#22 Hiponimi dan Antonimi
6.3. Hiponimi
Hiponimi adalah;semacam relasi antar kata yang berwujud atas-bawah, atau dalam suatu makna terkandung sejumlah komponen yang lain. Karena ada kelas atas yang mencakup sejumlah komponen yang lebih kecil, dan ada sejumlah kelas bawah yang merupakan komponen-komponen yang tercakup dalam kelas atas,
maka kata yang berkedudukan sebagai kelas atas disebut superordinat dan kelas bawah yang disebut hiponim.
Istilah superordinat dan hiponim adalah istilah dalam semantik. Ilmu biologi mempergunakan istilah genus dan species, ilmu-ilmu sosial mempergunakan istilah kelas dan sub-kelas, sedangkan logika dan tata bahasa mempergunakan istilah kategori dan sub-kategori. Semuanya mengacu pada hal yang sama yaitu tingkat atas dan tingkat bawah.
Kata bunga merupakan suatu superordinat yang membawahi sejumlah hiponim antara lain: mawar, melati, sedap malam, flamboyant, dan gladiol.
Tiap hiponim pada gilirannya dapat menjadi superordinat bagi sejumlah hiponim yang bernaung di bawahnya, misalnya ada mawar merah, mawar putih, mawar oranye, dan sebagainya.
Dalam keterbatasan istilah dapat juga terjadi bahwa istilah yang sama dapat dipakai lebih dari satu kali bagi hirarki yang berbeda. Misalnya,
frasa kata makhluk bernyawa pertama-tama dipakai sebagai lawan dari tumbuh-tumbuhan (makhluk tak bernyawa). Frasa kata makhluk bernyawa sebagai superordinat membawahi hiponim manusia dan binatang (hewan tak berakal budi). Kata binatang yang tadinya menjadi hiponim, sekarang bertindak lagi sebagai superordinat yang membawahi hiponim baru: burung, ikan, insek, dan binatang penyusu.
Untuk jelasnya, lihat skema berikut:
Dalam komposisi,
sebuah hiponim dapat digantikan oleh superordinatnya sesudah penulis mengemukakan hiponim tadi.
Tetapi sebaliknya,
bila penulis berbicara mengenai sebuah superordinat ia tidak dapat menggantikan superordinat dengan hiponimnya. Paling tinggi ia merangkaikan superordinat dengan hiponimnya sebagai suatu contoh atau ilustrasi.
Misalnya :
Ia memelihara sepuluh ekor unggas angsa (hiponim) untuk menjaga rumahnya. Binatang-binatang (superordinat) itu dengan setia mengadakan pengawalan siang dan malam.
Binatang (superordinat) adalah makhluk yang sangat berguna bagi kehidupan manusia. Angsa (hiponim) misalnya membantu manusia dalam menjaga keamanan rumah.
Contoh pertama menunjukkan bahwa kata unggas angsa dapat diganti dengan kata binatang,
tetapi,
Pada contoh kedua menunjukkan bahwa kata binatang tidak dapat diganti dengan kata angsa, kecuali kalau kata angsa berfungsi sebagai contoh dari superordinat (binatang) itu. Hal ini sangat penting untuk disadari dalam komposisi.
6.4. Antonimi
Istilah antonimi dipakai untuk menyatakan “lawan makna”, sedangkan kata yang berlawanan disebut antonim. Sering kali antonim dianggap sebagai lawan kata dari sinonim, namun anggapan itu sangat menyesatkan.
Antonimi adalah;
relasi antar makna yang wujud logisnya sangat berbeda atau bertentangan: benci-cinta, panas-dingin, timur-barat, suami-istri, dan sebagainya. Bila dibandingkan dengan sinonimi, maka antonimi merupakan hal yang wajar dalam bahasa.
Walaupun kita menerima konsep antonimi secara umum, sebenarnya terdapat perbedaan antara bermacam-macam kata yang berantonim itu. Oposisi antar kata dapat berbentuk:
1. Oposisi Kembar:
oposisi yang mecakup dua anggota seperti: laki-laki-wanita, jantan-betina, hidup-mati. Ciri utama dari kelas antonim ini adalah;
> penyangkalan terhadap yang satu berarti penegasan terhadap anggota yang lain,> penegasan terhadap yang satu berarti penyangkalan terhadap yang lain. Misalnya:
Anak itu laki-laki = Anak itu bukan wanita; anak itu bukan laki-laki = anak itu wanita.
