www.izzuka.com

#11 Syarat-syarat Pembentukan Paragraf

           Seperti halnya dengan kalimat, sebuah paragraf juga harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Paragraf yang baik dan efektif harus memenuhi ketiga syarat berikut:

1. Kesatuan
  Yang dimaksud dengan kesatuan dalam paragraf adalah, bahwa; 

semua kalimat yang membina paragraf itu secara bersama-sama menyatakan suatu hal, suatu tema tertentu.

2. Koherensi (Kepaduan)
  Yang dimaksud dengan koherensi adalah; 

kekompakan hubungan antara sebuah kalimat dengan kalimat yang lain yang membentuk paragraf itu.

3. Perkembangan Paragraf
  Perkembangan Paragraf adalah; 

penyusunan atau perincian daripada gagasan-gagasan yang membina paragraf itu.

Baiklah, karena ketiganya memiliki ciri-ciri yang khusus, maka masing-masingnya akan diuraikan secara terperinci dalam bagian-bagian tersendiri pada bahasan berikutnya.

1. Kesatuan Paragraf 

          Seperti sudah disinggung di atas, yang dimaksud dengan kesatuan ialah bawa, 

paragraf tersebut harus memperhatikan dengan jelas suatu maksud atau sebuah tema tertentu. 
  • Kesatuan di sini tidak boleh diartikan bahwa ia hanya memuat satu hal saja. Sebuah paragraf yang memiliki kesatuan bisa saja mengandung beberapa hal atau beberapa perincian, tetapi semua unsur tadi haruslah bersama-sama digerakkan untuk menunjang sebuah maksud tunggal atau sebuah tema tunggal. 
  • Maksud tunggal itulah yang ingin disampaikan oleh penulis dalam paragraf itu.
  Karena fungsi tiap paragraf adalah untuk mengembangkan sebuah gagasan tunggal
  • maka tidak boleh terdapat unsur-unsur yang sama sekali tidak mempunyai pertalian dengan maksud tunggal tadi. 
  • Penyimpangan-peyimpangan dari maksud tadi hanya akan mempersulit pula titik pertemuan pemahaman antara penulis dan pembaca.
  Penyimpangan-penyimpangan itu dapat berbentuk: 

 Pertama, pemasukan sebuah sisipan (gagasan lain) atau interupsi yang jelas dalam urutan-urutan gagasan yang ada;

 Kedua, sebuah penyimpangan secara gradual (sedikit demi sedikit) dari tema yang harus dibina oleh paragraf itu, yaitu sebuah kalimat berikutnya semakin menyimpang dari tujuan utamanya.

          Untuk memberi gambaran yang jelas tentang kesatuan yang terkandung dalam sebuah paragraf, maka perhatikan kutipan berikut:

          "Sifat alami bahasa yang perlu dicatat di sini ialah bahwasanya tiap bahasa mempunyai sistim ungkapan yang khusus dan sistim makna yang khusus pula, masing-masing lepas terpisah dan tidak tergantung dari bahasa yang lain. Sistim ungkapan tiap bahasa dan sistim makna tiap bahasa dibatasi oleh kerangka alam pikiran bangsa yang memakai bahasa itu. Oleh sebab itu, janganlah sulit dimengerti apabila bahasa Indonesia tidak membedakan jamak dan tunggal, tidak mengenal bentuk kata dalam sistim kata kerjanya, gugus fonem juga tertentu polanya dan sebagainya. Contoh lain adalah bahasa Inggris tidak mengenal "unggah-ungguh". Lain lagi pula, bahasa Zulu tidak mempunyai kata yang berarti "lembu", tetapi ada kata yang berarti "lembu putih", "lembu merah", dan sebagainya. Secara teknis, para linguis mengatakan bahwa tiap bahasa mempunyai sistim fonologi, sistim gramatikal serta pola semantik yang khusus". 

