#01 Kebiasaan Kunci VS Bad Mood
"Gue lagi gak mood nih!"
Curhatan seperti itu, kita sering mendengarnya entah dari teman, atau dari seseorang yang sedang tak semangat dalam melakukan pekerjaannya. Tidak itu saja, bahkan keadaan itu bukan saja terjadi pada orang lain, terkadang merasuki, meracuni diri-diri kita. Ini terjadi nyata dan tak bisa dipungkiri.
Lalu, apakah yang dinamakan mood itu?
Mood sendiri adalah keadaan emosional atau perasaan yang timbul hanya untuk sementara. Ada yang mengatakan, mood terdiri dua macam, good mood ketika semangat bekerja, dan ada bad mood jika semangat sedang melorot, seperti telah dicontohkan di atas.
Alangkah repotnya dan tak efektifnya jika bad mood sering berkunjung pada diri kita. Pekerjaan tidak "kelar-kelar". Harusnya selalu segera menekan tombol "enter", malah yang timbul kata "entar" dalam benak kita. Bakal kena "semprot" atasan atau mitra kita.
Nah, bagaimana mengatasi mood yang jelek itu? Banyak yang memberi solusi, tetapi setelah izzuka.com survey dan riset, banyak hal yang menyelisihi jalan para pendahulu kita, para Salafush Shaleh. Seperti, mendengarkan musik, meditasi, dan cara-cara lain yang justru meninggalkan pekerjaan yang harus dikerjakan. Bisa-bisa kena "semprot" kedua.
Lantas bagaimana? Coba baca terus tulisan ini sampai tuntas!
Dalam keseharian kita, ada yang namanya "kebiasaan kunci". Kebiasaan kunci adalah suatu kebiasaan yang membuka kepada kebiasaan-kebiasaan lain.
Misal, kebiasaan bangun malam, kebiasaan bersegera beranjak untuk menuju shalat berjamaah di masjid ketika mendengar azan. Ini merupakan kunci kepada kebiasaan-kebiasaan yang lain.
Kita beri contoh agar lebih tergambar. Jika kita melihat, ketika kita shalat berjamaah di masjid. Kita akan melihat siapa saja yang berada di shaf-shaf depan. Orangnya itu-itu saja.
Begitu pula yang berada di shaf-shaf belakang, orang-orangnya itu-itu saja. Bahkan yang masbuq seringnya orang yang sama. Ya tidak selalu ya, itu sebagian besar atau berdasarkan pengamatan saja.
Nah, berarti ini kebiasaan.
Misal, kita ingin mendapat kebiasaan baik shalat di shaf pertama. Perasaan malas, dan iman yang lemah kadang menoksini kita. Berat.
Sekarang, kita coba memakai trik kebiasaan kunci. Mungkin bisa dicoba:
Curhatan seperti itu, kita sering mendengarnya entah dari teman, atau dari seseorang yang sedang tak semangat dalam melakukan pekerjaannya. Tidak itu saja, bahkan keadaan itu bukan saja terjadi pada orang lain, terkadang merasuki, meracuni diri-diri kita. Ini terjadi nyata dan tak bisa dipungkiri.
Lalu, apakah yang dinamakan mood itu?
Mood sendiri adalah keadaan emosional atau perasaan yang timbul hanya untuk sementara. Ada yang mengatakan, mood terdiri dua macam, good mood ketika semangat bekerja, dan ada bad mood jika semangat sedang melorot, seperti telah dicontohkan di atas.
Alangkah repotnya dan tak efektifnya jika bad mood sering berkunjung pada diri kita. Pekerjaan tidak "kelar-kelar". Harusnya selalu segera menekan tombol "enter", malah yang timbul kata "entar" dalam benak kita. Bakal kena "semprot" atasan atau mitra kita.
Nah, bagaimana mengatasi mood yang jelek itu? Banyak yang memberi solusi, tetapi setelah izzuka.com survey dan riset, banyak hal yang menyelisihi jalan para pendahulu kita, para Salafush Shaleh. Seperti, mendengarkan musik, meditasi, dan cara-cara lain yang justru meninggalkan pekerjaan yang harus dikerjakan. Bisa-bisa kena "semprot" kedua.
Lantas bagaimana? Coba baca terus tulisan ini sampai tuntas!
Dalam keseharian kita, ada yang namanya "kebiasaan kunci". Kebiasaan kunci adalah suatu kebiasaan yang membuka kepada kebiasaan-kebiasaan lain.
