www.izzuka.com

#15 Kata Majemuk (Kompositum)

1. Kata Majemuk

          Pengertian Kata Majemuk atau Kompositum dapat diungkapkan sebagai berikut: 

gabungan dari dua kata atau lebih yang membentuk suatu kesatuan arti. 

          Batasan ini dalam kenyataannya tidak bisa mencakup keseluruhan persoalan Kata Majemuk tersebut. Setiap bahasa mempunyai konsep-konsep tersendiri tentang hakekat dan wujud kata majemuk. Konsep kompositum dalam bahasa Sansekerta lain sekali dari konsep kompositum dalam bahasa Belanda. Keduanya berbeda dengan konsep kompositum dalam bahasa Indonesia.

          Pada umumnya struktur kata majemuk sama seperti kata biasa yaitu tidak dapat dipecahkan lagi atas bagian-bagian yang lebih kecil. Bila kita paksakan untuk memecahkannya dengan menyisipkan suatu kata di tengah-tengah misalnya, maka hancurlah hakekat kata majemuk tersebut. 

          Demikianlah karena gabungan itu sudah merupakan kekuatan yang tak dapat dibagi lagi, maka dalam memberi sifat terhadap kata majemuk itu, kata sifat atau keterangan-keterangan lain yang menerangkan kesatuan itu harus memberi keterangan atas keseluruhannya sebagai satu kesatuan, bukan sebagian-sebagian. Unsur yang tadinya menjadi dasar pembentukan kata majemuk itu, setelah bersatu hilang hakekat kekataannya, karena struktur kekataannya sekarang sudah ditampung dalam kesatuan gabungan itu:

saputangan
orangtua
matahari
panjangtangan
kakitangan
dan lain-lain.

          Walaupun anggapan dasar sebagai telah dikemukakan di atas mengatakan bahwa gabungan sudah merupakan kesatuan yang tak dapat dipecahkan lagi seperti: matahari, saputangan dan sebagainya, namun dalam kenyataan ada bentuk kata yang lazimnya dianggap sebagai kata majemuk, masih menunjukkan struktur yang renggang, berarti masih dapat dipisahkan oleh unsur-unsur lain, misalnya:

rumah makan: dapat dipulangkan kepada frasa: rumah tempat makan.

tua muda: tua dan muda, dan sebagainya.

2. Terjadinya Kata Majemuk

          Kalau kata-kata itu masih dapat dipulangkan dalam bentuk-bentuk yang lain, mengapa sampai digolongkan sebagai kata majemuk?

         Untuk mendapat suatu gambaran yang jelas, kita harus meninjau sejarah terbentuknya kata-kata majemuk tersebut. 
  • Menurut sejarah kata-kata majemuk itu pada mulanya merupakan urutan kata yang bersifat sintaksis
  • Dalam urutannya yang bersifat sintaksis tadi, tiap-tiap bentuk mengandung arti yang sepenuh-penuhnya sebagai sebuah kata
  • Tetapi lambat-laun karena sering dipakai hubungan sintaksis itu menjadi beku
  • dan sejalan dengan gerak pembekuan itu, bidang arti yang didukung tiap-tiap bentuk juga lenyap dan terciptalah bidang baru yang didukung bersama
  • Dan dalam proses ini tidak semua urutan itu telah sampai kepada taraf terakhir itu. Ada urutan kata yang masih dalam gerak ke arah pembekuan itu, 
  • ada yang sudah sampai kepada pembekuan itu. 
  • Yang masih dalam gerak itu dapat disebabkan karena gabungan itu memang sifatnya sangat longgar atau karena baru saja tercipta istilah itu.
  • Kata-kata yang masih dalam gerak inilah yang masih dapat dipecahkan strukturnya dengan menyisipkan kata-kata lain di antaranya, atau dapat dipulangkan kepada bentuk lain dengan cara transformasi
          Tetapi karena frekuensi pemakaian tinggi, serta keterangan yang menerangkan bentuk itu harus selalu mengenai kesatuannya, maka kata-kata tersebut dimasukkan juga dalam Kata Majemuk.

rumah makan:
walaupun strukturnya agak longgar, namun dengan sering dipakai sebagai satu kesatuan arti; di samping itu keterangannya harus menerangkan keseluruhannya.

rumah makan yang baru
‘yang baru’ bukan menerangkan makan saja atau rumah saja, tetapi seluruh kesatuan itu.

