IV (rangkaian). 
  • Dalam kasus ini seri I, II, III bersifat homonim yang homograf dan homofon
  • tetapi antara seri I, II, III di satu pihak dan seri IV di pihak lain merupakan homonim yang homograf yang tak homofon

          Berikut bentuk-bentuk homonim, contoh lainnya;

mental I (terpelanting) dan mental II (batin, jiwa), 

seret I (sendat /tidak lancar) dan seret II (menghela maju), 

serang I (menyerbu) dan serang II (silau), 

serak I (parau) dan serak II (tersebar), 

semi I (tunas) dan semi II (setengah), 

sela I (celah, antara) dan sela II (pelana), 

perang I (pertempuran) dan perang II (pirang), 

pepet I (bunyi) dan pepet II (himpit) 

dan sebagainya. 

         Dalam bahasa Indonesia masih terdapat homonim yang tak homograf (tak sama ejaannya) tetapi homofon (hampir sama ucapannya), terutama yang ada kaitannya dengan fonem /h/ yang sering tidak jelas diucapkan: 

muda (remaja) dan mudah (gampang), 
tua (lanjut usia) dan tuah (untung, sakti), 
gaji (upah) dan gajih (gemuk, lemak), 
basa (bahasa) dan basah (mengandung air), 
bawa (angkut) dan bawah (lebih rendah), 

dan sebagainya.

Tugas Latihan

1. Tetapkanlah mana dari kata-kata yang disebut di bawah ini bersama maknanya merupakan polisemi, dan mana yang merupakan homonim:

 Memandang: melihat; memperhatikan; menengok, meninjau; memeriksa; mengawasi; menyelidiki; menilik; mengamati; menonton; menganggap; memperlakukan; mengingat; menghargai.

 Papan: kayu tipis; tempat tinggal; kediaman.

 Pak: bapak; ayah; bungkusan; kemasan; mengusahakan.

 Silaturrahmi: persahabatan; persaudaraan.
 
 Larut: hanyut; jauh; hancur; luluh.

 Rawan: sedih; pilu; tulang muda; genting; kritis.

 Kecut: gentar; takut; masam; asam.

 Sirna: lenyap; hilang; musnah; gaib.

 Dakwah: misi; penyiaran agama.

 Cedera: cacat; luka; pertengkaran; cekcok; khianat; pembunuhan.

 Bak: kolam; tinta cina; seperti; bagai

 Lestari: baka; abadi; tetap; langgeng; kekal

2. Apa perbedaan antara kata-kata berikut!

 mega, megah

 gaji, gajih

 acu, acuh

 alih, ahli; ahli bahasa, alih bahasa

 asa, asah

 tua, tuah

 basah, basa, bahasa

 peri, perih
Sederhana itu Lebih - Less is More. Desain bukanlah menambah-nambah biar berfungsi, tetapi desain adalah menyederhanakan agar berdaya guna.
Produk

Online Shop
Buku, Peranti belajar,
dan sebagainya



Misi


Fakta
Ciri Khas Artikel



F A Q (Frequently Asked Questions)
Pertanyaan yang sering diajukan

Silahkan chat dengan tim kami Admin akan membalas dalam beberapa menit
Bismillah, Ada yang bisa kami bantu? ...
Mulai chat...