Belajar Ilmu Syar'i - Hukum-hukum Perintah-perintah dan Hukum-hukum Musibah-musibah
Seorang hamba senantiasa mengalami perubahan di antara hukum-hukum perintah-perintah dengan hukum-hukum musibah. Maka,
✓ ia membutuhkan - bahkan terpaksa - pertolongan saat mendapat perintah-perintah.✓ dan, membutuhkan KELEMBUTAN (kasih sayang - ed.) saat mendapat musibah-musibah.✓ dan, seberapa jauh kemampuannya dalam menegakkan perintah-perintah, sejauh itu pula ia akan mendapatkan kelembutan (kasih sayang - ed.) ketika mendapat musibah-musibah.✓ Maka, jika ia menyempurnakan penegakan perintah-perintah lahiriah dan batiniah, ia mendapatkan kelembutan (kasih sayang - ed.) lahiriah dan batiniah pula.✓ Namun, jika ia menegakkan dengan lahiriah (rupanya - fisik - ed.) saja, tanpa hakikat-hakikatnya (tanpa batiniah - tanpa amalan kalbu - ed.), maka ia mendapatkan kelembutan (kasih sayang - ed.) dalam lahiriah saja, dan sedikit mendapat bagiannya dari kelembutan (kasih sayang - ed.) dalam batiniah.
KELEMBUTAN (kasih sayang - ed.) BATINIAH
Jika engkau bertanya, "Apakah Kelembutan Batiniah itu?"Kelembutan batiniah adalah;
✓ sesuatu yang dihasilkan oleh kalbu (hati) ketika mendapat musibah-musibah berupa ketentraman, dan ketenangan,
✓ dan hilangnya kecemasan, kegoncangan dan kegelisahan,✓ sehingga ia merendahkan dirinya (merunduk - ed.) di hadapan tuannya, terhina dan tunduk memandang dengan hatinya, dan dalam keadaan tenang kepada-Nya dengan ruh dan rahasianya.✓ Bahkan, kesibukannya, menyaksikan Kelembutan-Nya (kasih sayang-Nya - ed.) ketika mendapatkan penderitaan yang berat.✓ Dia membiarkan menyaksikan yang demikian, karena pengetahuannya, bahwa itu adalah pilihan baik baginya.
Hadits diriwayatkan at-Tirmidzi (2404), dan Ibnu Majah (4031) dari Anas, bahwasannya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda,
"Sesungguhnya besarnya balasan sesuai besarnya ujian, dan sesungguhnya Allah bila mencintai suatu kaum, maka Ia beri ujian kepada mereka. Maka barang siapa ridha, maka Allah ridha kepadanya, dan barang siapa tidak suka, maka kemurkaan Allah baginya."
Sanadnya hasan insya Allah.
✓ Dan, sesungguhnya ia hanyalah seorang hamba yang diputuskan untuk mengikuti hukum-hukum tuannya, ridha (suka - pent.) ataupun tidak.✓ jika ia suka, maka ia mendapatkan ridha Allah. Jika ia tak suka, maka ia diliputi kemurkaan-Nya.✓ Kelembutan (kasih sayang - ed.) batiniah ini BUAH HUBUNGAN BATINIAH.
Kelembutan batiniah tersebut akan bertambah, selagi hubungannya bertambah, dan kelembutan batiniah ini berkurang, selagi hubungannya juga berkurang.
Sumber: Kitab Fawaidul Fawaid (.pdf Arab) - Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah_
***
Paragraf Refleksi
Bagaimana seseorang TENANG (tidak panik, atau isti'jal - tergesa-gesa) dalam FITNAH (ujian) tergantung HUBUNGAN BATIN dia ketika LAPANG terhadap Allah.
Sebaliknya,
Seseorang akan PANIK, TERGESA-GESA, GELISAH ketika FITNAH (ujian) mendera, itu sama saja diketahui bahwa ketika LAPANG kurang HUBUNGAN BATIN terhadap Allah. Ia hanya melakukan ibadah secara ZHAHIR saja.
Itu bisa kita rasakan pada diri kita melakukan ibadah, atau keseharian berupa RUTINITAS, tidak meresapi terhubung kepada Allah. Boleh jadi pas zikirpun hanya lafaz-lafaz pada lidah saja, entah pikiran safar kemana (adat - menurut Ibnu Qudamah Al-Maqdisi).
Pentingnya zikir baik mutlaq maupun muqayyad, secara khusyuk. Apalagi shalat dan ibadah-ibadah lainnya, lebih-lebih.
Begitu pula, penyakit-penyakit kalbu berupa: jaim, hubbul-jah (cinta kedudukan), hubbur-riyasah (cinta kepemimpinan), dengki - hasad, ujub, dan semua penyakit hati, tentunya orientasi (makhluk) dunia, menjauhkan hati (batin) dari HUBUNGAN BATIN kepada Allah.
Semuanya akan nampak pada seseorang dan kita semua ketika FITNAH melanda. Perhatikan diri kita, sejauh mana kita tenang atau panik.
Kesimpulannya,
jika kita ingin mendapat Kelembutan Allah ketika fitnah atau musibah dengan tenangnya hati, banyak-banyaklah terkoneksi kepada Allah ketika lapang. Ini kenyataan (fakta) dan kepastian dari Allah yang tidak bisa kita pungkiri dan tak akan pernah meleset.
***
Gabung dalam percakapan