  Dalam contoh di atas dapatlah dilihat bahwa; 
  • paragraf itu hanya mengandung satu gagasan pokok yaitu bahwa "tiap bahasa mempunyai sistim ungkapan yang khusus dan sistim makna yang khusus". 
  • Gagasan itu kemudian diperinci atau dikembangkan lebih jauh dalam kalimat-kalimat berikutnya, seperti; bahasa Indonesia tidak mengenal jamak dan tunggal seperti halnya dalam bahasa Inggris atau bahasa-bahasa barat lainnya, tidak mengenal perubahan dalam sistim kata kerja. Sebaliknya bahasa Zulu membedakan lembu merah dan lembu putih dengan kata-kata yang khusus sedangkan bahasa Inggris tidak mengenal hal itu. 
  • Atau dengan kata lain, kalimat-kalimat lain dalam paragraf itu hanya berfungsi untuk memperinci lebih jauh gagasan utama tadi. Perincian itu disusun sedemikian rupa sehingga hubungan antara suatu kalimat dengan kalimat lainnya merupakan kesatuan yang bulat untuk memperinci gagasan utama tadi.
  Sebaliknya, coba perhatikan paragraf di bawah ini, dan katakan apakah paragraf tersebut mengandung suatu ide utama atau tidak:

  "Tapi sedihnya [sic!], apabila masyarakat dari suatu negara yang belum mempunyai bahasa kesatuannya, maka sudah pasti hal yang demikian, pasti tidak terdapat pada masyarakat tersebut. Maka yang lebih sedih lagi, nasib rakyat yang jauh dari kota, dimana kebutuhan daripada mereka tidak dapat diperhatikan dengan seksama. Mereka seperti terisolir, yang mana mereka tidak leluasa memperkenalkan keadaan daripada tempat serta aspek-aspek kehidupan mereka. Dalam hal ini, yang menjadi pionir terhadap daerah itu, sudah pasti dari kaum cerdik pandai. Karena mereka ingin mengetahui serta mempelajari dan di samping membantu mereka". (diangkat dari paper seorang mahasiswa).

Catatan: Ungkapan sic (dibaca "sik") diambil dari bahasa Latin yang berarti "jadi", "begitulah" (serupa dengan "thus" dalam bahasa Inggris). Dalam penulisan gaya ilmiah, kata ini selalu dicetak miring dan diapit kurung siku (kadang-kadang ditambahkan tanda seru) — [sic] atau [sic!] — dan dipakai untuk menunjukkan bahwa kutipan yang mendahuluinya ditulis sesuai dengan naskah aslinya, dan kesalahan atau keanehan dalam pengejaan, frasa, dan sebagainya pada kutipan itu bukanlah kesalahan penulisan yang dilakukan pengutip. Bentuk ini dipakai untuk sengaja membiarkan teks kutipan apa adanya, atau menyoroti kesalahan atau keanehan pada kutipan itu. (sumber:https://id.m.wikipedia.org/wiki/Sic)

  Dengan tidak memberikan pendapat kita tentang struktur bahasa yang dipergunakan, serta tanda-tanda baca yang dipakai, maka dapat dikatakan bahwa; 
  • konsentrasi pikiran kita terhadap isi dari paragraf tersebut sangat sulit. 
  • Kalimat pertama saja sudah cukup membingungkan kita. 
  • Apa lagi untuk mempertalikan kalimat pertama tersebut dengan kalimat-kalimat berikutnya.
  Setelah membaca dan mencoba menangkap apa yang tersirat di balik paragraf tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa sekurang-kurangnya terdapat tiga tema utama, yang tidak berhubungan satu sama lain, yaitu:

1. Keadaan yang biasa diperoleh negara-negara yang mempunyai bahasa kesatuan tidak akan terdapat pada negara-negara yang tidak mempunyai bahasa kesatuan. 

2. Nasib rakyat yang jauh dari kota sangat menyedihkan. 

3. Perlu pionir-pionir untuk mempelajari keadaan rakyat yang jauh dari kota.

          Tema kedua dan ketiga walaupun agak renggang dapat dikatakan masih mempunyai hubungan timbal-balik, sedangkan tema pertama tidak ada atau sekurang-kurangnya tidak memperlihatkan hubungan dengan kedua tema lainnya.

