www.izzuka.com

Obat itu Pahit, tetapi sedikit demi sedikit, bisa!

          Obat dari suatu penyakit adalah lawan dari penyakit tersebut. Dan, karena lawannya tentu pahit. Maksud pahit disini adalah dalam artian maknawi, yaitu melawan sesuatu dengan lawannya itu butuh tekad kuat dan kesungguhan.

          Berikut kalimat-kalimat Ibnu Qudamah Al-Maqdisi dalam Mukhtashar Minhajul Qashidin:

          Bahwasannya penyebab penyakit pada badan tidaklah dapat diobati kecuali dengan lawannya.

Penyakit demam (badan panas) diobati dengan sesuatu yang dingin. Sebaliknya, penyakit yang bersifat dingin diobati dengan sesuatu yang panas.

         Begitu pula, akhlaq rendahan yang ia termasuk penyakit kalbu, pengobatannya adalah dengan lawannya.

✓ Penyakit kebodohan diobati dengan ilmu, 
✓ penyakit kikir diobati dengan kedermawanan. Dan, 
✓ penyakit sombong diobati dengan tawadhu', 
✓ penyakit rakus diobati dengan menahan ambisi.

         Seseorang harus menanggung pahitnya obat dan harus sangat sabar dalam menahan keinginan demi mencapai kesembuhan. Dia mesti menanggung pahitnya perjuangan dan bersabar dalam mengobati penyakit hati.

         Bahkan, pengobatan penyakit kalbu ini lebih utama.
 
         Karena, penyakit badan akan selesai dengan datangnya kematian, sedangkan penyakit kalbu adalah siksaan yang terus berlanjut setelah kematian untuk selama-lamanya.

***

          Sampai di sini, kita berhenti dari kalimat-kalimat beliau.

         Jika kita renungkan, mengapa ada ulama bersyukur ketika mendapat musibah?

         Mungkin ini maksud ulama tersebut gak pake lama, jangan sampai kalbunya tidak sabar, langsung dalam waktu sepersekian detik mengobati kalbunya dengan bersyukur. Karena bersyukur dengan misalnya mengucapkan "Alhamdulillah 'ala kulli hal", ini adalah lawan tidak sabar yang merupakan penyakit kalbu muncul ketika mendapat musibah, dengan ucapan maupun tindakan.

Tidak sabar = tidak terima takdir atau tidak menyadari begitu banyak nikmat Allah yang lain, seperti mata, sehat, dan sebagainya ketika tertimpa musibah.

          Lawannya (obat yang pahit), adalah

Bersyukur = menyadari betapa banyak nikmat Allah yang ada padanya, dibanding musibah yang ditimpakan padanya.

         Maka jika kita daftar penyakit-penyakit kalbu lainnya, kita akan mendapatkan obatnya, yaitu lawannya:

Dengki (hasad) >< iklash karena Allah ta'ala semata.
Amarah >< sabar
Cari muka >< memuji tidak di hadapan orangnya
Ketergesa-gesaan >< ta'ani (tidak tergesa dan tidak berlambat-lambat).
Cinta harta >< cinta akhirat
Tak mengenal Allah >< belajar dan memahami Tauhid Rubbubiyah, Uluhiyah dan Asma wa Shifat.
Sangka buruk >< sangka baik
Malas >< rajin
Merasa sendiri, akhirnya bermaksiat >< merasa tidak sendiri, ada Allah dan malaikat.
✓ Dan sebagainya, kiaskan untuk penyakit-penyakit kalbu yang lain.

          Kemudian di bab lain Ibnu Qudamah Al-Maqdisi berkata:

      Maka, sesungguhnya kebiasaan itu berpengaruh dalam pembentukan akhlaq seseorang.

          Seperti, bahwasannya,

seseorang ingin menjadi seorang penulis, maka hendaknya ia menyibukkan diri dengan menulis.

 Atau seseorang ingin 

menjadi ahli fikih, maka ia mesti menyibukkan diri kebiasaan ahli fikih berulang-ulang, sampai sifat ahli fikih melekat pada kalbunya.

         Namun, sesungguhnya seseorang itu 
  • tidak sepantasnya berharap mendapatkan hasil dari usahanya itu hanya dalam dua atau tiga hari
  • Dan, hasil tersebut akan diperoleh dengan usaha yang terus menerus, layaknya pertumbuhan fisik tidaklah didapat hanya dalam waktu dua atau tiga hari. 
         Usaha yang berkesinambungan akan memberi pengaruh yang besar.

