#02 Tata Bahasa - Sintaksis
Pendahuluan
Sintaksis (artinya = mengatur bersama sama) adalah;bagian dari Tata Bahasa yang mempelajari dasar-dasar dan proses-proses pembentukan kalimat dalam suatu bahasa.
Jika di dalam Bahasa Arab, kita mengenal istilah Ilmu Nahwu, yaitu Tata Bahasa dalam bahasa tersebut yang mempelajari frasa (mudhaf, mudhaf ilaihi, shifat maushuf, dan sebagainya) dan klausa, kalimat (jumlah ismiyah /mubtada' - khabar dan jumlah fi'liyah /fi'il - fa'il), dan berbagai struktur konstruksi kalimat lainnya.
Penelitian bidang fonetis (bunyi /suku kata), morfologis (bentuk kata) dan struktur frasa (susunan beberapa kata) dari suatu bahasa merupakan bagian dari Ilmu Bahasa yang masih bersifat statis.
Sedangkan, dalam Tata Bahasa - Sintaksis bidang-bidang statis seolah-olah digerakkan dan dihidupkan ke dalam kesatuan gerak yang dinamis, diikat dan dijalin ke dalam berbagai macam konstruksi.
Setiap bahasa mempunyai sistem-sistem yang khusus untuk mengikat kata-kata atau kelompok-kelompok kata ke dalam suatu gerak yang dinamis. Sebab itu tidak dapat dibenarkan untuk menyusun tata kalimat suatu bahasa dengan menerapkan begitu saja tata bahasa - sintaksis bahasa lain.
Tata bahasa suatu bahasa haruslah merupakan perumusan dari berbagai macam gejala susun - peluk kata-kata dalam suatu bahasa. Bahwa, nanti ada persamaan tata kalimat suatu bahasa dengan bahasa lain, haruslah merupakan hasil perbandingan yang diadakan antara bahasa-bahasa tersebut, tetapi bukan sebagai hasil penerapan tata bahasa - sintaksis bahasa lain.
1. Kata, Frasa, dan Klausa
Bila sekali lagi kita melihat tataran-tataran (tata-tingkat /hirarki) dalam bahasa, maka urutan tataran itu dari yang kecil sampai paling luas beserta bidang ilmunya masing-masing adalah:Interupsi!: Jika Sobat menggunakan smart phone, silahkan rotasi layar 90 derajat dari potret (berdiri) menjadi lanskap (rebah) untuk kenyamanan melihat tabel berikut di bawah ini.
Bidang Ilmu | Tataran | Keterangan |
---|---|---|
Fonologi (bunyi) | Fon /fonem | Suku kata |
Morfologi (bentuk kata) | Morfem: - terikat - bebas | Kata: - dasar - turunan /jadian |
Tata Bahasa - Sintaksis | beberapa kata | - Frasa - Klausa - Kalimat |
Wacana (tulisan) | 1. beberapa kalimat 2. beberapa alinea 3. anak bab 4. beberapa anak bab 5. beberapa bab-bab | 1. Alinea /paragraf 2. Bagian 3. Sub 4. Bab 5. Karangan utuh |
Semua unsur di atas disebut unsur segmental, yaitu:
unsur-unsur yang dapat dibagi-bagi menjadi bagian atau segmen-segmen yang lebih kecil.
Di samping unsur segmental terdapat juga unsur suprasegmental, yang kehadirannya tergantung dari unsur-unsur segmental. Unsur suprasegmental mulai hadir dalam tataran kata sampai wacana, yaitu berupa:
nada, tekanan keras, panjang, dan intonasi.
Dengan demikian kata merupakan suatu unsur yang dibicarakan dalam morfologi, sebaliknya frasa, klausa dan kalimat berdasarkan strukturnya termasuk dalam Tata Bahasa.
Di sini akan diperkenalkan secara singkat apa itu frasa dan klausa guna untuk mengantar semakin memperjelas definisi kalimat. Adapun penjelasan secara rinci tentang frasa dan klausa ada pada bab tersendiri.
Frasa adalah;
suatu konstruksi yang terdiri dari dua kata atau lebih yang membentuk suatu kesatuan, dimana kelompok kata itu dapat menduduki suatu fungsi dalam kalimat. Kesatuan itu dapat menimbulkan suatu makna baru yang sebelumnya tidak ada.
Misalnya:
dalam frasa "rumah ayah" muncul makna baru, menyatakan 'milik', dalam frasa "rumah makan" terdapat pengertian baru ‘untuk’, sedangkan, frasa "obat nyamuk" terdapat makna baru ‘untuk memberantas’.
