www.izzuka.com

#27 Ngeblock?

        Tak ada yang namanya kebuntuan menulis (writer's block), yang ada hanyalah kebuntuan untuk menjadi sempurna (perfectionist's block).

          Jika kita terjaga dan bangkit dari kasur kita, kita bisa menulis. Bila kita bisa duduk di kursi, kita sanggup menulis. Ketika kita memiliki jari, kita mampu menulis.

          Kita tak mengatakan bahwa tulisan akan bagus, itu lain masalah lagi. Namun, sesungguhnya kita tak pernah terhalang untuk menulis. Kita senantiasa sangat bisa menulis sesuatu.

          Hanya saja, tak bisa kita pungkiri, ada hari baik ada hari buruk. Kita terkadang menulis kejadian menarik, ataupun peristiwa yang biasa-biasa saja. Boleh jadi kita telah sampai menulis rute Katalis, berkali-kali, dan merasa belum "sreg". Bisa jadi, Novel Nonfiksi kita telah selesai, tetapi kita baru menyadari rute Keseruan banyak salahnya.


          Itulah proses kreatif itu!

          Hal tersebut tidak akan menjadi beban pikiran, ketika kita tahu mensiasatinya. Berikut beberapa caranya.


Izinkan diri kita menulis plot yang buruk

          Kita takut tulisan atau plot kita jelek. Jika demikian biarkan rasa takut itu lewat, dan biarkan tulisan kita jelek. Tulislah tulisan yang amat jelek, buruk bahkan norak! Biarkan diri kita payah!

          Dan, kalau kita menulis sesuatu yang teramat jelek, tak ada seorangpun yang mengharuskan, bahwa tulisan kita dibaca orang lain. Kita sendirilah yang membacanya. Dan, kita selalu mampu kembali memperbaikinya, nanti.

          Kita tak bisa memperbaiki halaman kosong, bukan?

          Benar sekali!

          Tulis sesuatu yang jelek, agar di masa depan kita punya sesuatu yang diperbaiki. Jika tidak, bisa-bisa di masa depan kita kecewa karena tak menepati janji di masa lalu untuk menulis sesuatu di halaman kosong tersebut. Jangan biarkan kira di masa depan menjadi pengangguran. Tulislah sesuatu yang buruk, dan biarkan di masa datang kita menangani.

          Jadi, jangan takut menulis sesuatu yang jelek. Peluk kejelekan tulisan itu. "Jangan takut menulis sampah, sampah bisa menjadi pupuk yang baik."

Bersikaplah fleksibel, bahwa rute bisa berubah

           Apapun yang kita tulis dengan memperhitungkan setiap detail draft rute yang kita buat, berhari-hari, berminggu, berbulan bahkan bertahun-tahun, apapun itu, rute pasti berubah. Itu tak dapat kita elakkan.

           Mungkin telah selesai Novel Nonfiksi kita, ternyata rute Persiapan kurang lengkap dengan adanya atau ingatnya data terbaru.  Mungkin pula sudah sampai setengah draft tulisan, tiba-tiba kita menyadari rute Semua Musnah mesti muncul lebih cepat dari yang diperkirakan, atau bahkan semestinya lebih lambat. Dan, ini menyakitkan. Membuat sesuatu yang baru, lebih mudah dari pada bongkar pasang.

           Rute kita bukan suatu peta purbakala yang terukir di suatu prasasti, sulit diubah. Bukan. Tidak seharusnya begitu.

           Draft pertama merupakan kita sedang menceritakan kisah tokoh utama kepada diri kita sendiri. Draft pertama bisa juga disebut "draft penemuan", karena kita memang sejatinya menemukan kisah nyatanya. Kita telah mengeksplorasi dunia tokoh utama, kita berkenalan dengannya.

           Menulis plot cerita nyata dan mempertahankannya, sama saja membuat plot hidup seorang tokoh utama dan berjalan dengan alur linier, tanpa ada kejutan, kilas balik (flash back), plot twist, dan teknik menulis kisah lainnya. Kita perlu memasukkan hal-hal tersebut, sehingga kisah nyata sang tokoh utama betul-betul memberi kesan emosional dan imajinatif para pembaca.

           Memang, merancang 15 rute terlebih dahulu, tentu mampu membantu kita untuk mengetahui mau dibawa kemana cerita tersebut. Membantu mempersiapkan kita ke arah yang benar. Namun, itu tak akan pernah membantu kita bagaimana baiknya menuju arah ke sana.