Misal, kebiasaan bangun malam, kebiasaan bersegera beranjak untuk menuju shalat berjamaah di masjid ketika mendengar azan. Ini merupakan kunci kepada kebiasaan-kebiasaan yang lain.
Kita beri contoh agar lebih tergambar. Jika kita melihat, ketika kita shalat berjamaah di masjid. Kita akan melihat siapa saja yang berada di shaf-shaf depan. Orangnya itu-itu saja.
Begitu pula yang berada di shaf-shaf belakang, orang-orangnya itu-itu saja. Bahkan yang masbuq seringnya orang yang sama. Ya tidak selalu ya, itu sebagian besar atau berdasarkan pengamatan saja.
Nah, berarti ini kebiasaan.
Misal, kita ingin mendapat kebiasaan baik shalat di shaf pertama. Perasaan malas, dan iman yang lemah kadang menoksini kita. Berat.
Sekarang, kita coba memakai trik kebiasaan kunci. Mungkin bisa dicoba:
Ketika terdengar mulai adzan dengan lafazh, "Allahu Akbar....", maka hubungkan dalam pikiran kita dengan kata "wudhu". Tak usah berpikir macam-macam.
Sehingga kita langsung menghentikan pekerjaan kita, bergerak menuju tempat wudhu di rumah atau di tempat kerja. Selanjutnya? Akan tereksekusi sendiri amalan atau kebiasaan lainnya. Kebiasaan-kebiasaan lainnya, seperti:
✓ shalat sunnat,✓ berjalan ke masjid,✓ berdoa doa ketika menuju masjid,✓doa masuk masjid,✓shalat tahiyatul masjid, tentu di shaf pertama! Karena masih sepi.✓ berdoa sebelum iqomah✓ berdzikir, membaca Al Qur'an✓ shalat wajib bersama imam✓ dzikir setelah shalat✓ keluar masjid, berdoa✓ sampai rumah shalat sunnat.
Coba bayangkan hanya melakukan kebiasaan kunci:
Mendengar lafazh "Allahu Akbar" <> kata "wudhu".
Ternyata menghasilkan begitu banyak amal kebaikan. Dan, setelah terbiasa, mulailah menata hati, mengatur niat, meluruskannya. Hasrat dimulai dengan kebiasaan, lalu struktur. Pola ini selalu ada dimana-mana. Manfaatkan!
Jadi jika kita menemukan kebiasaan kunci, tanpa memikirkan apa yang akan kita lakukan setelah itu, maka akan menimbulkan kebiasaan-kebiasaan yang lain.
Konsep ini sangat bertentangan dengan konsep "mood". Mengapa ada good mood, ada bad mood? Mood itu adalah suasana hati. Suasana hati itu, tergantung pikiran- pikiran sebelumnya. Adanya bad mood, karena ada sesuatu terjadi sebelumnya yang membuat ruwet pikiran. Atau ada pikiran-pikiran berupa permasalahan-permasalahan yang menggerogoti mental kita. Jadilah itu biang kerok bad mood.
Sedangkan, kebiasaan adalah sesuatu yang tanpa dipikir. Tereksekusi begitu saja, karena sering dilakukan berulang-ulang. Lakukan saja secara rutin, maka pikiran kita tak terbebani. Sehingga akan senantiasa menghasilkan good mood , karena tidak terbebani pikiran.
Oleh sebab itu, temukan kebiasaan kunci sebelum kebiasaan lain tereksekusi. Misal:
Jadi jika kita menemukan kebiasaan kunci, tanpa memikirkan apa yang akan kita lakukan setelah itu, maka akan menimbulkan kebiasaan-kebiasaan yang lain.
Konsep ini sangat bertentangan dengan konsep "mood". Mengapa ada good mood, ada bad mood? Mood itu adalah suasana hati. Suasana hati itu, tergantung pikiran- pikiran sebelumnya. Adanya bad mood, karena ada sesuatu terjadi sebelumnya yang membuat ruwet pikiran. Atau ada pikiran-pikiran berupa permasalahan-permasalahan yang menggerogoti mental kita. Jadilah itu biang kerok bad mood.
Sedangkan, kebiasaan adalah sesuatu yang tanpa dipikir. Tereksekusi begitu saja, karena sering dilakukan berulang-ulang. Lakukan saja secara rutin, maka pikiran kita tak terbebani. Sehingga akan senantiasa menghasilkan good mood , karena tidak terbebani pikiran.