          Sekali lagi, terlepas dari struktur bahasa yang digunakan, maka dapatlah dikatakan bahwa; 
  • tidak terdapat kesatuan dalam paragraf tersebut. 
  • Sesuai dengan jumlah tema yang terkandung di dalamnya, maka paragraf itu harus dipecahkan sekurang-kurangnya menjadi tiga paragraf
  • serta masing-masingnya perlu dikembangkan lebih lanjut menjadi sebuah paragraf yang benar-benar terperinci. 
  • Begitu pula perlu dicari hubungan antara paragraf pertama dengan paragraf kedua dan ketiga, sehingga terdapat sebuah urutan yang logis.
          Untuk selanjutnya akan kita bahas syarat berikutnya yaitu tentang Koherensi atau Kepaduan dalam Paragraf dan Perkembangan dalam Paragraf.

2. Koherensi (kepaduan)

          Syarat kedua yang harus dipenuhi oleh sebuah paragraf adalah bahwa paragraf itu harus mengandung koherensi atau kepaduan yang baik. Kepaduan yang baik itu terjadi apabila; 
  • hubungan timbal-balik antara kalimat-kalimat yang membina paragraf itu baik, wajar dan mudah dipahami tanpa kesulitan. 
  • Pembaca dengan mudah mengikuti jalan pikiran penulis, 
  • tanpa merasa bahwa ada sesuatu yang menghambat, 
  • atau semacam jurang yang memisahkan sebuah kalimat dari kalimat lainnya, 
  • tidak terasa loncatan-loncatan pikiran yang membingungkan.
          Sebuah paragraf dapat juga membentuk suatu kesatuan yang kompak, walaupun mungkin kepaduan atau koherensinya tidak ada. Kesatuan tergantung dari sejumlah gagasan bawahan yang bersama-sama menunjang sebuah gagasan utama yang biasanya dinyatakan dalam sebuah kalimat topik. 

          Sebaliknya, kepaduan tergantung dari penyusunan detail-detail dan gagasan-gagasan sekian macam sehingga pembaca dapat melihat dengan mudah hubungan antara bagian-bagian tersebut. 

          Jika sebuah paragraf tidak memiliki kepaduan ini, maka tampaknya seolah-olah pembaca hanya menghadapi suatu kelompok kalimat, yang masing-masing dengan gagasannya sendiri, bukan suatu uraian yang integral (terpadu). 

          Pendeknya sebuah paragraf yang tidak memiliki kepaduan yang baik, 
  • akan menghadapkan pembaca dengan loncatan-loncatan pikiran yang membingungkan
  • menghadapkan pembaca dengan urutan-urutan waktu dan fakta yang tidak teratur,
  • atau pengembangan gagasan utamanya dengan perincian-perincian yang tidak lagi berorientasi kepada pokok utama tadi.
          "Generasi tahun 1928 adalah generasi pencetus Sumpah Pemuda yang berjuang demi keinginan bernegara. Generasi tahun 1945 berjuang untuk melaksanakan gagasan Sumpah Pemuda. Generasi tahun 1945 adalah generasi pelaksana. Generasi zaman kemerdekaan adalah generasi pembina dan pengembang nilai-nilai nasional.

         Tiap generasi mempunyai panggilan masing-masing sesuai dengan zamannya. Generasi pencetusan dan generasi pelaksana telah menunaikan tugasnya dengan baik. Yang pertama berhasil membangkitkan semangat keinginan bernegara; yang kedua berhasil menciptakan negara merdeka. Generasi pembina masih dalam ujian. Belum diketahui sampai di mana kemampuannya untuk membina dan mengembangkan warisan situasi yang diterima dari angkatan pelaksana. Apakah mereka itu mampu membina dan mengembangkan warisan situasi yang telah diterima; apakah mereka itu mampu membina dan mengembangkan nilai-nilai nasional sesuai dengan martabat bangsa yang merdeka, masih harus dibuktikan."

  Kutipan di atas memperlihatkan bahwa kepaduan antara kalimat-kalimat yang membina kedua paragraf itu baik dan kompak, di samping terdapat kesatuan yang jelas. Kepaduan atau koherensi lebih ditekankan pada hubungan antar kalimat, yaitu apakah transisi dari sebuah kalimat ke kalimat yang lain itu berjalan lancar atau tidak.