           Menulis kisah nyata, halaman putih yang kita hadapi adalah jalan kita, tamat adalah hadiah kita. Penulis atau teman kita yang membaca pertama kali adalah tim kita. Akan ada perombakan rute, akan ada rintangan yang menghentikan perjalanan kita, sehingga memaksa kita untuk menata ulang, menyusun lagi rangkaian rute tersebut. Agar Novel Nonfiksi kita disamping arahnya benar, juga baik, nyaman, enak bahkan indah dibaca.

           Kita seyogyanya bersikap fleksibel, biarkan rute berubah seiring proses penulisan cerita dan tokoh utama kita semakin kuat mewarnai kisah.

           Dan ketika kita tersesat, atau salah arah dan semakin jauh dari arah yang benar, kita mesti kembali kepada:
✓ keinginan tokoh utama, dan
✓ kebutuhannya atas pelajaran hidup.

          Dua hal itu, menjadi rambu-rambu pop-up yang selalu mengingatkan kita dalam perjalanan ini. 

✓ Selagi kita menuju rute Titik Plot Tengah, tetap perhatikan keinginan tokoh utama.
✓ Lalu, selagi kita meluru menuju Deskripsi Penutup, tetap ingat kebutuhan tokoh utama terhadap pelajaran hidup, temanya.

         Sekali lagi, kedua patokan itu akan menolong kita terhindar dari jebakan-jebskan lubang di kegelapan jalan penulisan kisah nyata yang sangat panjang ini.

         Akan datang pembahasan lebih rinci bagaimana merombak, merevisi rute-rute perjalanan menulis cerita, dengan membuat kartu-kartu rute, dan merangkaikan rute-rute tersebut agar lebih baik lagi.

Jangan bandingkan karya yang sedang kita garap dengan mahakarya orang lain yang telah jadi 

          Saat kita membaca Novel-novel Nonfiksi seperti In Cold Blood, dan sejenisnya, ingatlah bahwa itu produk akhir, bukan draft yang sedang digarap. Novel-novel Nonfiksi itu hasil perjuangan berbulan-bulan, bahkan mungkin bertahun-tahun. Karena, sulitnya riset sesuai apa yang nyata telah terjadi.

          Novel-novel Nonfiksi itu juga melewati revisi, catatan pengeditan, copyedit, proofread profesional yang tak terhitung berkali-kali.

          Sulit juga jika tak membandingkan draft kita dengan karya-karya yang telah jadi. Karena dengan apa kita membandingkan? Adanya itu.

          Namun, kita yakin bahwa karya-karya itu tentu didahului dengan draft-draft. Draft itu ada, draft kasar yang jelek, dan berantakan. Hanya saja tentu para penulis tidak memposting di web-web mereka, untuk dilihat semua orang. Untuk apa? Novel Nonfiksi tidak mungkin dituangkan dalam bentuk langsung jadi.

          Kita akan mengalami sendiri, betapa bedanya Lembar Rute yang kita rancang pertama kali dengan Lembar Rute yang terakhir jadi setelah tulisan kisah tokoh kita selesai.

          Lembar rute awal, betapa banyak lubang, betapa sedikit yang kita ketahui sebelum kita menuliskan isi rute-rute itu. Dan, nantinya betapa banyak perubahan dalam rangkaian rute tersebut, selagi kita banyak menghabiskan cerita dengan tokohnya. Kita akan menyadari, bahwa rute-rute itu bisa berpindah, rute yang lain lebih komplet, sedang rute yang berikutnya mesti ditulis ulang.

          Jadi, kita harus bersikap bijak. Kita tak akan bisa memecahkan, menguraikan segala sesuatunya sejak awal. Kemungkinan besar berubah. Itu pasti.

***

Buku Menulis
Kisah Inspiratif

rasa Novel - 55k

Sederhana itu Lebih - Less is More. Desain bukanlah menambah-nambah biar berfungsi, tetapi desain adalah menyederhanakan agar berdaya guna.
Produk

Online Shop
Buku, Peranti belajar,
dan sebagainya



Misi


Fakta
Ciri Khas Artikel



F A Q (Frequently Asked Questions)
Pertanyaan yang sering diajukan

Silahkan chat dengan tim kami Admin akan membalas dalam beberapa menit
Bismillah, Ada yang bisa kami bantu? ...
Mulai chat...