www.izzuka.com

Bencana-bencana Lisan (dan termasuk Tulisan)

          Ibnu Qudamah Al-Maqdisi di dalam Mukhtashar Minhajul Qashidin, pada tema Ghibah, telah berkata, "Sesungguhnya pena itu salah satu dari dua lisan."

          Penting bagi yang ingin terampil menulis, agar tidak terjerumus kepada dosa. Karena menulis adalah termasuk salah satu dari dua lisan. Yaitu Lisan dan Tulisan.

          Bahkan ketika kita coba mundur ke belakang, bahwa kita semua adalah beridentitas "penulis", dalam artian bahwa kita telah tenggelam di dunia maya, dunia medsos.

          Setiap hari kita, menulis, entah sekedar respon, komentar atau lebih dari itu, seperti membahas suatu hal. Boleh jadi kita tanpa sadar terseret pada salah satu bencana dari 13 bencana lisan. Allah Musta'an. 

          Jangan-jangan kita telah banyak menabung dosa saban hari. Apapun itu, walaupun kecil tetapi tiap hari, akan menjadi masalah besar di kemudian hari.

           Maka dari itu, sebelum kita berkata dan menulis di grup-grup, atau jejaprian sesama kita, hendaknya berlatih menulis, menulis ucapan-ucapan ulama, ya itu sama saja kita menyalin dari kitab-kitab atau buku-buku ulama Salaf.

         Jikapun, tulisan itu ide atau gagasan dari diri kita sendiri, setidaknya pikiran kita telah terbentuk sesuai manhaj Salaf dengan membiasakan menyalin kalam ulama.

         Dan, tentu itu terpahat kuat pada kalbu-kalbu kita.

         Admin sendiri bertaubat dan memohon ampun kepada Allah ta'ala, karena sebelumnya telah banyak bercanda di grup. Sedangkan para Salaf dan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam jarang sekali melakukannya.

         Selebihnya, admin banyak berterima kasih dengan adanya grup, menjadikan suatu yang meliputi admin sehingga terbantu untuk belajar.

         Ustadz Usamah Mahri di dalam kajian Raudhatul Uqala nya, berkata kurang lebih, ilmu jika niat untuk diamalkan, itu akan mengubah diri-diri kita.

          Oleh sebab itu bencana-bencana pada lisan, pun sama dengan bencana-bencana dalam tulisan. Siapapun yang ingin terampil menulis, maka hendaknya memperhatikan dan berwaspada pada bencana-bencana lisan berikut:

1 - Mengucapkan perkataan yang tidak bermanfaat.

Betapa berharganya waktu, maka seorang beriman tidak akan menghabiskan waktu dengan hal yang tak bermanfaat. Dengan demikian ia akan terdorong,
menahan lisan dari ucapan tak bermanfaat.

2 - Larut dalam kebatilan, yaitu membicarakan kemaksiatan, seperti menyebutkan berbagai acara minum minuman keras, dan tempat orang-orang fasik.

          Termasuk pembicaraan kebatilan adalah:
Berdebat, jika mengingkari ucapan mungkar dan menjelaskan kesalahan, diterima itu yang diinginkan, jika tidak diterima, jangan berdebat.
Pertikaian, tanpa landasan ilmu. Jika di pihak benar, tetap lebih utama meninggalkan perdebatan.

3 - Berlebih-lebihan dalam berbicara, yaitu dengan memfasih-fasihkan ucapan, dan memaksakan diri untuk menyusun kalimat-kalimat indah.

✓ Tidak termasuk, pemilihan kata-kata seorang pemberi peringatan, selama tidak berlebih-lebihan.

4 - Berkata kotor, keji, mencaci maki, dan sebagainya.

          Yakni, yang dimaksud "keji" adalah, mengungkapkan secara terang-terangan:
hal-hal yang dianggap buruk
✓ seputar masalah jima' (porno, cabul), orang baik menghindari ini, dan menggunakan kata kiasan.
nyanyian

5 - Bercanda

          Nabi shalallahu alaihi wa sallam, bercanda memenuhi tiga unsur:
Benar dan jujur
✓ Ditujukan pada para wanita dan anak-anak, dan para pria lemah yang butuh dididik dengan adab.
Sangat jarang beliau lakukan.