Oleh sebab itu, temukan kebiasaan kunci sebelum kebiasaan lain tereksekusi. Misal:
✓ Bangun malam✓ Mandi pagi✓ Minum kopi✓ Menunggu pelanggan✓ Istirahat ketika kerja✓ Dan sebagainya.
Begitu kebiasaan kunci telah terlakukan, setelah itu kita hubungkan dengan kebiasaan lain yang kita inginkan, atau pekerjaan yang mesti kita lakukan. Dengan begitu memulainya tidak akan menjadi beban. Pikiran kita seakan-akan telah terkonteks dengan rel kegiatan yang terpola.
Terkait kebiasaan menulis pun dapat kita mulai tanpa beban, ketika kita telah melakukan kebiasaan kunci tersebut. Kebiasaan menulis lambat laun akan terotomatisasi, setelah kebiasaan kunci.
Mengapa ada seorang penulis kawakan bilang, "Mood itu suatu alasan bagi kemalasan"? Nah, sekarang mengapa orang malas? Ya, karena ia berpikir bahwa melakukan kegiatan-kegiatan itu berat. Itu karena ia membebani pikirannya, bahwa terlalu banyak pekerjaan yang mesti dikerjakan. Berat. Sedangkan, pikiran selalu mengawali suatu tindakan. Ya itu tadi, suasana hati yang jelek, karena terlalu banyak dipikir, sedang kondisi pikiran belum siap untuk melakukan pekerjaan. Akhirnya ruwet bin ribet.
Jangan lupa! Kebiasaan kunci merupakan jalan untuk membuka pintu menuju good mood. Jangan mau dibodohi oleh pikiran kita sendiri.
Setelah mengeksekusi kebiasaan kunci, setelah itu ada cara lagi untuk melakukan pekerjaan yang kita belum terbiasa sehingga virus bad mood sering bertandang, yaitu "Aksi 2 menit". Untuk lebih lanjutnya bisa banget TAP > Aksi Dua Menit.
Dan, terkait kebiasaan kunci yang mengantarkan kita kepada kebiasaan-kebiasaan baik, itu ada pula pada kebiasaan jelek. Maksiat-maksiat yang besar, itupun dikarenakan adanya "kebiasaan jelek kunci" yang menjadi gerbang menuju kebiasaan jelek atau maksiat yang lebih besar lagi. Kebiasaan jelek kunci terkadang dianggap hal-hal yang remeh, hal-hal kecil yang sering diabaikan. Nantikan tulisan tentang ini. (ibman)
Terkait kebiasaan menulis pun dapat kita mulai tanpa beban, ketika kita telah melakukan kebiasaan kunci tersebut. Kebiasaan menulis lambat laun akan terotomatisasi, setelah kebiasaan kunci.
Mengapa ada seorang penulis kawakan bilang, "Mood itu suatu alasan bagi kemalasan"? Nah, sekarang mengapa orang malas? Ya, karena ia berpikir bahwa melakukan kegiatan-kegiatan itu berat. Itu karena ia membebani pikirannya, bahwa terlalu banyak pekerjaan yang mesti dikerjakan. Berat. Sedangkan, pikiran selalu mengawali suatu tindakan. Ya itu tadi, suasana hati yang jelek, karena terlalu banyak dipikir, sedang kondisi pikiran belum siap untuk melakukan pekerjaan. Akhirnya ruwet bin ribet.
Jangan lupa! Kebiasaan kunci merupakan jalan untuk membuka pintu menuju good mood. Jangan mau dibodohi oleh pikiran kita sendiri.
Setelah mengeksekusi kebiasaan kunci, setelah itu ada cara lagi untuk melakukan pekerjaan yang kita belum terbiasa sehingga virus bad mood sering bertandang, yaitu "Aksi 2 menit". Untuk lebih lanjutnya bisa banget TAP > Aksi Dua Menit.
Dan, terkait kebiasaan kunci yang mengantarkan kita kepada kebiasaan-kebiasaan baik, itu ada pula pada kebiasaan jelek. Maksiat-maksiat yang besar, itupun dikarenakan adanya "kebiasaan jelek kunci" yang menjadi gerbang menuju kebiasaan jelek atau maksiat yang lebih besar lagi. Kebiasaan jelek kunci terkadang dianggap hal-hal yang remeh, hal-hal kecil yang sering diabaikan. Nantikan tulisan tentang ini. (ibman)
Gabung dalam percakapan