          Sebaliknya kutipan yang "diangkat dari paper seorang mahasiswa" di atas, yaitu untuk lebih jelasnya kita kutip kembali disini:

          "Tapi sedihnya [sic!], apabila masyarakat dari suatu negara yang belum mempunyai bahasa kesatuannya, maka sudah pasti hal yang demikian, pasti tidak terdapat pada masyarakat tersebut. Maka yang lebih sedih lagi, nasib rakyat yang jauh dari kota, dimana kebutuhan daripada mereka tidak dapat diperhatikan dengan seksama. Mereka seperti terisolir, yang mana mereka tidak leluasa memperkenalkan keadaan daripada tempat serta aspek-aspek kehidupan mereka. Dalam hal ini, yang menjadi pionir terhadap daerah itu, sudah pasti dari kaum cerdik pandai. Karena mereka ingin mengetahui serta mempelajari dan di samping membantu mereka." 

  Kutipan di atas menunjukkan bahwa kepaduan antara kalimat-kalimat itu sama sekali tidak ada, pikiran penulis seolah-olah meloncat dari satu gagasan ke gagasan lain tanpa melihat bagaimana mempertalikan gagasan-gagasan itu.

          Untuk memperoleh kepaduan yang baik dan mesra antara kalimat-kalimat adalah sebuah paragraf, maka harus diperhatikan persyaratan:

Masalah kebahasaan
Perincian dan urutan gagasan (pikiran) dalam paragraf. 

Masalah Kebahasaan 

         Masalah kebahasaan yang turut mempengaruhi koherensi sebuah paragraf adalah: repetisi, kata ganti dan kata-kata transisi.

Repetisi 
         Kepaduan sebuah paragraf dapat ditampilkan dengan mengulang kata-kata kunci, yaitu kata yang dianggap penting dalam sebuah paragraf. Kata kunci ini mula-mula muncul dalam kalimat pertama lalu diulang dalam kalimat-kalimat berikutnya. Kehadiran kata itu berulang-ulang dalam kalimat-kalimat paragraf berfungsi untuk memelihara koherensi atau kepaduan semua kalimat paragraf itu.

         Perhatikan contoh di bawah ini:

         "Sebagai penjasmanian pikir dan berpikir bahasa itu merupakan alat yang baik dalam pergaulan antar manusia. Pergaulan antar manusia ialah pertemuan total antara manusia satu dengan manusia lainnya; manusia dalam keseluruhannya, jasmani dan rohaninya bertemu dan bergaul satu sama lain. Tanpa bahasa pertemuan dan pergaulan kita dengan orang lain amat tidak sempurna." 

          Sebagaimana terlihat dari contoh di atas, frasa "pergaulan antara manusia" diulang kembali dalam kalimat berikutnya, sedangkan kata "manusia" sendiri diulang beberapa kali berturut-turut untuk menekankan arti atau fungsi bahasa "sebagai alat pergaulan antar manusia". Selanjutnya kata-kata "bertemu dan bergaul" diulang kembali dalam kalimat berikutnya, walaupun dalam bentuk yang agak berlainan yaitu "pertemuan dan pergaulan".

Kata Ganti 
          Adalah suatu gejala universal, bahwa dalam berbahasa, sebuah kata yang mengacu kepada manusia, benda atau hal tidak akan dipergunakan berulang-kali dalam sebuah konteks yang sama. 

          Pengulangan kata yang sama tanpa suatu tujuan yang jelas akan menimbulkan rasa yang kurang enak. Pengulangan hanya diperkenankan kalau kata itu dipentingkan atau mendapat penekanan. 

          Misalnya, 

dalam suatu laporan tentang kejahatan yang dilakukan oleh seorang yang bernama si Bujang, akan terasa mengganggu andaikata setiap kalimat berikutnya nama si Bujang diulang terus-menerus. 