6 - Mengejek dan mengolok-olok

Meremehkan, memandang rendah orang lain, dan menyebutkan berbagai kekurangan dan aib dengan menertawakan.
Menirukan perbuatan dan ucapan
Isyarat dan gerakan tanpa suara (pantomim).

7 - Membeberkan rahasia, mengingkari janji, dan berdusta ketika berbicara dan bersumpah.

          Dusta yang diperbolehkan:
Dusta kepada istri (untuk menyenangkan hatinya).
✓ Dusta (sebagai taktik) dalam peperangan.
✓ Intinya, segala tujuan terpuji yang hanya bisa dicapai dengan dusta, maka dusta ini mubah (diperbolehkan). Adapun jika tujuan tersebut wajib, dusta tersebut wajib.
✓ Namun, hendaknya seseorang sebisa mungkin menghindari dusta.

8 - Ghibah (menggunjing)

✓ Ghibah = memakan bangkai
✓ Ghibah, lebih parah dari pada zina, karena penggibah akan diampuni Allah ta'ala jika yang dighibahi tahu, dan memaafkan yang menggibahi. Sedangkan penzina cukup bertobat kepada Allah ta'ala.

✓ Makna ghibah: menyebutkan tentang saudaranya - ketika tidak bersamanya - dengan hal-hal yang ia benci, seperti:

# terkait kekurangan fisik
# terkait nasab
# terkait akhlaq
# terkait pakaian
✓ jika perkataan tentang keburukan itu memang benar ada pada saudaranya, itulah ghibah, jika tidak ada maka itu dusta.

✓ Ghibah bisa berupa:

# ucapan
# isyarat mata
# isyarat selain mata
# tulisan dengan pena, sesungguhnya pena itu salah satu dari dua lisan.

✓ Ghibah terjelek: orang yang berpura-pura zuhud, yang amalannya ingin dilihat orang lain.
Seperti ketika SESEORANG DISEBUTKAN (takyin pada seseorang tertentu) di dekat mereka, mereka mengucapkan:

# "Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang tidak memberi kami ujian berupa masuk menemui penguasa dan tidak tahu malu untuk mendapatkan harta dunia."
# "Kita berlindung kepada Allah dari sedikitnya rasa malu."
# "Kita memohon perlindungan kepada Allah."
# "Kasihan sekali orang itu. Dia ditimpa ujian yang begitu besar. Semoga Allah mengampuni kita dan dia." (apa betul orang tersebut ditimpa ujian karena berdosa? - ibman)
          Ini adalah menggabungkan antara ghibah yang tercela dengan pujian terhadap diri sendiri.

✓ Orang yang mendengarkan ghibah terlibat dan tidak selamat dari dosa ghibah, kecuali:

# mengingkari dengan lisan
# mengingkari dengan hati, jika takut
# beranjak dari tempat terjadi ghibah, jika mampu dan,
# memotong pembicaraan ghibah.

✓ Faktor pendorong ghibah:

# Melampiaskan amarah
# Menyesuaikan diri dengan teman-teman, ketika di antara teman-teman sedang menggibahi seseorang, maka ambil bagian dalam ghibah tersebut, dan menganggap itu sebagai baiknya pergaulan dan pertemanan.
# Ambisi memuliakan diri sendiri dengan cara merendahkan orang lain. 
# Kedengkian kepada orang yang dipuji, dicintai, dan dimuliakan, dengan menjelek-jelekkannya.
# Bermain-main dan bercanda, yaitu  
> menyebutkan hal-hal yang ada pada seseorang.
> menirukannya
Agar orang-orang tertawa, bahkan sebagian orang menjadikannya profesi (pelawak - ibman).

✓ Terapi ghibah:

# Pengghibah sadar, Allah ta'ala murka
# Kebaikan pengghibah akan dipindahkan kepada yang dighibahinya.
# Jika tak memiliki kebaikan, keburukan yang dighibahi akan dipindah ke pengghibah.
# Memikirkan kekurangan dan aib diri, dan sibuk memperbaiki.
# Malu menyebutkan aib orang lain, karena ternyata dirinya juga penuh aib.
# Jikapun ia selamat dari aib, jangan pula mengotori dirinya dengan ghibah.
# Dirinya tak rela dighibahi, tentu seharusnya dirinya juga tak menggibahi yang lainnya.
# Memutus sebab-sebab pendorong ghibah, seperti yang telah diseburkan di atas (ada 5 sebab pendorong). Mengobati penyakit dengan memutuskan sebab-sebabnya.
# Sadar bahwa Allah murka kepada orang yang mencari keridhaan makhluk terkait sebab pendorong berupa berusaha menyesuaikan diri dengan teman-teman.

