www.izzuka.com

Salafy, Identik dengan Membaca dan Menulis

          Bagaimana minat membaca dan menulis secara umum pada masyarakat kita?

          Masyarakat Indonesia sendiri, tidak semuanya getol membaca dan menulis. Terkhusus pada perilaku menulis. Kebanyakan mereka, membaca novel dan menulis kisah cinta-cintaan. Coba saja jalan-jalan ke toko buku. Rak-rak buku banjir novel, bahkan di rak-rak "new release" (buku-buku yang baru terbit) pasti ada jenis buku itu.

          Bahkan, secara umum seluruh dunia begitu. Mereka sekolah, yang penting dapat ilmunya, terus bisnis

          Mana ada, sebagian besar mereka menulis? 

          Yang menulis biasanya kalangan pendidikan, dosen, guru atau karena persyaratan lulus untuk mendapatkan gelar jenjang pendidikan. Itupun menurut pengalaman penulis sendiri, mereka semangat demikian akan mempengaruhi kenaikan pendapatan berdasarkan gelar-gelar atau prestasi tulisan-tulisan mereka. UUD, ujung-ujungnya duit.

          Dari kondisi masyarakat umum seperti itu, kita dapat menarik kesimpulan, bahwa budaya membaca dan menulis yang minim itu diwariskan kepada kita. Begitu pula, kita jika sebagai masyarakat Salafy secara umum. Mereka adalah wujud dari wajah masyarakat secara umum pula. Karena kitapun sebagai Salafy lahir dari masyarakat itu.

          Nah, jika kita berkaca pada itu saja, ya sudah, berarti memang yang mau membaca dan menulis tidak semuanya. Mereka yang telah sejak kecil, semisal kutu buku, dan hobi menulis saja. Dan, itu tentu prosentasenya sedikit.

          Namun, kita tidak atau jangan memandang dari sisi itu saja. Namun, manhaj Salafy ini lah yang menjadi peluang untuk menyadari bahwa generasi Salaf adalah generasi pelajar ilmu syar'i semua. Dengan mengetahui ciri khas Salaf adalah terletak pada ilmu dan belajar, maka di sini letak pemicu agar Salafy belajar semua, dan menulis tentunya merupakan konteks yang sangat kuat sebagai alat menjaring ilmu tersebut.

         Coba, kita luangkan waktu dan pikiran kita sekarang sebentar saja, analisis sedikit. 

          Jadi, kalau secara himpunan orang umum, terkait membaca dan menulis, dapatlah kita analisis, terdiri kelompok-kelompok:

1. Masyarakat yang secara umum tidak terlalu suka membaca dan menulis. Ini menjangkau hampir mayoritas masyarakat bangsa kita.

2. Masyarakat yang suka membaca saja. Ini berkisar kalangan pelajar dan orang-orang yang berkecimpung di dunia ilmu yang mereka memang butuh ilmu terkait bidang yang didalami.

3. Masyarakat yang suka menulis, dan ini pasti suka membaca. Karena tidaklah seseorang itu suka menulis kecuali juga suka membaca. Karena membaca menjadi bahan mentah tulisan-tulisannya. Kelompok ini jelas minoritas, seperti yang telah dijelaskan di atas.

          Nah, kita mencoba suatu permisalan yang baik, seperti ini;

          Kelompok masyarakat no. 3, itu boleh jadi jika mendapat hidayah taufik mengikuti manhaj Salaf, akan mewarisi generasi awal Salaf. Mereka dari awal sudah suka membaca dan menulis, tambah-tambah lagi ketika mengetahui bagaimana generasi awal dalam menjalani gaya hidup ilmiah dan amaliyah mereka. Cocok, plek sudah.

          Kelompok masyarakat no. 2, jika mendapat hidayah taufik mengikuti manhaj Salaf, mungkin hanya suka mengaji dan taklim saja. Baca-baca, sudah cukup. Selebihnya sambil cari nafkah.

          Kelompok masyarakat no. 1, jika mendapat hidayah taufik mengikuti manhaj Salaf, akan menjadi simpatisan saja. Mungkin taklim cukup jiping (ngaji kuping, pinjam istilah ustadz Muhammad as-Sewed). Selain itu, waktunya digunakan bergelut memenuhi nafkah keluarga.

          Nah, ini cuma hipotesa atau dugaan saja, dan permisalan jika kita proyeksikan kondisi masyarakat secara umum kepada kita sebagai Salafy. Tanpa ada perubahan gaya hidup secara keseluruhan yang cukup berarti. Hanya pindah aqidah, ya Alhamdulillah, patut disyukuri.

           Hanya saja, kita punya obsesi dan idealisme - seharusnya - , bagaimana agar kelompok 2 dan 1 itu untuk menjadi kelompok 3 semua, karena kita telah tahu semua ciri atau tanda generasi awal Salaf adalah dengan belajar ilmu syar'i. Ya, tentu dengan gaya hidup suka membaca dan menulis.

           Jika tidak, atau kita menyerah saja dengan kondisi yang ada, maka 3 kelompok itu tetap pada posisinya masing-masing. Dan kelompok 2 dan 1, seolah-olah kelompok yang hanya memakai status Salafy. Yang kata ustadz Usamah Mahri dalam Raudhatul Uqala' nya, berkata bahwa ilmu hanya sebagai hiasan, layaknya pakaian. Luarnya Salafy, dalamnya beda sedikit dari sebelumnya.

          Hanya Allah ta'ala yang mampu memberi taufik, kita semua masih punya secercah harapan agar seluruh Salafy belajar, belajar dan belajar. Dan menulis adalah konteks yang sangat kuat menuju ke sana. Menuju perbaikan dari segala sisi kehidupan secara menyeluruh.

          Bukankah, kita semua sudah tahu cara memulainya? Yaitu dari sedikit (kecil), mudah dan menyenangkan. Dan, satu lagi: setiap hari.

          Wafaqallahu lanaa.

***

WhatsAb Sabar
WhatsApp Salafy Asyik Belajar Saban Hari

Sederhana itu Lebih - Less is More. Desain bukanlah menambah-nambah biar berfungsi, tetapi desain adalah menyederhanakan agar berdaya guna.
Produk

Online Shop
Buku, Peranti belajar,
dan sebagainya



Misi


Fakta
Ciri Khas Artikel



F A Q (Frequently Asked Questions)
Pertanyaan yang sering diajukan

Silahkan chat dengan tim kami Admin akan membalas dalam beberapa menit
Bismillah, Ada yang bisa kami bantu? ...
Mulai chat...