         Untuk menghindari segi-segi yang negatif dari pengulangan itu, maka setiap bahasa di dunia ini memiliki sebuah alat yang dinamakan Kata Ganti. Kata ganti itu timbul untuk menghindari pengulangan kata tadi (yang disebut anteseden) dalam kalimat-kalimat berikutnya.

         Dengan demikian Kata Ganti dapat pula berfungsi untuk menjadi kepaduan yang baik dan teratur antara kalimat-kalimat yang membina sebuah paragraf.

  Coba perhatikan kedua wacana berikut:

          "Adi dan Budi merupakan dua sahabat yang akrab. Setiap hari Adi dan Budi selalu kelihatan bersama-sama. Adilah yang selalu menjemput Budi ke sekolah, karena rumah Adi lebih jauh letaknya dari rumah Budi. Adi dan Budi selalu siap sedia menolong kawan-kawan Adi dan Budi bila kawan-kawan Adi dan Budi mengalami kesulitan atau kesukaran. Guru Adi dan Budi sangat senang dan bangga melihat kelakuan Adi dan Budi yang sedemikian itu. Watak dan kelakuan Adi dan Budi selalu dijadikan suri tauladan bagi murid-murid lainnya. Walaupun demikian Adi dan Budi tidak pernah menjadi sombong atau angkuh, karena pujian yang sering Adi dan Budi terima." 

  Dari segi kesatuan, paragraf di atas baik. Tiap kalimat dalam paragraf di atas sebenarnya baik dan jelas. Tetapi seketika tinjauan itu dialihkan ke luar dari tiap kalimat, dengan menghubungkannya dengan kalimat-kalimat lain, maka terasa seolah-olah ada "kerikil" yang menghambat kelancaran laju paragraf tersebut. Terasa bahwa hubungan antara kalimat-kalimat itu kurang lancar jalannya, karena terlalu banyak mengulang kata nama diri.

         Untuk memperbaikinya kata-kata benda (nama diri) dalam kalimat-kalimat berikutnya harus diganti dengan Kata Ganti:

"Adi dan Budi merupakan dua sahabat yang akrab. Setiap hari keduanya selalu kelihatan bersama-sama. Adilah yang selalu menjemput Budi ke sekolah, karena rumahnya lebih jauh letaknya dari rumah Budi. Mereka selalu siap sedia menolong kawan-kawannya bila mereka mengalami kesulitan dan kesukaran. Guru mereka sangat senang dan bangga melihat kelakuan kedua sahabat yang demikian itu. Watak dan kelakuan mereka selalu dijadikan suri tauladan bagi murid-murid lainnya. Walaupun demikian keduanya tidak pernah menjadi sombong atau angkuh, karena pujian yang sering mereka terima." 

          Seperti tampak dalam wacana yang telah diperbaiki di atas, pemakaian Kata Ganti memungkinkan penulis membicarakan orang atau hal secara bersinambung, tanpa menimbulkan kebosanan pada para pembaca. Teks yang kedua terasa segar dan lancar jalannya bila dibandingkan dengan teks pertama di atas.

Kata Transisi 
          Kata-kata transisi fungsinya terletak antara kata ganti dan repetisi. Bila repetisi menghendaki pengulangan kata-kata kunci, serta kata ganti tidak menghendaki pengulangan sebuah kata benda, maka dalam masalah kata transisi ditempuh jalan tengah.

         Seringkali terjadi bahwa hubungan antara gagasan-gagasan agak sulit dirumuskan. Sebab itu diperlukan bantuan, dalam hal ini bantuan kata-kata atau frasa-frasa transisi sebagai penghubung atau katalisator 
  • antara satu gagasan dengan gagasan lainnya, 
  • atau antara satu kalimat dengan kalimat lainnya. 
          Dengan demikian hubungan ini bisa terjalin 
  • antara klausa dengan klausa, 
  • atau antara kalimat dengan kalimat. 
  • Malahan dapat terjadi pula hubungan antara paragraf dengan paragraf.
         Bila hal ini kita hubungkan dengan proses berpikir pada manusia, 
  • maka proses berpikir pada anak-anak bersifat analitis. Ia hanya melihat peristiwa demi peristiwa. 
  • Sebaliknya proses berpikir pada orang-orang dewasa lebih bersifat sintetis. Ia coba mengadakan hubungan antara suatu gagasan dengan gagasan yang lain. 
          Sebab itu pada anak-anak kata-kata transisi sangat penting kedudukannya untuk mengatur hubungan antara satu gagasan dengan gagasan lain.

