www.izzuka.com

#22 Perbandingan dalam Bahasa Kiasan

          Di dalam deskripsi-deskripsi dapat ditemukan perbandingan-perbandingan yang berkisar dari satu ekstrim ke ekstrim yang lain. Yaitu maksudnya, dari yang murni mengungkapkan keadaan tanpa daya interpretasi hingga ke deskripsi yang hidup dan segar dengan daya interpretasi yang sangat kaya.

          Daya interpretasi ini mungkin lebih ditonjolkan oleh penulis, 
  • tetapi penulis musti tetap menjaga agar hubungan-hubungan primer antara arti asli dan arti baru masih dapat dilihat. 
  • Karena, jika hubungan itu terlalu jauh dan sangat kabur, maka akibatnya pembaca tak dapat menurunkan suatu interpretasipun.
          Begitu pula sebaliknya, 
  • jika hubungan antara makna yang asli dan makna yang baru menunjukkan perbandingan yang terlalu jelas, akan kehilangan daya interpretasi 
  • dan menimbulkan kebosanan dan kejemuan para pembaca.
          Jika demikian, bagaimana acuan untuk menciptakan perbandingan yang baik?

          Pada umumnya tak ada aturan-aturan yang pasti menetapkan perbandingan tersebut, tetapi dapat diambil petunjuk sebagai berikut:
          
1. Penulis musti menggantungkan kemampuannya berdasarkan 
  • pada observasi-observasi yang telah diadakan
  • pada kebiasaan-kebiasaan masyarakat, 
  • pada pengalaman-pengalaman baik yang dialami penulis maupun orang lain.
2. Tergantung daya tangkap pembaca untuk menemukan hubungan dari perbandingan-perbandingan tersebut.

          Dalam suatu metafora yang baik, mustilah:

Perbedaan fisik antara dua objek atau hal yang diperbandingkan tidak boleh terlalu besar.
✓ Begitu pula, dua objek atau hal yang diperbandingkan tidak harus memiliki kemiripan yang dekat.

          Kita lihat contoh berikut:

          Matanya seperti bintang timur.

          Perbandingan tersebut dapat diterima dan dianggap benar. Mengapa?

          Sejatinya dua benda antara "mata" dengan "bintang timur" adalah sangat berbeda sekali. Secara nalar, bahkan tak ada persamaan sama sekali. Mata tak bisa disamakan dengan bintang yang merupakan benda angkasa. Dari segi unsur-unsur zat dan dimensi ukuran jelas-jelas beda banget. 

          Namun, di sana ada perbandingan bukan dalam hal kesamaan fisik dan ukuran, tetapi karena kesamaan sifat-sifat dari bintang timur ketika dilihat dari bumi kita. Sifat-sifat itu berupa:

Cahaya yang gemerlapan,
ketinggian dan
keagungan.

          Jadi, dalam metafora itu ada 
  • persamaan, yaitu persamaan sifat. 
  • Bersamaan itu pula ada pertentangan, yaitu pertentangan fisik objek yang diperbandingkan
         Tanpa adanya persamaan, tak akan bisa muncul perbandingan.
          
          Jika kita mengatakan,

Sungai itu menderu bagaikan air bah.
Anjing itu galak seperti seekor binatang liar.

          Akan terasa tak ada metafora pada kedua perbandingan tersebut, atau sekurang-kurangnya bila ada perbandingan, perbandingan tersebut sangat lemah. Karena, antara "sungai" dan "air bah" masih mempunyai persamaan fisik. Begitu pula antara "anjing" dan "binatang" pun masih ada persamaan fisik.

          Namun, ketika kita mengatakan,

Api menderu bagaikan banjir.
Api mengamuk seakan-akan seekor binatang liar.


          Maka, perbandingan tersebut telah terasa sebagai metafora. Karena "api" dan "banjir", begitu pula "api" dan "binatang liar" adalah dua hal berbeda fisik, tetapi mempunyai persamaan sifat dalam tindakan "menderu" dan "mengamuk".

          Dari perbedaan fisik tersebut 
  • timbul pemindahan arti
  • dan muncul ciri-ciri metafora yang menarik. 
  • Perbedaan tersebut menyulut ketegangan
  • dan dari ketegangan inilah muncul suatu impresi, suatu kesan mendalam pada sebuah metafora.
          Jadi, metafora:

bukan sekedar penghias atau ilustrasi.
Bukan juga hanya kesamaan-kesamaan sifat.
Bukan pula sekedar nama lain dari suatu objek, karena misalnya nama itu lebih bagus atau lebih sederhana.

