#10 Istilah pada definisi Feature: Mendidik
Tindak tanduk manusia dilahirkan dari motivasi, niat. Sedang motivasi manusia dibentuk oleh konteks atau lingkungannya dari kecil. Adapun konteks bisa disengaja dengan diadakan oleh pendidikan yang terorganisasi, maupun tanpa disengaja melalui pergaulan sosial, atau pengalaman akibat pengaruh lingkungan.
Konteks yang disengaja, selain melalui pendidikan di sekolah-sekolah, bisa diupayakan melalui media massa. Sehingga setiap rangsangan seperti penyampaian lisan, tulisan, dan sebagainya akan menghasilkan umpan balik (feed back). Yaitu menimbulkan perilaku sesuai yang diharapkan dalam penyampaian informasi.
Kita telah lewat pada bab Feature mempunyai sifat "memberi tahu" yang sifatnya tidak netral, yaitu mempunyai kemampuan "mempengaruhi". Sehingga Feature adalah salah satu wujud informasi yang berkembang fungsinya, selain memberi tahu, menghibur juga menpengaruhi untuk mendidik. Yakni mendidik masyarakat agar melakukan aktivitas lebih terarah menuju kebaikan.
Yang dimaksud terarah di sini adalah, bahwa kegiatan masyarakat searah dengan kepentingan sosial, berupa pandangaan hidup, budaya bangsa yang tidak menyelisihi syariat. Hal tersebut akan menimbulkan perasaan aman dan bahagia.
Misalkan, jika kepentingan sosial menuntut seseorang untuk berilmu, tak canggung melaksanakan aturan-aturan Islam, maka orang yang bersangkutan akan berusaha menyelaraskan persepsinya dan kegiatannya berupa menuntut ilmu agama untuk tujuan hidupnya itu.
Nah, untuk mencapai tujuan hidup berupa dapatnya ilmu, maka seseorang itu dapat melakukan kegiatan mencari ilmu dengan pendidikan tak disengaja melalui pergaulan sosial. Bisa juga, melalui pendidikan yang terorganisasi melalui sekolah formal seperti pondok pesantren maupun membaca materi-materi agama di media massa.
Feature, bahkan mampu meningkatkan derajatnya dari sekedar memberi tahu dan menghibur menjadi mendidik bukan tanpa alasan. Feature mampu menggugah naluri terbaik manusia untuk menghasilkan perubahan konstruksi tatanan sosial untuk lebih baik lagi.
Biasanya, kecenderungan mendidik pada Feature ini, menekankan aspek afektif. Yaitu membangkitkan perasaan pembaca dengan menampilkan kisah-kisah yang menyentuh hati. Bisa dengan cerita penggambaran pengalaman penulis sendiri atau orang lain. Kita sebagai penulis Feature bisa berkisah tentang keyakinan, ketekunan, kegigihan dan kesabaran seseorang dalam menghadapi kesulitan hidup. Sikap tegar dan tak mudah putus asa para subjek yang diungkapkan diharapkan mendidik, memberi contoh dan inspirasi kepada para pembaca jika menghadapi kebuntuan pikiran akibat kesulitan hidup mereka.
Namun, hanya penulis yang telah kenyang pengalaman mampu menyampaikan pesan moral tersebut. Dengan apik ia memadukan pesan moral dengan gaya pemaparan kisah tanpa menimbulkan kesan menggurui. Sehingga kita sebagai penulis, mesti terus menerus menambah pengalaman, agar pesan kebaikan yang kita sampaikan tidak membuat para pembaca "kabur" karena merasa sebal dan muak berhadapan dengan "petuah usang".
Konteks yang disengaja, selain melalui pendidikan di sekolah-sekolah, bisa diupayakan melalui media massa. Sehingga setiap rangsangan seperti penyampaian lisan, tulisan, dan sebagainya akan menghasilkan umpan balik (feed back). Yaitu menimbulkan perilaku sesuai yang diharapkan dalam penyampaian informasi.
Kita telah lewat pada bab Feature mempunyai sifat "memberi tahu" yang sifatnya tidak netral, yaitu mempunyai kemampuan "mempengaruhi". Sehingga Feature adalah salah satu wujud informasi yang berkembang fungsinya, selain memberi tahu, menghibur juga menpengaruhi untuk mendidik. Yakni mendidik masyarakat agar melakukan aktivitas lebih terarah menuju kebaikan.
Misalkan, jika kepentingan sosial menuntut seseorang untuk berilmu, tak canggung melaksanakan aturan-aturan Islam, maka orang yang bersangkutan akan berusaha menyelaraskan persepsinya dan kegiatannya berupa menuntut ilmu agama untuk tujuan hidupnya itu.
Nah, untuk mencapai tujuan hidup berupa dapatnya ilmu, maka seseorang itu dapat melakukan kegiatan mencari ilmu dengan pendidikan tak disengaja melalui pergaulan sosial. Bisa juga, melalui pendidikan yang terorganisasi melalui sekolah formal seperti pondok pesantren maupun membaca materi-materi agama di media massa.
Feature, bahkan mampu meningkatkan derajatnya dari sekedar memberi tahu dan menghibur menjadi mendidik bukan tanpa alasan. Feature mampu menggugah naluri terbaik manusia untuk menghasilkan perubahan konstruksi tatanan sosial untuk lebih baik lagi.
Biasanya, kecenderungan mendidik pada Feature ini, menekankan aspek afektif. Yaitu membangkitkan perasaan pembaca dengan menampilkan kisah-kisah yang menyentuh hati. Bisa dengan cerita penggambaran pengalaman penulis sendiri atau orang lain. Kita sebagai penulis Feature bisa berkisah tentang keyakinan, ketekunan, kegigihan dan kesabaran seseorang dalam menghadapi kesulitan hidup. Sikap tegar dan tak mudah putus asa para subjek yang diungkapkan diharapkan mendidik, memberi contoh dan inspirasi kepada para pembaca jika menghadapi kebuntuan pikiran akibat kesulitan hidup mereka.
Namun, hanya penulis yang telah kenyang pengalaman mampu menyampaikan pesan moral tersebut. Dengan apik ia memadukan pesan moral dengan gaya pemaparan kisah tanpa menimbulkan kesan menggurui. Sehingga kita sebagai penulis, mesti terus menerus menambah pengalaman, agar pesan kebaikan yang kita sampaikan tidak membuat para pembaca "kabur" karena merasa sebal dan muak berhadapan dengan "petuah usang".
***
Gabung dalam percakapan