Sebaliknya,
Klausa adalah;
suatu konstruksi yang di dalamnya terdapat beberapa kata yang mengandung hubungan fungsional, yang dalam tata bahasa lama dikenal dengan pengertian subjek, predikat, objek, dan keterangan-keterangan.
Sebuah klausa sekurang-kurangnya harus mengandung satu subjek, satu predikat, dan secara fakultatif (tidak wajib) satu objek; dalam hal-hal tertentu klausa terdiri dari hanya satu predikat dan boleh dengan keterangan (bentuk impersonal /tidak mengenai seseorang tertentu).
Misalnya:
1. Saya membacakan selembar surat.2. Adik membaca buku.3. Anak itu menangis.4. Ia sudah bangun.5. Diberitahukan kepada umum.6. Demikian diceritakan.
7. Sementara adik membaca Al Qur’an, saya membaca buku.8. Ia makan, karena (ia) lapar.
Konstruksi no. 1 sampai dengan no. 6 membentuk satu klausa, dan sekaligus sebuah kalimat.
Sebaliknya konstruksi no. 7 dan no. 8 merupakan sebuah kalimat yang terdiri dari dua klausa.
Sementara itu, kalau kita mendengar orang mengucapkan:
9. “Maling!”, “Pergi!”, “Keluar!”10. “Rumah Ahmad!” sebagai jawaban atas pertanyaan, “Rumah siapa itu?”11. “Karena lapar!” sebagai jawaban atas pertanyaan, “Mengapa kamu lambat bekerja?”
Semua konstruksi di atas diterima juga sebagai kalimat, walaupun contoh-contoh dalam no. 9 hanya terdiri dari satu kata, sedangkan no. 10 dan no. 11 terdiri dari frasa (dua kata).
Bila demikian;
Sebuah kata, sebuah frasa, atau sebuah klausa dapat menjadi sebuah kalimat!
Tetapi di mana letak perbedaannya atau ciri-cirinya?
Kita menyebutnya sebagai kata, frasa, atau klausa, semata-mata berdasarkan unsur segmentalnya.
Sebaliknya unsur kata, frasa, dan klausa dapat dijadikan kalimat jika diberikan kepadanya unsur suprasegmental – dalam hal ini intonasi.
Jadi:
kata + intonasi > kalimat
frasa + intonasi > kalimat
klausa + intonasi > kalimat
Lalu kalau begitu, apakah yang dimaksud intonasi itu dalam suatu kalimat?
Intonasi
Bila kita memperhatikan dengan cermat tutur bicara seseorang, maka arus ujaran (bentuk bahasa) yang sampai ke telinga kita terdengar seperti berombak-ombak. Hal itu terjadi karena bagian-bagian dari arus ujaran itu tidak sama nyaring diucapkan.Ada bagian yang diucapkan lebih keras dan ada bagian yang diucapkan lebih lembut; ada bagian yang diucapkan lebih tinggi dan ada bagian yang lebih rendah; ada bagian yang diucapkan lambat-lambat dan ada bagian yang diucapkan cepat-cepat. Disamping itu di sana-sini, arus ujaran itu masih dapat diputuskan untuk suatu waktu yang singkat atau secara relatif lebih lama, dengan suara yang meninggi (naik), merata, atau merendah (turun).
Keseluruhan dari gejala-gejala ini yang terdapat dalam suatu tutur disebut Intonasi.
Berarti intonasi itu tidak merupakan suatu gejala tunggal, tetapi merupakan perpaduan dari bermacam-macam gejala yang disebut:
- tekanan (stress),
- nada (pitch),
- durasi (panjang-pendek),
- perhentian,
- dan suara yang meninggi,
- mendatar,
- atau merendah pada akhir ujaran tadi.
Intonasi dengan semua unsur pembentukannya itu disebut unsur suprasegmental bahasa.
Batasan:
Intonasi adalah kerjasama antara nada, tekanan, durasi dan perhentian-perhentian yang menyertai suatu tutur, dari awal hingga ke perhentian terakhir.
***
Tugas Latihan
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini di buku tulis jawaban!1. Jelaskan apa yang dimaksud frasa dan apa pula yang dimaksud dengan klausa! Berikan contoh masing-masing!
2. Sebuah kata, sebuah frasa atau sebuah klausa dapat menjadi sebuah kalimat. Itu bisa terjadi bila sebuah kata, frasa atau klausa diberi 'sesuatu'. Apakah 'sesuatu' itu? Jelaskan 'sesuatu' itu!
***
Mau belajar Bahasa Indonesia - KALIMAT via daring (online), ikuti tahapannya, TAP /KETUK > di bawah ini:
Mau Belajar Ilmu Syar'i dengan Menuliskannya, mudah, sedikit demi sedikit, dan saban hari, TAP /KETUK > di bawah ini:
Gabung dalam percakapan