#01 Feature: Kisah Nyonya Sulaiman
Kisah Nyonya Sulaiman
Menyusuri sepanjang gang pada 02.00, wanita tua itu sibuk menyapu sambil menembangkan murottal dengan gembira."Saya sudah melakukan hal ini sejak suami saya meninggal, tahun lalu," Nyonya Sulaiman menjelaskan dengan senyum ramahnya.
"Saya tidak punya pekerjaan lain. Semua tetangga saya sibuk, selalu bekerja, maka yang kecil inilah bagian saya."
Keheningan tugas malam ini hanya terganggu oleh patroli rutin mobil polisi. Petugas patroli Aritonang dan Sujiwo mendatangi gang itu pada saat Nyonya Sulaiman ada di luar.
"Ia wanita yang baik. Bila tidak ada tugas lain, kami senang mendatangi daerah ini," kata Aritonang.
"Kedua anak ini berpatroli setiap malam untuk melihat apakah wanita tua gila ini aman," kata Nyonya Sulaiman, gembira. Meskipun ia menyebut dirinya "wanita tua gila", Nyonya Sulaiman menunjukkan pandangan hidup seorang realis.
Mengakui bahwa gang itu tidak selalu kotor, ia menjelaskan, "Wanita tua seperti saya ini perlu beramal. Karena suami saya sudah meninggal dan anak cucu sudah dewasa, saya harus melakukan sesuatu."
Mula-mula ia enggan berbicara tentang tugas malamnya membersihkan sampah di gang. Tetangganya tidak tahu pekerjaan itu.
"Saya tidak ingin tetangga saya melihat saya dan mengira saya berusaha menjadi orang yang baik hati. Gang ini kotor dan petugas balai kota tidak membersihkannya, maka saya pikir harus ada yang membersihkannya," katanya.
"Saya tidak ingin ini dimuat di koran. Saya tidak mau tetangga tahu. Mengapa engkau risaukan saya keluar pada pukul 02.00?"
Hanya dengan imbauan bahwa ada kebanggaan masyarakat, ia mau bercerita dan berharap bahwa warga kota lainnya akan mengikuti jejaknya, tapi pada siang hari.
"Malam-malam begini sedikitlah orang yang keluar," katanya.
"Kadang-kadang anak-anak lewat di sini kalau Ahad pagi. Mereka mainkan klakson. Mereka tidak mengganggu saya. Mereka selalu melambaikan tangan."
Perkerjaan malam hari itu pernah satu kali menjadi penjaga tetangga yang sedang tidur dari kejahatan.
Suatu hari, ketika ia sedang menyapu, Nyonya Sulaiman melihat seorang pria bersembunyi di balik semak. Maka, "Saya masuk lagi dan menelepon polisi. Kedua polisi yang baik hati ini datang dua menit kemudian dan menangkap orang itu, yang sedang merangkak ke jendela tetangga sebelah."
Pada siang hari, tetangga di kiri-kanan rumahnya dan sepanjang gang memanggil Nyonya Sulaiman "Nenek". Matanya yang sayu penuh perasaan bila bercerita tentang tetangganya.
"Mereka baik-baik," katanya. "Anak-anak memanggil saya 'Nenek' dan selalu datang pada saya. Saya bikinkan kue untuk mereka asal ibu mereka tidak melarang. Para pria di sini juga baik-baik, membantu saya mengangkat barang-barang. Malah mereka mengecat rumah saya dengan gratis."
Tetangganya, para wanita, merawat Nyonya Sulaiman ketika ia agak sakit bulan Januari lalu, katanya.
"Tidak banyak wanita tua yang beruntung seperti saya ini. Mungkin saya sudah tua, tapi saya berusaha berpikir muda. Itulah kunci hidup supaya menyenangkan, berpikir muda."
Tetangga sepanjang gang memberi tangan hangat. "Nenek itu adalah yang paling aneh yang dimiliki lingkungan di sini," kata Ny. Tanzil Setiawan, tetangga sebelahnya. "Kami mencintainya benar-benar."
Meskipun Nyonya Sulaiman berusaha menyembunyikan pekerjaannya pada pukul 02.00,semua tetangga mengetahui hal itu.
***
Sumber: Seandainya saya wartawan Tempo, halaman 44, Cetakan 5: Januari 2017, Penerbit: Tempo Publishing & Tempo Institute
Tulisan di atas adalah, salah satu bentuk wacana tulisan Feature, dari berbagai macam bentuk Feature yang begitu banyak variannya. Yang akan dibahas pada materi-materi yang akan datang.
***
Gabung dalam percakapan