#07 Istilah pada definisi Feature: Kreativitas
Kreativitas, diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam menggunakan imajinasinya untuk menghasilkan bentuk karya yang membuka pikiran, atau menyejukkan perasaan, atau menggugah rasa estetika (keindahan) orang lain.
Tulisan berita terkhusus Feature pun membutuhkan kreativitas dari penulisnya, misalnya dalam memilih sesuatu untuk dijadikan teras atau Lead, pemakaian pilihan kata atau Diksi, penggunaan tipe-tipe berita, pencarian sumber berita, dan sebagainya.
Namun, untuk menulis Feature dituntut untuk lebih banyak kreativitas dari pewartanya. Karena ia diharapkan melihat atau merasakan di balik fakta utama, yang mungkin tak dilihat dan dirasakan orang lain.
Misalkan, di dalam berita lurus (lempang), bisa memberitakan seorang tokoh masyarakat (who) akan membacakan pidatonya di suatu pertemuan. Isi pidato (what), tempat pertemuan (where), kapan diadakan (when), mengapa sang tokoh menekankan sesuatu dalam pidatonya (why), bagaimana nada pembacaannya (how), dipaparkan secara lengkap dalam berita tersebut. Akan tetapi, mungkin penulis berita lurus mungkin tak peduli, ternyata tokoh masyarakat tersebut lupa membawa kaca mata bacanya, sehingga terpaksa ia meminjam kaca mata baca orang lain.
Mungkin saja, dalam berita lurus hal tersebut di atas dimasukkan, tetapi hanya dalam satu kalimat. Pada hal insiden kecil tersebut sejatinya dapat mengungkap beberapa hal. Bagi penulis Feature, yang memiliki kreativitas, akan menulis lebih detail tentang penggunaan kaca mata baca orang lain dengan lebih menarik.
Bagaimana, atau apa saja yang menarik dari hal tersebut?
Hal-hal yang menarik itu, misalkan;
Namun, untuk menulis Feature dituntut untuk lebih banyak kreativitas dari pewartanya. Karena ia diharapkan melihat atau merasakan di balik fakta utama, yang mungkin tak dilihat dan dirasakan orang lain.
Misalkan, di dalam berita lurus (lempang), bisa memberitakan seorang tokoh masyarakat (who) akan membacakan pidatonya di suatu pertemuan. Isi pidato (what), tempat pertemuan (where), kapan diadakan (when), mengapa sang tokoh menekankan sesuatu dalam pidatonya (why), bagaimana nada pembacaannya (how), dipaparkan secara lengkap dalam berita tersebut. Akan tetapi, mungkin penulis berita lurus mungkin tak peduli, ternyata tokoh masyarakat tersebut lupa membawa kaca mata bacanya, sehingga terpaksa ia meminjam kaca mata baca orang lain.
Mungkin saja, dalam berita lurus hal tersebut di atas dimasukkan, tetapi hanya dalam satu kalimat. Pada hal insiden kecil tersebut sejatinya dapat mengungkap beberapa hal. Bagi penulis Feature, yang memiliki kreativitas, akan menulis lebih detail tentang penggunaan kaca mata baca orang lain dengan lebih menarik.
Bagaimana, atau apa saja yang menarik dari hal tersebut?
Hal-hal yang menarik itu, misalkan;
✓ bagaimana kemampuan baca sang tokoh masyarakat dengan menggunakan kaca mata baca orang lain,✓ tindakan atau sikapnya yang aneh karena kecanggungan memakai kaca mata baca itu,✓ penampilan wajahnya yang lain dari biasanya dengan bentuk kaca mata yang tak biasa ia pakai,✓ dialog-dialog yang terjadi antara tokoh itu dengan salah satu person yang menyertainya, oleh karena kepanikan atas ketertinggalan kaca mata baca tokoh tersebut,✓ dialog-dialog yang terjadi antara tokoh itu dengan orang yang dipinjam kaca mata bacanya,✓ perubahan nada suaranya ketika membaca pidatonya karena perasaan sang tokoh akibat kepanikan tersebut,✓ sikap para hadirin yang melihat insiden tersebut,✓ dan sebagainya.
