#10 Paragraf, Satu Pokok Pikiran
Pengertian Paragraf
Dalam surat-surat kabar sering terdapat paragraf-paragraf atau alinea-alinea yang hanya terdiri dari satu kalimat. Sebaliknya ada buku-buku yang mengandung paragraf yang sangat panjang, mungkin satu halaman penuh. Dalam kedua ekstrem ini timbullah pertanyaan:Yang mana dari kedua ekstrem ini yang benar?
Atau lebih jauh lagi kita bertanya, “Paragraf itu sebenarnya apa?”
Paragraf bukanlah suatu pembagian secara konvensional (biasa, umum) dari suatu bab yang terdiri dari kalimat-kalimat, tetapi lebih dalam maknanya dari kesatuan kalimat saja. Paragraf tidak lain dari;
“suatu kesatuan pikiran”.
Yaitu,
suatu kesatuan yang lebih tinggi atau lebih luas dari kalimat. Ia merupakan himpunan dari kalimat-kalimat yang bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan. Dalam paragraf itu gagasan tadi menjadi jelas oleh uraian-uraian tambahan, yang maksudnya tidak lain untuk menampilkan pokok pikiran tadi secara lebih jelas.
Melalui paragraf-paragraf kita mendapat suatu efek lain, yaitu kita bisa membedakan di mana suatu tema mulai dan berakhir. Coba bayangkan,
bila kita membaca sebuah buku yang sama sekali tidak memberi pembagian atas paragraf-paragraf. Kita akan menjadi kepayahan menghadapi seluruh buku itu, kita seolah-olah dicambuk untuk membaca terus sampai selesai, sehingga sukar untuk mengadakan konsentrasi pikiran dari suatu gagasan ke gagasan yang lain. Kita tidak tahu pasti dimana suatu ide mulai dan di mana ide itu berakhir. Itulah sebabnya kita seolah-olah dipaksa untuk membaca terus tanpa istirahat sampai selesai.
Lain halnya kalau dalam buku tersebut sudah diberikan pembagian atas paragraf-paragraf. Kita akan berhenti sebentar sesudah sebuah paragraf berakhir, dan dengan demikian dapat mengadakan konsentrasi pikiran terhadap tema yang terkandung di dalamnya.
Sebab itu pembentukan sebuah paragraf sekurang-kurangnya mempunyai tujuan:
Memudahkan pengertian dan pemahaman dengan menceraikan suatu tema dari tema yang lain. Oleh sebab itu tiap paragraf hanya boleh mengandung satu tema. Bila terdapat dua tema, maka paragraf itu harus dipecahkan menjadi dua paragraf.
Memisahkan dan menegaskan perhentian secara wajar dan formal, untuk memungkinkan kita berhenti lebih lama daripada perhentian pada akhir kalimat. Dengan perhentian yang lebih lama ini konsentrasi terhadap tema paragraf lebih terarah.
Sebab itu harus selalu diperhatikan
- susunan dan kesatuan suatu pokok pikiran pada waktu membentuk sebuah paragraf.
- Kalimat-kalimat dalam paragraf harus bertalian satu sama lain secara harmonis, dan bersama-sama membentuk suatu bagian yang berpautan.
Paragraf Satu Kalimat
Walaupun prinsipnya sebuah paragraf harus terdiri dari rangkaian kalimat-kalimat, tetapi ada juga paragraf yang terdiri dari satu kalimat, sebagaimana sudah disinggung pada permulaan uraian ini. Ada beberapa sebab mengapa bisa terdapat paragraf semacam ini.
Pertama, karena paragraf itu kurang baik dikembangkan oleh penulisnya; penulis kurang memahami hakekat paragraf.Kedua, memang sengaja dibuat oleh penulis,
- karena ia sekedar mengemukakan gagasan itu bukan untuk dikembangkan,
- atau pengembangannya terdapat pada paragraf-paragraf berikutnya.
- Begitu pula sebuah paragraf yang terdiri dari sebuah kalimat dapat bertindak sebagai peralihan antara bagian-bagian dalam sebuah karangan. Dialog-dialog dalam narasi-narasi, biasanya diperlakukan sebagai satu paragraf.
Macam Paragraf berdasarkan Sifat dan Tujuan
Berdasarkan sifat dan tujuannya, paragraf-paragraf dapat dibedakan atas:Paragraf Pembuka
Setiap jenis wacana tulisan Opini akan mempunyai Paragraf-paragraf Pembuka berupa;- Intro, yaitu paragraf yang membuka atau menghantar tulisan itu,
- Tesis, yakni paragraf yang menghantar pokok pikiran dalam bagian tulisan itu.
Sebab itu sifat-sifat dari paragraf semacam ini harus;
- menarik minat dan perhatian pembaca,
- serta sanggup menyiapkan pikiran pembaca kepada apa yang akan segera diuraikan.
Paragraf pembuka yang pendek jauh lebih baik, karena paragraf-paragraf yang panjang hanya akan menimbulkan kebosanan pembaca.