          Namun, metafora fungsinya lebih luas dari itu semua. 
  • Metafora merupakan alat yang efektif untuk memungkinkan impresi atau interpretasi terhadap objek atau hal yang dibicarakan. 
  • Bisa impresi dan interpretasi kepada sifat-sifat yang baik, bagus dan agung
  • bisa pula kepada sifat-sifat objek atau hal yang buruk, diejek, disindir atau bahkan dicemoohkan.
          Metafora, masih bisa dibedakan atas beragam metafora atau bahasa kiasan sesuai maksud dan tujuannya. Di antaranya adalah Simile (persamaan) dan Personifikasi (penginsanan).

Simile

          Simile adalah bahasa kiasan yang biasanya memakai kata-kata: umpama, sebagai, seperti, bagaikan, seakan-akan, seolah-olah, laksana. Yaitu; 

membandingkan langsung objek atau hal dengan objek lainnya. 

          Namun, terkadang ada simile yang sudah kehilangan sifat sugestinya. Karena, 

tergerus waktu (sudah kuno)
✓ frekuensi pemakaian yang terlalu sering
ketidak-sanggupan untuk menampung sikap hidup kekinian.

          Contoh: hitam seperti arang, keras bagaikan baja, tinggi umpama langit, manis seakan-akan gula, wajahnya laksana bulan purnama, dan sebagainya.

          Dalam deskripsi "Kota - Harmoni" di Bab Hubungan Deskripsi dengan Wacana Tulisan yang lain, penulis Idrus menciptakan beberapa Simile. Simile tersebut baru pertama digunakan, dan mungkin hanya termuat pada deskripsi tersebut, tidak yang lainnya, maka pada waktu itu masih terasa segar, dan memiliki daya interpretasi dan daya sugesti yang cukup kuat.

          Baiklah, kita copas kembali deskripsi tersebut di sini:
          
          Trem penuh sesak dengan orang, keranjang-keranjang, tong kosong danberisi, kambing dan ayam. Hari panas, orang dan binatang keringatan. Trem bau keringat dan terasi. Ambang jendela penuh dengan air ludah dan air sirih, kemerah-merahan seperti buah tomat.

          Dalam trem susah bernafas. Tapi orang merokok juga, menghilangkan keringat dan terasi. Seorang perempuan muda, Belanda - Indo, mengambil saputangannya, kecil bagaikan daun pembungkus lemper, dihirupnya udara di saputangannya, lalu katanya, "Siapa lagi yang membawa terasi ke atas trem. Tidak tahu aturan, ini kan kelas satu."

          Seorang Tionghoa, gemuk seperti Churchill, merasa tersinggung dan berkata dengan marah, kepada nona Belanda-Indo itu, "Jangan banyak omong. Sekarang kemakmuran bersama, bukan Belanda."

          Orang Tionghoa itu membungkuk, mengambil dari keranjang sayurannya sebuah bungkusan dan katanya, sambil melihatkan bungkusan itu kepada nona Belanda-Indo itu, "Ini dia terasi, mau apa?"

          Seorang perempuan tua, bungkuk dan kurus, bajunya berlubang, seperti disengaja melubangkannya, seperti renda seperai, dimarahi kondektur, "Ini kelas satu, mengapa di sini? Ayo ke belakang! Kalau tidak, bayar lagi!"

          Perempuan itu beriba-iba, meminta supaya ia dibolehkan di kelas satu saja, "Terlalu sempit di sana tuan. Saya tak bisa."

          "Ya kalau tak bisa, bayar lagi!"

          Lambat-lambat perempuan tua itu pergi ke kelas dua.

          Tiba di sana ia melihat dengan marah kepada kondektur, dan katanya, "Ah belagak betul. Sedikit saja dikasih Nippon kekuasaan sudah begitu. Sama orang tua berani. Tapi coba kalau orang Nippon, membungkuk-bungkuk. Huh! ..."

          Terbaca Simile pada kalimat,

"Ambang jendela penuh dengan air ludah dan air sirih kemerah-merahan seperti buah tomat."

"Seorang perempuan muda, Belanda - Indo, mengambil sapu tangannya, kecil bagaikan daun pembungkus lemper."

"Seorang Tionghoa, gemuk seperti Churchill, merasa tersinggung dan berkata dengan marah."

          Penulis Idrus bisa menuliskan begitu saja  "air ludah dan air sirih yang kemerah-merahan", "mengambil saputangannya yang kecil", atau "seorang Tionghoa yang gemuk". Namun, pembaca belum bisa membayangkan seberapa derajat "kemerah-merahan" nya, seberapa "kecil saputangan" nya, dan seberapa "gemuk" orang Tionghoa tersebut.

          Dengan menambahkan "seperti buah tomat", maka sifat deskripsi "kemerah-merahan" itu menjadi lebih konkret, hidup dan segar. Karena, dalam benak pembaca terbayang warna kemerah-merahan dari buah tomat matang yang pernah dilihatnya.