Hal-hal tersebut di atas itulah yang disebut pendekatan daya pikat manusiawi (human interest) dalam suatu Feature.
Bukan sekedar kejelian pengamatan yang dituntut dari penulis Feature sebagai unsur kreativitas, tetapi penulis juga dituntut untuk menggunakan keterampilan bahasanya, penentuan tema tulisan, diksi untuk teras tulisan, dan penuturan cerita yang lancar dan mengalir.
Betapa seorang penulis Feature mampu menuliskannya dari suatu peristiwa yang sama, tetapi dikisahkan dari sisi sudut pengamatan (angle) yang berbeda.
Tak seperti menulis berita biasa, menulis Feature memungkinkan penulis "menciptakan" sebuah cerita. Memang, ia masih terikat etika bahwa tulisan mesti akurat, sebab Feature dengan segala kebebasannya tetap merupakan ragam tulisan jurnalistik, bukan fiksi.
Kreativitas seorang penulis Feature teruji kemampuannya dengan mengembangkan sebuah berita biasa (lurus) menjadi tulisan yang "enak dan asyik dibaca, dan penting". Dengan kata lain, dari suatu peristiwa bisa saja seorang penulis menggagas ide suatu Feature.
Dimensi human interest dalam berbagai peristiwa yang berlangsung di masyarakat kerap membuat penulis justru mengambil keputusan untuk tak menonjolkan fakta terpenting (hard facts). Para penulis Feature malah menampilkan hal-hal yang lebih menarik seperti contoh di atas berupa insiden kecil, anekdot atau fakta-fakta ringan di awal tulisan. Dengan demikian di akhir abad 20 dan awal abad 21, sastra yang menekankan pada setting (deskripsi latar), actions (tindak tanduk manusia) mendorong jurnalisme untuk menempatkan Feature sebagai bentuk tulisan jurnalistik yang khas. Feature sebagai tulisan menghibur (entertaining) yang menyentuh kepekaan pembaca akan masalah-masalah yang mengandung nilai-nilai human interest.
Topik-topik human interest seperti, dunia penjaja makanan ringan, kesucian, kejujuran, keberuntungan, tragedi, dunia anak muda, dunia lansia, binatang, kepahlawanan, petualangan, kejahatan dan sebagainya.
Berikut, hanya salah satu contoh kreativitas penulis, yaitu sebuah Lead dari suatu tulisan yang mengisahkan agenda harian seseorang rakyat, ketika seorang calon presiden suatu negara hendak mengawali kampanye kepresidenannya melalui radio:
Yang harus dikerjakan hari ini:1. Cuci mobil2. Beli sembako3. Panggil presiden
Agenda kegiatan "panggil presiden" itu maksudnya adalah pada kegiatan menyetel radio yang akan menyiarkan wawancara dan pidato kandidat presiden tersebut.
Untuk Lead-lead kreatif bisa lihat lebih detail TAP > Lead Sang Umpan .
Pengisahan berita seperti itu, jelas-jelas berkaitan dengan kemampuan penulis dalam mengembangkan kreativitasnya. Penulis harus cermat memperhitungkan segala efek yang dapat membangkitkan simpati para pembaca, dengan penggambaran sepersis detail-detail fotografis.
Pengetahuan, pengalaman, dan wawasan penulis sangat berpengaruh terhadap kualitas tulisan Feature. Pemahaman persoalan segi-segi kemanusiaan dari ringan sampai permasalahan berat mesti dikuasai. Seperti, warna kulit, cara berjalan, gangguan psikis, perilaku-perilaku sosial dan sebagainya.
Tanpa pemahaman yang mendalam, penulis tak akan mampu menggambarkannya secara riil, efektif dan menyentuh perasaan para pembaca.
***
Gabung dalam percakapan