Alat untuk menimbulkan minat para pembaca, yang dapat dipergunakan dalam sebuah paragraf-paragraf pembuka, dapat berbeda-beda pula berdasarkan jenis tulisan itu sendiri. Namun ada beberapa cara yang dapat dianjurkan, misalnya:
Intro
Mulailah dengan sebuah ayat Al-Qur'an, Hadits, ucapan para Salaf, kutipan, peribahasa atau anekdot;
menunjukkan mengapa subjek (tema) tulisan tersebut sangat penting;
membuat tantangan atas suatu pernyataan atau pendapat;
menciptakan suatu kondisi atau latar belakang yang kontras dan menarik;
mengungkapkan pengalaman pribadi baik yang menyenangkan maupun yang pahit;
menyatakan maksud dan tujuan dari tulisan tersebut;
atau dapat juga membuka tulisan itu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
Tesis
Bisa dengan, mulailah dengan membatasi arti dari pokok atau subjek (tema) tulisan tersebut; atau, secara jelas membatasi pokok pikiran atau subjek (tema) tulisan tersebut, beserta lanjaran-lanjarannya.
Perhatikanlah contoh kutipan berikut:
(1 - Paragraf Pembuka: Intro dan Tesis)
Pelajaran bahasa mempunyai nilai yang lebih penting bila dibandingkan dengan matapelajaran-matapelajaran lain, oleh karena ia akan menjadi kunci yang akan membukakan pintu yang akan dilalui oleh matapelajaran-matapelajaran lainnya itu. Hasil pekerjaan remedi (perbaikan) yang dilakukan oleh para ahli dalam membantu murid-murid yang terbelakang telah membuktikan kebenaran pernyataan di atas. Antara lain dapat disebutkan di sini hasil pekerjaan yang dilakukan oleh seorang doktor.
(2 - Paragraf Inti: Argumentasi-argumentasi)
Pada umumnya murid-murid yang kurang menguasai pemakaian bahasa memperlihatkan gejala-gejala perkembangan mental yang lambat bila dibandingkan dengan perkembangan mental anak-anak yang baik penggunaan bahasanya. Biasanya anak-anak yang kurang mampu berbahasa mempunyai sifat pemalu, pendiam dan kurang dapat menyesuaikan diri dalam pergaulan. Hasil pekerjaan remedi dalam pelajaran bahasa membuktikan, bahwa segera setelah si anak baik penguasaan bahasanya, dari anak yang tadinya dianggap bodoh oleh karena sering tidak naik kelas, ia sekarang memperlihatkan dirinya sebagai seorang anak yang cerdas. Malah ada di antara mereka yang kecerdasannya akhirnya melebihi kecerdasan anak yang tadinya dianggap guru lebih cerdas. Dalam pergaulan di sekolahpun anak itu tidak lagi bersifat malu-malu dan suka mengasingkan diri, ia menjadi anak yang periang dan disukai teman-temannya dalam pergaulan.
(3 - Paragraf Transisi)
Apakah yang menyebabkan itu semua?
(4 - Paragraf Inti: Argumentasi-argumentasi)
Banyak contoh yang dapat kita kemukakan bahwa anak-anak yang kurang baik penguasaan bahasanya, bukan semata-mata disebabkan kebodohannya, tetapi mungkin pula disebabkan oleh kesalahan pengajaran bahasa yang diberikan kepadanya. Kesalahan pelaksanaan pengajaran bahasa yang diterimanya menyebabkan ia benci kepada mata pelajaran itu, ia menjadi berputusasa dan akibatnya ia ketinggalan dalam mata pelajaran itu. Hal ini menyebabkan ia tidak memperoleh penguasaan bahasa yang baik. Kekurang-mampuannya berbahasa ini berakibat pula terhadap matapelajaran-matapelajaran lainnya, sehingga ia sering gagal dalam mengikuti pelajaran dan tertinggal dari teman-temannya.
(5 - Kesimpulan dan Saran)
Gambaran di atas memperlihatkan kepada kita, betapa pentingnya pengajaran bahasa, dan oleh karena itu menjadi kewajiban guru bahasalah untuk melaksanakan pengajaran ini dengan sebaik-baiknya.
Paragraf pertama dari kutipan ini, yang merupakan paragraf pembuka,
menunjukkan betapa pentingnya penguasaan bahasa bagi setiap orang.
Paragraf Inti
Yang dimaksud dengan paragraf inti adalah
semua paragraf yang terdapat antara paragraf pembuka dan paragraf penutup.
Inti persoalan (argumentasi-argumentasi) yang akan dikemukakan penulis terdapat dalam paragraf-paragraf ini. Sebab itu dalam membentuk paragraf-paragraf inti harus diperhatikan agar hubungan antara paragraf dengan paragraf itu teratur serta disusun secara logis.
Sifat paragraf-paragraf inti tergantung pula dari jenis tulisannya.