         Sebaliknya pada orang dewasa sejauh mungkin pemakaian kata-kata itu dihindari, karena gagasan-gagasan itu dapat disajikan dalam bentuk yang terintegrasi tanpa diatur dengan kata transisi. 

         Sebab itu dalam suatu tulisan yang baik sejauh mungkin dihindari pemakaian kata atau frasa transisi, tetapi bila benar-benar diperlukan untuk penekanan atau penegasan maka kata transisi itu harus dipakai.

         Untuk mengkonkretkan pendapat di atas, coba perhatikan kedua contoh berikut. Contoh pertama merupakan cara bercerita seorang anak dan contoh kedua adalah cara yang dipakai seorang dewasa. Masing-masing berusaha menggambarkan apa yang dikerjakannya pada pagi hari.

         "Jam empat pagi aku bangun. Sesudah itu aku shalat ke masjid. Kemudian pulang dari masjid, aku ke kamar mandi, lalu aku mandi. Sesudah itu aku berpakaian. Sesudah berpakaian lalu aku makan pagi. Kemudian aku menyiapkan buku-buku sekolahku. Sesudah itu aku pamit ayah dan ibu, lalu aku berangkat ke sekolah." 

  Bagaimanapun pikiran si anak sudah disajikan secara teratur berkat bantuan kata-kata transisi di atas, namun dari segi penilaian orang dewasa hubungan antar kalimat terasa kurang baik karena terlalu banyak kata-kata transisi. 

          Perhatikan bagaimana hal yang sama dikemukakan oleh seorang dewasa:

         "Hari masih jam empat pagi. Udara masih terasa segar dan nyaman, keadaan sekitar pun masih sunyi-senyap. Tanpa menghiraukan kesunyian pagi itu aku langsung menuju ke masjid untuk menunaikan kewajiban shalat Subuh. Sepulangnya dari masjid, serta merta aku menuju kamar mandi, setelah bersenam sebentar untuk melenturkan otot-otot yang telah beristirahat semalam. Siraman air yang sejuk dan dingin mengagetkanku, tetapi hanya sekejap. Mandi pagi memang menyegarkan; badan menjadi segar, pikiran menjadi cerah. Semua kekusutan pada hari yang lampau hilang lenyap. Hari yang baru disongsong dengan hati yang lebih tabah. Itulah sebabnya aku selalu membiasakan diri mandi pagi." 

          Kutipan di atas hanya mempergunakan dua kata transisi, yang satu transisi yang mengatur hubungan waktu (pun terbalik) yaitu kata setelah dan yang lain mengatur hubungan pertentangan pada kata tetapi. Lain halnya dengan contoh yang pertama; seluruhnya didominasi kata transisi yang mengatur hubungan waktu.

          Ada bermacam-macam kata atau frasa transisi yang biasa dipergunakan dalam tulisan-tulisan ilmiah, sesuai dengan jenis hubungan itu. Yang terpenting di antaranya ialah:

Hubungan yang menyatakan tambahan kepada sesuatu yang telah disebut sebelumnya: lebih lagi; tambahan (pula), selanjutnya, di samping itu, dan, lalu, seperti halnya, juga, lagi (pula), berikutnya, kedua, ketiga, akhirnya, tambahan lagi, demikian juga. 

Hubungan yang menyatakan pertentangan dengan sesuatu yang telah disebut lebih dahulu: tetapi, namun, bagaimanapun juga, walaupun demikian, sebaliknya, sama sekali tidak, biarpun, meskipun. 

Hubungan yang menyatakan perbandingan: sama halnya, seperti, dalam hal yang sama, dalam hal yang demikian, sebagaimana seakan-akan, seolah-olah, bagaikan.  

Hubungan yang menyatakan akibat atau hasil: sebab itu, oleh sebab itu, oleh karena itu, karena itu, jadi, maka, akibatnya. 