✓ Prasangka buruk kepada muslim adalah ghibah yang dilakukan hati 

# Tidak boleh berprasangka buruk kepada muslim, yang masih bisa dicari kemungkinan alasan baiknya.
# Jika ada seorang adil memberitakan keburukan, bila kita cenderung membenarkan, maka itu udzur. Karena jika ada mendustakannya, kita justru berprasangka buruk pada pembawa berita yang adil itu.
# Tidak menyertakan bersama prasangka dengan permusuhan dan kedengkian.
# Jika kita berpikiran jelek kepada saudara muslim, lawan dengan mendoakannya dengan kebaikan. Ini melindungi kalbu kita dari setan ke kalbu kita.
# Jika jelas kesalahan seseorang, nasehati diam-diam.
# Prasangka buruk menyeret kepada memata-matai, jika tidak mengetahui keburukan orang, tentu kalbu selamat dan tenang.

✓ Ghibah yang diperbolehkan:

# Mengadukan kezaliman orang, jika orang tempat mengadu bisa mengembalikan hak-hak orang yang dizalimi.
# Meminta bantuan untuk mengembalikan orang yang berbuat mungkar atau zalim menuju jalan kebaikan.
# Meminta fatwa, lebih utama menyamarkan orang yang berbuat zalim kepadanya.
# Memperingatkan kaum muslimin 
> Menjelaskan hakikat ahli bid'ah atau ahli maksiat
> Menyebutkan kefasikan budak yang kita jual kepada pembeli.
> Menjelaskan seseorang yang akan dinikahi seseorang, dalam rangka pertimbangan, bukan menjatuhkan kehormatan seseorang.
> Menyebutkan julukan seseorang, seperti si Pincang, si Rabun. Lebih utama dengan sebutan cara lain.
> Menyebutkan orang yang terang-terangan dengan kefasikannya, dan tidak malu jika disebutkan.

✓ Kafarat Ghibah:

# Bertobat dan menyesal, karena melanggar larangan Allah ta'ala.
# Meminta keridhaan kepada orang ysng dighibahi, jika ia mengetahui dighibahi.
# Memohon ampunan untuk orang yang dighibahi, jika yang dighibai tidak mengetahui dighibahi. Jika pengghibah mendatangi untuk meminta maaf yang dighibahi, tentu akan terbakar kalbunya. Padahal sebelumnya ia tak mengetahui jika dighibahi.

9 - Namimah (adu domba)

Namimah, jika seseorang berkata, "Fulan telah berkata begini dan begitu tentangmu."
✓ Namimah, adalah juga membeberkan sesuatu yang tak suka untuk dibeberkan, bisa berupa ucapan atau perbuatan.
✓ Bahkan, jika seseorang melihat orang lain menyembunyikan harta untuk dirinya, lalu orang tersebut menyebutkan perbuatan orang tersebut.

✓ Orang yang dinamimahi, hendaknya melakukan:

# Tidak membenarkan tukang namimah, karena ia orang fasik dan persaksiannya ditolak.
# Melarang mengulangi namimah dan menasehati.
# Membencinya karena Allah.
# Tidak berprasangka buruk kepada orang yang disebutkan dalam namimah tersebut.
# Tidak terseret namimah, sehingga memata-matai orang yang disebut dalam namimah.
# Tidak pula melakukan namimah, karena ia sendiri tidak ridha dinamimahi.
Tidak ada tukang namimah yang jujur.
✓ Yahya bin Abi Katsir - rahimahullahu - berkata, "Tukang namimah hanya membutuhkan waktu satu jam untuk merusak hubungan, sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh tukang sihir, yang bisa ia lakukan dalam waktu sampai satu bulan."

