#41 Feature Sejarah (Historical)
Tulisan Feature ini mengacu kepada keterkaitan masa lampau dan masa kini.
Maksud dari upaya memasakinikan sesuatu peristiwa yang lampau, untuk menyegarkan ingatan para pembaca tentang kejadian bersejarah. Misalkan, pembantaian para Pahlawan Revolusi pada 30 September 1965.
Dari segi kejiwaan, orang senang membaca sesuatu yang lampau, adalah untuk membandingkan dengan hal yang terjadi kini.
Maksud dari upaya memasakinikan sesuatu peristiwa yang lampau, untuk menyegarkan ingatan para pembaca tentang kejadian bersejarah. Misalkan, pembantaian para Pahlawan Revolusi pada 30 September 1965.
Dari segi kejiwaan, orang senang membaca sesuatu yang lampau, adalah untuk membandingkan dengan hal yang terjadi kini.
Contoh:
Jakarta, 30/9/ ...Siaran RRI (Radio Republik Indonesia) pukul 07.20 pada 1 Oktober 1965 tak ubahnya seperti petir membelah bumi di pagi hari, bagi sebagian rakyat, manakala mereka mendengar bahwa telah terjadi perubahan kekuasaan negara secara mendadak.Pengumuman dari golongan yang menamakan dirinya Gerakan 30 September bahwa mereka telah mengagalkan usaha percobaan perebutan kekuasaan negara. Perebutan kekuasaan itu menurut mereka diprakarsai oleh apa yang mereka namakan Dewan Jendral. Ternyata hal itu, berbalik menjadi arus tanda tanya rakyat Indonesia. Dan, rakyat begitu amarahnya tatkala mereka mengetahui enam orang pimpinan TNI-AD dibantai oleh PKI (Partai Komunis Indonesia) yang ternyata mendalangi gerakan tersebut.Episode berdarah PKI memasuki titik balik ketika Pangkostrad Mayjen - waktu itu - Soeharto memimpin garis komando penumpasan pemberontakan komunis di Indonesia sejak 3 Oktober 1965.Kini, 26 tahun kemudian, masih segar ingatan orang tentang apa yang telah terjadi waktu itu.Ada di antara mereka memutuskan untuk tidak masuk kerja, atau menghentikan pekerjaan yang sedang dilakukannya untuk mengetahui kejadian sebenarnya lewat siaran RRI."Waktu itu saya sedang sarapan sambil mendengarkan siaran RRI. Saya sangat terkejut dan percaya pasti keadaan jadi gawat," kata Muhidin, yang mengaku waktu itu menjadi pegawai PT Karung Goni.Rasa terkejut berubah menjadi amarah ketika khalayak pendengar mengetahui bahwa biang keladi kejadian itu tidak lain adalah PKI yang membunuh perwira TNI-AD dalam usaha mereka merebut kekuasaan negara.(Beberapa paragraf berikutnya tersusun dengan kalimat di dalam tanda petik dari beberapa orang lagi silih berganti dengan kalimat pernyataan, kemudian diakhiri bagian Penutup).Penumpasan Gerakan 30 September dan pelarangan kegiatan PKI di Indonesia, yang konon kekuatan terbesarnya di luar negeri yaitu di Uni Sovyet dan China, menyusul ditemukannya mayat korban pembantaian yang dibenamkan dalam sumur tua Lubang Buaya di daerah Halim Perdana Kusuma, kurang lebih 20 kilometer sebelah timur dari pusat ibukota Jakarta.
Sejatinya, banyak sekali peristiwa sejarah di zaman Rasulullah shalallahu alaihi wasallam yang biasa dengan tema "Sirah". Juga banyak peristiwa sejarah di zaman setelah wafatnya Nabi Shallallahu alaihi wasallam, yakni zaman Khalifah yang empat, dan sejarah-sejarah setelahnya yang biasa diberi tema "Tarikh". Dan, kejadian-kejadian tersebut telah tertulis di kitab-kitab para ulama, bahkan dengan sanad dari para periwayat-periwayat yang terpercaya. Sehingga - insya Allah - tidak diragukan lagi keotentikannya.
Maka, selayaknya peristiwa-peristiwa sejarah tersebut ditampilkan dalam bentuk Feature Sejarah yang akan memberi manfaat dan pelajaran yang banyak bagi kita dan umat Islam. Dan, penampilan sejarah, tidak mesti berpanjang-panjang, tetapi bisa pada satu episode atau momen tertentu, yang di dalamnya mengandung hikmah khusus yang dalam.
Berikut suatu contoh momen Sirah Nabawiyah yang dapat diambil pelajaran pada peristiwa tersebut.