         Oleh karena itu, 
  • tidak sepantasnya untuk menganggap remeh amalan-amalan ketaatan yang sedikit
  • Sebab, jika dilakukan terus menerus, akan memberi pengaruh baik. 
         Begitu pula, jangan menganggap remeh dosa-dosa walaupun sedikit.

         Dan, menekuni sebab-sebab keutamaan-keutamaan karakter akan berpengaruh pada jiwa, dan bahkan akan mengubah watak (sifat) seseorang.

***

        Sampai di sini, kita berhenti lagi dari kalimat-kalimat beliau.

        Dari, kalimat-kalimat beliau yang terakhir, tidaklah bertentangan dengan praktek menumbuhkan perilaku kebiasaan (habits) dari segi variabel Kemampuan. Dimana dengan trik Kemampuan kita dapat melatih diri pada sifat dari lawan penyakitnya dengan memulai 2 langkah:

1. Langkah Pembuka, yaitu mengusahakan suatu tindakan ringan yang membuka awal dari lawan (obat) penyakitnya, seperti jika kita melatih sifat sabar ketika, ada yang memicu amarah kita, kita bisa langsung melakukan Langkah Pembuka dengan melakukan yang dihasung Nabi kita shallallahu 'alaihi wa sallam, ketika berdiri, lalu duduk, amarah masih meliputi, hendaknya berbaring. Atau bisa juga dengan tersenyum.

2. Kemudian lanjut melakukan, tindakan sedikit atau kecil, yaitu melakukan suatu tindakan lawannya mulai dari yang kecil atau sedikit dahulu. Seperti, kalimat ramuan: 

> setelah tersenyum, kita mengucapkan "Alhamdulillah"

perwujudan rasa syukur terhadap nikmat-nikmat Allah sebagai obat lawannya amarah, yang tidak menerima takdir tersebut.

          Trik Kemampuan tersebut mesti diulang-ulang, sampai sifat amarah lambat laun hilang, berganti sifat sabar, yang mampu keluar otomatis, tanpa dipikir oleh pikiran kita, ketika ada kejadian yang memicu.

           Obat bagi penyakit raga saja, mesti diminum berkali-kali dengan dosis tertentu, seperti 3x dalam sehari, sampai sembuh.

          Jika, sabar otomatis tersebut sanggup terjadi, maka kita telah berhasil mengobati penyakit kalbu amarah, dan sembuh berganti karakter sabar.

          Penyakit apapun obatnya adalah lawannya

          Pahit? 

          Tentu. Namun, apalah artinya pahit, kalau yang terbayang kesembuhan kalbu, bahagia dan tenang ujungnya? Kiaskan untuk penyakit-penyakit kalbu lainnya.

          Kecil, atau sedikit tetapi terus menerus, insya Allah akan terjadi perubahan besar.

          Yang pahit, atau sulit akan manis, mudah dan ringan jika dimulai dari yang kecil. Mujahadah atau kesungguhan? Tetap mesti ada untuk memulainya. Jika tidak sampai kapanpun kita tak akan berubah dengan izin Allah. Allah Musta'an

          Ibnu Qudamah Al-Maqdisi menegaskan lagi, dengan ucapan-ucapan indahnya, kurang lebih bermakna, bahwa apalah artinya menanggung pahitnya kehidupan yang hanya dalam hitungan hari, minggu, bulan dan tahun, jika akan mendapat kesenangan abadi?

Orang-orang tak akan menyesal tentang perjalanan mereka malam hari, ketika pagi telah datang.

***

Referensi:
Kitab Mukhtashar Minhajul Qashidin - Al-Imam Ibnu Qudamah Al-Maqdisi
Buku terjemahan - Mukhtashar Minhajul Qashidin
Kajian Islam Mukhtashar Minhajul Qashidin - Al-Ustadz Qomar ZA, Lc
 Buku Atomic Habits - Perubahan Kecil yang Memberikan Hasil Luar Biasa
Buku Tiny Habits - Perubahan-perubahan kecil yang Mengubah Hidup

Mukhtashar Minhajul Qashidin
Belajar dengan Menulis Saban Hari

***

WhatsAb Sabar
WhatsApp Salafy Asyik Belajar Saban Hari

Sederhana itu Lebih - Less is More. Desain bukanlah menambah-nambah biar berfungsi, tetapi desain adalah menyederhanakan agar berdaya guna.
Produk

Online Shop
Buku, Peranti belajar,
dan sebagainya



Misi


Fakta
Ciri Khas Artikel



F A Q (Frequently Asked Questions)
Pertanyaan yang sering diajukan

Silahkan chat dengan tim kami Admin akan membalas dalam beberapa menit
Bismillah, Ada yang bisa kami bantu? ...
Mulai chat...