3. Sifat Kata Majemuk

  Berdasarkan sifat kata majemuk dengan melihat adanya inti dari pada kesatuan itu, maka kata majemuk dapat dibagi atas:

1. Kata Majemuk yang bersifat eksosentris.

2. Kata Majemuk yang bersifat endosentris.

  Kata Majemuk yang bersifat eksosentris adalah; 

kata majemuk yang tidak mengandung satu unsur inti dari gabungan itu. Dengan kata lain kedua-duanya merupakan intimisalnya: 

lakibini, tuamuda, hancurlebur, kakitangan dan lain-lain.

Sebaliknya bila ada satu unsur yang menjadi inti dari gabungan itu maka sifatnya endosentris, misalnya: 

saputangan, orangtua, matahari dan lain-lain 

          di mana sapu, orang dan mata merupakan unsur intinya.

  Sifat eksosentris dan endosentris itu tidak ditinjau dalam hubungannya ke luar dengan kata-kata lain, tetapi ditinjau dalam hubungan gabungan itu sendiri

          Dalam hubungannya ke luar kata majemuk adalah selalu merupakan kesatuan yang membentuk satu pusat, sehingga kata yang menjelaskan kata majemuk itu harus menjelaskan keseluruhannya.

4. Ciri-ciri Kata Majemuk

  Akhirnya berdasarkan uraian-uraian di atas dapat kita menyimpulkan beberapa ciri kata majemuk, sebagai berikut:

1. Gabungan itu membentuk satu arti yang baru.

2. Gabungan itu dalam hubungannya ke luar membentuk satu pusat, yang menarik keterangan-keterangan atas kesatuan itu, bukan atas bagian-bagiannya.

3. Biasanya terdiri dari kata-kata dasar.

4. Frekuensi pemakaiannya tinggi.

5. Terutama kata-kata majemuk yang bersifat endosentris, terbentuk menurut hukum DM (Diterangkan /unsur intinya mendahului Menerangkan).

5. Bentuk Perulangan pada Kata Majemuk

          Pada dasarnya karena kata-kata majemuk membentuk suatu kesatuan maka bentuk-ulangnya harus secara penuh yaitu diulang keseluruhannya:

rumahsakit-rumahsakit
saputangan-saputangan
rumahmakan-rumahmakan, dan lain-lain.

          Tetapi seringkali kita menjumpai hal-hal yang sebaliknya yaitu perulangan itu dilakukan bukan atas keseluruhannya tetapi hanya sebagian saja, misalnya:

rumah-rumah sakit
sapu-sapu tangan
rumah-rumah makan, dan lain-lain.

          Mengapa terjadi demikian? 

          Kita lihat di sini seolah-olah pertama-tama ada gerak yang hendak mempersatukan bentuk-bentuk tersebut menjadi kesatuan, tetapi dalam perulangan tiba-tiba muncul lagi gerak yang bertentangan dengan tadi. Secara struktural memang tidak dibenarkan karena kata majemuk itu adalah satu kata; sebab itu seluruh kata itu diulang, bukan sebagian dari kata itu. 

         Tetapi mengapa sampai terjadi ada ulangan yang hanya sebagian saja? 

         Proses ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Dalam pemakaian bahasa sehari-hari ada kecenderungan untuk mengadakan penghematan dalam pemakaian bahasa, dasar ekonomis. Dasar ekonomis ini hanya dapat digunakan bila gerak yang berlawanan itu tidak membawa perbedaan paham. 
  • Dalam hubungan ini agaknya dapat dijelaskan ulangan dwipurwa dalam bahasa Indonesia, yakni mula-mula orang mengulang seluruhnya
  • tetapi karena prinsip ekonomis tadi, akhirnya hanya sebagian saja dari lingga yang diulang.