2. Oposisi Majemuk:
oposisi yang mencakup suatu perangkat yang terdiri dari dua kata. Oposisi ini bertalian terutama dengan hiponim-hiponim dalam sebuah kelas: logam, species binatang, tumbung-tumbuhan, buah-buahan, warna, dan sebagainya. Ciri utama kelas antonim ini adalah:
> penegasan terhadap suatu anggota akan mencakup penyangkalan atas tiap anggota lainnya secara terpisah,> tetapi penyangkalan terhadap suatu anggota akan mencakup penegasan mengenai kemungkinan dari semua anggota yang lain. Misal:
kalau dikatakan baju itu merah, maka tercakup di dalamnya pengertian baju itu tidak hijau; baju itu tidak putih; baju itu tidak hitam, dan sebagainya.
Sebaliknya kalau dikatakan baju itu tidak merah maka dalam kalimat ini tercakup pengertian: baju itu hijau atau baju itu putih atau baju itu hitam, dan sebagainya.
3. Oposisi Gradual:
kelas ini sebenarnya suatu penyimpangan dari oposisi kembar, yaitu antara dua istilah yang berlawanan masih terdapat sejumlah tingkatan antara. Antara kaya dan miskin, besar-kecil, panjang-pendek dan sebagainya terdapat tingkatan (gradasi): sangat panjang-lebih panjang- panjang-pendek-lebih pendek-sangat pendek, dan sebagainya. Ciri utama antonim ini adalah:
> Penyangkalan terhadap yang satu tidak mencakup penegasan terhadap yang lain,
> walaupun penegasan terhadap yang satu mencakup penyangkalan terhadap yang lain. Misalnya:
Rumah kami tidak besar tidak mencakup pengertian rumah kami kecil, walaupun rumah kami besar mencakup pula pengertian rumah kami tidak kecil.
Umumnya semua Kata Sifat dan Adverbial (Keterangan) termasuk kelompok ini, beberapa Kata Kerja (cinta, benci, setuju, dan sebagainya), beberapa Kata Penentu (sedikit, banyak, dan sebagainya).
4. Oposisi Relasional (kebalikan):
adalah oposisi antara dua kata yang mengandung relasi kebalikan: orang tua-anak, suami-istri, guru-murid, penjual-pembeli, menjual-membeli, memberi-menerima, mengajar-belajar, meminjam-meminjamkan, menghentikan-berhenti, dan sebagainya.
Termasuk dalam kelas ini adalah kata-kata yang menyatakan arah yang berlawanan: utara-selatan, timur-barat, atas-bawah, depan-belakang. Relasi ini biasanya dinyatakan dengan mempergunakan kata yang berlainan dalam konstruksi kalimat yang sama:
Ali menjual seekor sapi pada Tono – Tono membeli seekor sapi dari Ali;Ayah memberi anaknya sebuah rumah - Anak menerima dari ayahnya sebuah rumah;Tono adalah orang tua dari Tini – Tini adalah anak dari Tono;Yono adalah suami dari Titi – Titi adalah istri dari Yono;
5. Oposisi Hirarkis:
adalah oposisi yang terjadi karena tiap istilah menduduki derajat yang berlainan. Oposisi ini sebenarnya sama dengan Oposisi Majemuk, namun di sini terdapat suatu kriteria tambahan yang tingkat. Termasuk dalam kelas ini adalah: perangkat ukuran, penanggalan. Misalnya:
millimeter – centimeter – desimeter – meter, dan seterusnya,inci – kaki – yard, gram – desigram – kilogram;Januari – Februari – Maret – April, dsbnya.
6. Oposisi Inversi:
oposisi yang terdapat pada pasangan kata seperti: beberapa – semua, mungkin – wajib, boleh – harus, tetap – menjadi. Pengujian utama mengenai oposisi inversi ini adalah apakah ia mengikuti kaidah sinonim yang mencakup:
(a) penggantian suatu istilah dengan yang lain, dan
(b) mengubah posisi suatu penyangkalan dalam kaitan dengan istilah yang berlawanan. Misalnya:
“Beberapa negara tidak memiliki pantai” sinonim dengan: ”Tidak semua negara memiliki pantai”.
“Semua kucing bukan kerbau” sinonim dengan : “Tak ada kucing adalah kerbau”.
Kita diharuskan untuk tidak menjadi perokok = Kita tidak diperbolehkan menjadi perokok.
Kakak tidak menjadi perokok = Kakak tetap bukan perokok
***
Gabung dalam percakapan