Dalam karangan-karangan yang bersifat deskriptif, naratif atau biografi dan eksposisi, paragraf-paragraf itu harus disusun berdasarkan suatu perkembangan yang logis.
Bila uraian itu mengandung pertentangan pendapat, maka beberapa paragraf disiapkan sebagai dasar atau landasan, untuk kemudian melangkah kepada paragraf-paragraf yang menekankan pendapat penulis.
Paragraf Penutup (Kesimpulan dan Saran)
Paragraf penutup adalah;paragraf yang dimaksudkan untuk mengakhirkan tulisan atau bagian tulisan. Dengan kata lain paragraf ini mengandung Kesimpulan dari apa yang telah diuraikan dalam paragraf-paragraf inti. Dan, jika perlu ada tambahan berupa Saran-saran.
Seperti halnya dengan kedua macam paragraf di atas, paragraf penutup berbeda-beda pula menurut jenis tulisannya.
Dalam membicarakan tema pokok-pokok ilmiah,
- maka prediksi masa depan merupakan suatu konklusi (kesimpulan) yang sangat baik.
Dalam tulisan-tulisan yang diskursif (berkaitan dengan nalar - https://kbbi.web.id/) atau kontroversial (bersifat menimbulkan perdebatan - https://kbbi.web.id/) di mana dikembangkan pikiran-pikiran atau argumen-argumen yang segar, maka kesimpulan yang paling baik adalah;
- ringkasan persoalan dijalin dengan pandangan pribadi penulis.
Dalam biografi,
- penilaian terakhir atas karya dan pengaruh orang tersebut merupakan kesimpulan yang paling baik.
Dalam uraian-uraian mengenai pergerakan atau suatu aktivitas yang khusus, misalnya perlawatan, darmawisata (tamasya), perjalanan dan sebagainya, maka tidak ada persoalan dalam kesimpulannya.
Namun apapun yang menjadi topik atau tema dari sebuah tulisan, haruslah tetap diperhatikan agar paragraf penutup;
- tidak boleh terlalu panjang,
- tetapi juga tidak berarti bahwa paragraf tersebut tiba-tiba dapat diputuskan begitu saja.
Hal yang paling esensil adalah bahwa paragraf itu harus merupakan suatu kesimpulan yang bulat dan betul-betul mengakhiri uraian itu, serta dapat menimbulkan banyak kesan.
Paragraf Transisi
Paragraf Transisi adalah paragraf yang dapat berisi; ringkasan dari apa yang telah diuraikan pada paragraf sebelumnya, sebelum memulai pada paragraf-paragraf sesudahnya.
Bisa pula berupa sebuah ilustrasi atau contoh dari pokok yang telah diungkapkan pada paragraf-paragraf sebelumnya.
Dapat pula berisi apa yang akan diuraikan oleh penulis dalam paragraf-paragraf selanjutnya.
Atau, bisa pula berupa pertanyaan yang oleh penulis akan dijawab pada paragraf-paragraf selanjutnya.
Lebih dari itu, paragraf transisi dapat juga memberi efek dramatis terhadap apa yang sedang dibahas pada paragraf-paragraf sebelumnya seperti yang telah disinggung pada bab sebelumnya.
Bila kita memperhatikan lagi contoh tulisan di atas, maka tampak:
Paragraf pertama merupakan Paragraf Pembuka,
sedangkan Paragraf Kedua dan Keempat merupakan Paragraf Inti. Paragraf kedua dan keempat;
- memperinci apa yang sudah dikatakan secara umum dalam paragraf pembuka,
- memberi contoh-contoh kongkret
- untuk menghidupkan apa yang disebut secara umum dalam paragraf pembuka.
adapun Paragraf Ketiga adalah Paragraf Transisi berisi pertanyaan yang akan dijawab oleh penulis dalam paragraf selanjutnya, yaitu paragraf keempat. Tujuannya agar terjadi kesinambungan hubungan sebab-akibat antara rincian pada paragraf kedua menuju ke paragraf keempat.
sedangkan Paragraf Kelima merupakan Paragraf Penutup. Paragraf kelima fungsinya tidak lain daripada menunjukkan secara singkat apa yang telah diuraikan sebelumnya atau disebut juga Kesimpulan (konklusi).
Untuk lebih jelasnya, berikut penampilan tulisan di atas dalam bentuk tabel pembagian berdasarkan macam paragrafnya (dalam proses);
***
Tugas Latihan
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini!1. Jelaskan secara gamblang apakah Paragraf itu!
2. Sebutkan 2 tujuan pembentukan Paragraf!
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan:
- Paragraf Pembuka
- Paragraf Inti
- Paragraf Penutup
- Paragraf Transisi
***
Mau belajar menulis Artikel - Asyik Dibaca via daring (online), ikuti tahapannya, TAP /KETUK > di bawah ini:
Mau Belajar Ilmu Syar'i dengan Menuliskannya, mudah, sedikit demi sedikit, dan saban hari, TAP /KETUK > di bawah ini:
Gabung dalam percakapan