Al-Ghathafani, Seorang Kawan dari Lawan
Tersebutlah sebuah nama sentral di akhir cerita perang Ahzab. Dia adalah Nuaim bin Mas'ud Al-Ghathafani radhiyallahu 'anhu. Seorang prajurit dari pasukan musuh yang akhirnya membantu Rasulullah shalallahu alaihi wasallam. Dia diam-diam masuk Islam tanpa diketahui prajurit yang lain. Padahal dia adalah orang yang sangat dipercaya oleh kabilahnya, bahkan oleh Quraisy dan Bani Quraizhah.Di tengah perang yang sedang berkecamuk, ia mendatangi Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, "Wahai Rasulullah, sungguh kaumku tidak mengetahui perihal keislamanku. Maka perintahkanlah aku sekendakmu!""Kamu hanya satu orang di tengah pasukan kami. Maka berusahalah sebisamu untuk menghentikan perlawanan mereka terhadap kami. Sungguh perang itu adalah tipu daya," jawab Rasul.Satu hal yang menjadi celah dan penyakit sebuah persatuan antar golongan, yaitu tatkala tidak ada asas kuat dan saling kepercayaan di antara anggotanya. Itu akan menjadi penyebab kelemahan dan rusaknya persatuan. Sebesar dan sebanyak apa persatuan, namun jika setiap anggota memiliki visi dan kepentingan yang berbeda, maka akan berujung pada kegagalan.Dan kenyataan inilah yang tidak bisa lepas dari persatuan semu pasukan Ahzab. Prinsip Yahudi yang berbeda dengan Quraisy, begitu pula prinsip keduanya berbeda dengan prinsip Ghathafan. Setiap persatuan tanpa asas dan prinsip pemahaman yang sama adalah persatuan semu yang tak memiliki bobot dan kekuatan. Terlihat bersatu, namun hati dan jiwa terpecah belah, Allah Subhana wa ta'ala berfirman, yang artinya, "Kamu mengira mereka bersatu, namun kalbu-kalbu mereka bercerai-berai." (QS Al-Hasyr:14)Berangkat dari sana Nuaim bin Mas'ud mulai taktiknya; menumbuhkan keraguan dan bibit perpecahan di tengah pasukan Ahzab. Ia memulai dengan pasukan Yahudi Quraizhah, "Kalian telah melihat nasib (Yahudi) Bani Qainuqa' dan (Yahudi) Bani Nadhir (yang kalah melawan Rasulullah). Dan sekarang kalian benar-benar telah menjadi sekutu Quraisy dan Ghathafan. Mereka tak lain seperti kalian. Negeri tempat pertempuran ini adalah negeri kalian, ada harta, anak-anak, dan wanita kalian. (Jika kalah), kalian tidak akan bisa meninggalkan tempat ini. Berbeda dengan mereka, anak-anak, dan wanita berada di tempat yang jauh. Jika ada kesempatan menang, mereka akan melakukannya. Namun, jika kalah, mereka bisa segera pulang dengan mudah, meninggalkan kalian bersama Muhammad (shalallahu alaihi wasallam) yang akan berbuat sekehendaknya pada kalian.""Kalau begitu, apa yang harus kami lakukan?""Jangan mau berperang bersama sampai mereka mau memberikan jaminan (dari orang-orang mereka)," jawab Nuaim."Kau telah memberikan ide terbaik," Yahudi Quraizhah menerima ide Nuaim, yang artinya sebentar lagi mereka akan mengirim utusan kepada Quraisy untuk meminta jaminan.Namun, Nuaim telah mendahului mereka tiba di sana."Wahai Quraisy, sungguh aku akan mengatakan sesuatu. Rahasiakanlah ...," Nuaim membuka percakapan."Sebetulnya orang-orang Quraizhah menyesal telah mengkhianati perjanjian (damai) dengan Muhammad (shallallahu alaihi wasallam), karena khawatir kalian akan pulang dan meninggalkan perang. Mereka menuliskan surat kepada Muhammad (shallallahu alaihi wasallam) (untuk kembali kepada perjanjian), dengan mengambil jaminan dari orang-orang kalian untuk diserahkan pada Muhammad (shalallahu alaihi wasallam). Maka hati-hatilah, jika mereka meminta jaminan, jangan beri!"Nuaim pun mengatakan hal yang sama pada Ghathafan.Akhirnya, tak berlangsung lama, Yahudi Quraizhah tiba menemui pembesar Quraisy.Mereka mengatakan, "Hari ini adalah hari Sabtu. Dan tidak ada musibah yang pernah menimpa kami, kecuali karena pelanggaran di hari itu. Kami tidak bisa berperang bersama kalian sampai kalian memberi jaminan (dari orang kalian), agar kalian tidak mudah pulang meninggalkan kami."Benar terjadi apa yang baru saja diungkapkan Nuaim kepada Quraisy. Yahudi benar-benar meminta jaminan orang dari mereka.Geram, Quraisy pun enggan mengabulkan tuntutan Yahudi, "Kami tidak akan menyerahkan seorang pun dari kami sebagai jaminan untuk kalian! Berangkatlah kalian berperang!"Yahudi Quraizhah pun bergumam, "Demi Allah, benar yang dikatakan Nuaim kepada kalian (wahai Yahudi)."Quraisy tidak konsisten untuk bekerjasama dengan mereka sampai akhir pertempuran.Dengan izin Allah, Nuaim Al-Ghathafani berhasil membuat mereka ragu dan lemah. Persatuan yang menjadi kunci kekuatan pasukan berhasil goyah dengan ketidakpercayaan satu sama lain. Kekuatan 'kecil' dari satu orang saja, namun memberikan manfaat untuk seluruh kaum muslimin. Subhanallah. [Ustadz Fauzi Nur]
Bibliografi✓ Mukhtashar Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam - Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam✓ Sirah Nabawiyah Ibnu Ishaq - Muhammad bin Ishaq bin YasarSumber: Majalah Tashfiyah Edisi 71 Vol. 6 1438 H /2017 M, hal. 66 - 69
***
Mau belajar menulis Feature - Berkesan Dibaca via daring (online), ikuti tahapannya, TAP /KETUK > di bawah ini:
Mau Belajar Ilmu Syar'i dengan Menuliskannya, mudah, sedikit demi sedikit, dan saban hari, TAP /KETUK > di bawah ini:
Atau, hanya mau baca postingan-postingan Belajar dan Menulis? Tanpa berdialog, komentar dan ngobrol. Ikuti /follow saja Channelnya TAP /KETUK > di bawah ini:
Gabung dalam percakapan