6. Macam-macam Kata Majemuk

  Dalam usaha untuk menggolong-golongkan kata majemuk, sebagai biasa, ada yang berusaha memasukkan sistem penggolongan menurut sistim bahasa-bahasa lain. Misalnya yang terkenal penggolongan yang didasarkan atas hasil karya Panini, ahli Tata bahasa Sansekerta, kira-kira abad 4 sebelum Masehi.

  Berdasarkan sifat dan struktur kata-kata majemuk dalam bahasa Sansekerta ia membuat penggolongan kata majemuk antara lain sebagai berikut:

1. Dwandwa: kalau penggabungan itu mempunyai derajat yang sama (bersifat kopulatif). Kalau kita hubungkan dengan sifat kata majemuk sebagai telah disebut di atas, maka kata majemuk dwandwa ini bersifat eksosentris: 

laki-bini, tua-muda, besar-kecil, sanak-saudara, dan sebagainya.

2. Tatpurusa: yaitu kata majemuk yang bagiannya yang kedua memberi penjelasan pada bagian yang pertama. Sifatnya endosentris. Yang termasuk golongan ini hanyalah kata-kata majemuk yang bagiannya yang kedua terdiri dari kata benda, kata kerja atau kata tugas.

matahari
saputangan
rumah sakit
rumahmakan
kamartidur, dan lain-lain.

3. Karmadharaya: bagian kedua menjelaskan bagian yang pertama, tetapi bagian yang menjelaskan itu terdiri dari kata-kata sifat. Kata majemuk semacam ini juga bersifat endosentris juga, misalnya: 

orang tua, rumah besar (= rumah adat), hari besar, dan lain-lain.

4. Di samping itu ada macam-macam kata majemuk lain yang lebih sesuai dengan struktur bahasa Sansekerta, antara lain bahuvrihi. Kata majemuk itu sebenarnya adalah kata majemuk dwandwa atau tatpurusa, tetapi berfungsi untuk menjelaskan satu kata benda lain. 

Apakah pembagian berdasarkan Tata bahasa Sansekerta itu dapat diterapkan dalam Tata bahasa Indonesia? 

Sejauh struktur itu tidak bertentangan dengan struktur bahasa Indonesia, dapat diadakan penerapan itu. Di samping itu dengan mempelajari bentuk-bentuk tersebut kita dapat mengerti struktur bahasa Sansekerta yang masuk dalam bahasa Indonesia seperti kata majemuk: 

bumiputra, mahaguru, mahasiswa, purbakala dan sebagainya, 

di mana menurut struktur bahasa Indonesia inti dari gabungan itu harus terletak di depan dari bagian yang menerangkan. 
    • Dalam bahasa Sansekerta keadaan itu terbalik (inti dari gabungan kata terletak di belakang dari bagian yang menerangkan).

5. Akhirnya perlu disinggung sedikit tentang jenis kata dari kata-kata majemuk itu. Jenis kata majemuk dapat ditentukan berdasarkan prosedur biasa, sebagai yang dilakukan pada kata-kata dasar atau kata jadian yang lain. 

Kata tua-muda, walaupun terdiri dari gabungan kata sifat dan kata sifat, namun dalam strukturnya yang baru sudah mengalami transposisi menjadi kata benda.

***
Sederhana itu Lebih - Less is More. Desain bukanlah menambah-nambah biar berfungsi, tetapi desain adalah menyederhanakan agar berdaya guna.
Produk

Online Shop
Buku, Peranti belajar,
dan sebagainya



Misi


Fakta
Ciri Khas Artikel



F A Q (Frequently Asked Questions)
Pertanyaan yang sering diajukan

Silahkan chat dengan tim kami Admin akan membalas dalam beberapa menit
Bismillah, Ada yang bisa kami bantu? ...
Mulai chat...