Hubungan yang menyatakan tujuan: untuk maksud itu, untuk maksud tersebut, supaya, agar. 

Hubungan yang menyatakan singkatan, contoh, intensifikasi: singkatnya, ringkasnya, secara singkat, pendeknya, pada umumnya, seperti sudah dikatakan, dengan kata lain, misalnya, yakni, yaitu, sesungguhnya. 

Hubungan yang menyatakan waktu: sementara itu, segera, beberapa saat kemudian. 

Hubungan yang menyatakan tempat: di sini, di situ, dekat, di seberang, berdekatan dengan, berdampingan dengan. 

Perincian dan Urutan Gagasan (pikiran) dalam Paragraf 

         Yang dimaksud dengan perincian dan urutan pikiran adalah; 

bagaimana pengembangan sebuah gagasan utama dan bagaimana hubungan antara gagasan-gagasan bawahan yang menunjang gagasan utama tadi. 

         Penulis bisa menjamin kepaduan dengan mengemukakan perincian isi berdasarkan 
  • urutan ruang, dimulai dari suatu sudut tertentu dan berangsur-angsur bergerak ke sudut yang berlawanan. 
          Ia dapat juga mempergunakan, 
  • urutan waktu atau urutan kronologis. 
         Atau ia bisa mempergunakan urutan-urutan logis
  • sebab-akibat, 
  • umum-khusus, 
  • klimaks, 
  • proses 
  • dan sebagainya.
         Karena hal-hal ini akan diuraikan lagi dalam bagian berikutnya mengenai pengembangan paragraf, maka dalam bagian ini tidak diuraikan lebih terperinci. Walaupun demikian perlu ditegaskan bahwa kepaduan atau koherensi dan pengembangan paragraf secara praktis sulit dipisahkan. Seperti sudah dikatakan, 
  • kepaduan lebih menekankan persoalan hubungan antar kalimat
  • sedangkan pengembangan paragraf  lebih menekankan urutan-urutan gagasan
          Tetapi karena urutan gagasan itu harus didukung oleh urutan-urutan kalimat, maka keduanya sulit dipisahkan. Akan tetapi, dari segi konsepsional dan analisa, keduanya bisa dibicarakan tersendiri.

***

Tugas Latihan

         Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini!

1. Paragraf yang baik dan efektif harus memenuhi tiga syarat, sebutkan! Dan jelaskan masing-masing secara singkat!

2. Jelaskan kembali lebih rinci tentang Kesatuan dalam Paragraf!

3. Cobalah membuat suatu Paragraf  yang padanya terdapat Kepaduan dengan cara Repetisi (mengulang kata-kata yang dipentingkan)!

4. Cobalah membuat suatu Paragraf  yang padanya terdapat Kepaduan dengan mempergunakan Kata Ganti!

5. Cobalah membuat suatu Paragraf  yang padanya terdapat Kepaduan dengan mempergunakan Kata-kata Transisi!

***

Mau belajar menulis Artikel - Asyik Dibaca via daring (online), ikuti tahapannya, TAP /KETUK > di bawah ini:

Atau, mau belajar menulis Artikel - Asyik Dibaca  via luring (offline), beli saja bukunya, TAP /KETUK > di bawah ini:
Buku Menulis
Artikel

Asyik Dibaca - 50k


Mau Belajar Ilmu Syar'i dengan Menuliskannya, mudah, sedikit demi sedikit, dan saban hari, TAP /KETUK > di bawah ini:
WhatsApp Salafy Asyik Belajar dan Menulis

Sederhana itu Lebih - Less is More. Desain bukanlah menambah-nambah biar berfungsi, tetapi desain adalah menyederhanakan agar berdaya guna.
Produk

Online Shop
Buku, Peranti belajar,
dan sebagainya



Misi


Fakta
Ciri Khas Artikel



F A Q (Frequently Asked Questions)
Pertanyaan yang sering diajukan

Silahkan chat dengan tim kami Admin akan membalas dalam beberapa menit
Bismillah, Ada yang bisa kami bantu? ...
Mulai chat...