10 - Ucapan orang berlisan dua

✓ Adalah: seseorang berkata kepada masing-masing orang tersebut dengan ucapan yang mencocoki masing-masing orang tersebut. Dan, ia pun menjanjikan akan membantunya, atau memuji kepada masing-masing orang itu ketika berhadapan terhadap masing-masing orang tersebut, tetapi mencela (meremehkan - ibman) yang lainnya.
 ✓ Di dalam hadits disebutkan,
         "Sesungguhnya seburuk-buruk manusia adalah orang yang mempunyai dua wajah, ia mendatangi suatu kelompok dengan suatu wajah, dan mendatangi kelompok lain dengan wajah lain."
✓ Adapun jika terpaksa untuk kesantunan terhadap pemerintah, hal tersebut diperbolehkan.
✓ Namun, ketika mampu untuk tidak menampakkan kecocokan terhadap mereka (mampu memperlihatkan ketidakcocokan - ibman), maka tidak diperbolehkan baginya, untuk berbuat seperti itu.
✓ Abu Darda radhiyallahu 'anhu pernah berkata,
        "Sungguh, kami tersenyum (meringis terpaksa - ibman) di hadapan kaum (rakyat - ibman), akan tetapi kalbu-kalbu kami melaknat mereka."

11 - Pujian

✓ Bencana orang yang memuji:

# Terkadang memuji yang tak diketahui kebenarannya, sehingga terjerumus berdusta.
# Memuji orang yang pantas dicela.

✓ Bencana orang yang dipuji:

# Menimbulkan perasaan sombong dan ujub, yang membinasakannya.
# Ridha pada dirinya sendiri, dan menyangka telah mencapai tujuan, sehingga lemah untuk beramal
# Jika selamat dari hal di atas, boleh memuji karena Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah memuji Abu Bakar, Umar dan sahabat yang lain.
# Berpikir, seandainya orang yang memuji mengetahui hakikat dirinya (memiliki celaan - ibman), tentu orang itu tak akan memujinya.

12 - Kesalahan dalam memaknai pembicaraan masalah agama, lebih-lebih pembicaraan tentang Allah ta'ala.

Hanya para ulama yang mampu membuat ungkapan yang selamat dan lurus tentang masalah agama.
✓ Orang kurang berilmu dan kurang fasih, terdapat kekeliruan dalam ucapannya, tetapi Allah ta'ala akan mengampuni karena kebodohannya itu.
✓ Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Barang siapa diam, pasti dia selamat."

13 - Bertanya tentang sifat-sifat Allah ta'ala dan Kalam-Nya.

✓ Bencana yang sering menimpa orang-orang awam (pada umumnya - ibman).
✓ Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda, "Manusia terus saja bertanya, hingga akhirnya mereka mengatakan, 'Allah-lah yang menciptakan segala sesuatu. Lantas, siapakah yang menciptakan Allah?' "
✓ Setan terus menerus membisikkan kepada orang awam yang mendalami sebuah ilmu, hingga orang itu berani mengucapkan ucapan kekufuran.
Pertanyaan-pertanyaan pelik orang awam pada masalah agama adalah bencana lisan yang terbesar.
✓ Pembahasan lebih lanjut tentang makna sifat-sifat Allah justru akan merusak diri mereka, bukan memperbaiki.
✓ Yang paling utama bagi mereka menyibukkan mereka dengan berbagai amalan ibadah
✓ Menyibukkan mencari rahasia-rahasia ilmu (kaifiyyah - bagaimana detailnya atau tata cara sifat Allah) ibarat  "pencarian hewan-hewan ternak akan rahasia seorang raja". (tak akan menemukannya - ibman)

Sumber:
Kitab Mukhtashar Minhajul Qashidin - Al-Imam Ibnu Qudamah Al-Maqdisi
Buku terjemahan - Mukhtashar Minhajul Qashidin
Kajian Islam Mukhtashar Minhajul Qashidin - Al-Ustadz Qomar ZA, Lc

***

WhatsAb Sabar
WhatsApp Salafy Asyik Belajar Saban Hari

Sederhana itu Lebih - Less is More. Desain bukanlah menambah-nambah biar berfungsi, tetapi desain adalah menyederhanakan agar berdaya guna.
Produk

Online Shop
Buku, Peranti belajar,
dan sebagainya



Misi


Fakta
Ciri Khas Artikel



F A Q (Frequently Asked Questions)
Pertanyaan yang sering diajukan

Silahkan chat dengan tim kami Admin akan membalas dalam beberapa menit
Bismillah, Ada yang bisa kami bantu? ...
Mulai chat...