          Begitu pula, orang yang belum pernah melihat saputangan yang kecil, tak bisa membayangkan bagaimana kecilnya saputangan itu. Namun, karena sifat kecilnya diperbandingkan dengan sesuatu yang nyata yaitu daun pembungkus lemper, yang dianggap waktu itu telah dikenal oleh masyarakat. Maka, daya imajinasi yang ditimbulkan oleh ungkapan tersebut, bekerja mengerakkan menciptakan khayal pembaca. Menciptakan lukisan saputangan dengan ukuran selebar daun pembungkus lemper.

          Hal yang sama berlaku untuk perbandingan "gemuk seperti Chuchill". Karena pada waktu pengisahan - Masa penjajahan Jepang - tokoh Churchill itu sangat terkenal, dan diketahui sebagai orang dengan postur tubuh gemuk. Maka, kira-kira begitulah gemuknya orang Tionghoa dalam deskripsi tersebut, lebih konkret, lebih hidup dan lebih segar.

          Kesimpulannya, bahwa Simile atau persamaan akan, 
  • menggerakkan impresi secara langsung membandingkan sesuatu dengan objek yang dipersamakan. 
  • Kesegaran, daya impresi, imajinasi dan interpretasi mampu terwujudkan dengan perbandingan-perbandingan yang orisinal ciptaan penulis, 
  • bukan bersifat klise atau telah basi.

Personifikasi

          Personifikasi atau penginsanan adalah 

semacam perbandingan yang menggambarkan benda mati seolah-olah bertindak dan berpikir layaknya manusia. Atau dengan kata lain deskripsi suatu objek-objek yang tak bernyawa dan binatang yang diberikan perbandingan-perbandingan sebagai manusia. Seperti bertindak, berpikir, berkata, atau merasa sebagai seorang manusia.

          Personifikasi sebagai alat dalam deskripsi adalah alat untuk menggambarkan suatu objek tak bernyawa atau binatang dengan sifat-sifat manusia, agar lebih hidup, lebih segar, dan mampu memberi kesan atau interpretasi tertentu.

          Seperti pada kutipan yang telah lewat:

Bulan memeluknya dan berjalan bersamanya; sekali-kali bayangan memisahkan bulan darinya.

          Bulan dan bayangan bukan manusia, sebab itu benda-benda tersebut juga tak akan bertindak sebagai manusia seperti: memeluk, berjalan, memisahkan. Namun, kiasan di atas dapat dikatakan sangat efektif, karena perbandingan yang diterapkan dengan tingkah laku manusia.

          Contoh-contoh berikut, juga menggunakan Personifikasi:

Pagar itu memulai kawalannya baru beberapa tahun terakhir ini.
Desir ombak yang menyembur mengusir ke pesisir yang landai di kala remaja hari, atau derum gelombang menepuk karang di waktu gugur surya?
Terbendung sejurus arus pikiran dokter Hamzah.
Sinar matahari bermain-main di atas awan yang bergerak.
Daun pokok kayu bergamitan.
Petang itu alam berhiaskan diri sangat eloknya.

Sumber: Gema Tanah Air oleh HB Jassin.

          Ungkapan "pagar memulai kawalannya", seolah-olah pagar adalah manusia yang ditugaskan untuk mengawal dan menjaga keamanan.

          Fungsi pagar, bagi kita telah jelas, tetapi deskripsi tentang fungsi pagar dengan mempergunakan personifikasi, akan lebih menonjol, lebih segar, dan tersirat pula interpretasi-interpretasi tertentu, yakni tanggung jawab dan menimbulkan rasa aman.

          Rangkaian kata-kata "Desir ombak yang menyembur mengusir ke pesisir" dan "derum gelombang menepuk karang" juga merupakan personifikasi, lebih menguatkan sifat "desir" dan "derum" ombak di pantai.

***

Mau belajar menulis Kisah Nyata via daring (online), ikuti tahapannya, TAP /KETUK > di bawah ini:

Atau, mau belajar menulis Kisah Nyata via luring (offline), beli saja bukunya, TAP /KETUK > di bawah ini:
Buku Menulis
Kisah Inspiratif

rasa Novel - 55k


Mau Belajar Ilmu Syar'i dengan Menuliskannya, mudah, sedikit demi sedikit, dan saban hari, TAP /KETUK > di bawah ini:
WhatsApp Salafy Asyik Belajar dan Menulis

Sederhana itu Lebih - Less is More. Desain bukanlah menambah-nambah biar berfungsi, tetapi desain adalah menyederhanakan agar berdaya guna.
Produk

Online Shop
Buku, Peranti belajar,
dan sebagainya



Misi


Fakta
Ciri Khas Artikel



F A Q (Frequently Asked Questions)
Pertanyaan yang sering diajukan

Silahkan chat dengan tim kami Admin akan membalas dalam beberapa menit
Bismillah, Ada yang bisa kami bantu? ...
Mulai chat...