www.izzuka.com

#26 Pola Sudut Titik Pandangan Deskripsi Tempat

         Pola Sudut Titik Pandangan ini terkadang disebut POV (Point Of View). Yaitu, 

darimana objek atau suatu hal dapat dipandang atau bagaimana suatu tempat dapat dilihat dari suatu titik pandangan tertentu.

         Setiap tempat yang menjadi objek deskripsi harus memiliki kesatuan. Detail-detail objek yang dipilih haruslah menunjukkan kesatuan tersebut untuk dimasukkan ke dalam tulisan. Jika penulis hanya menguraikannya berupa bagian-bagian terpisah, tanpa adanya kesinambungan, maka persepsi kesatuannya akan hilang.

         Objek yang diuraikan harus terungkap secara keseluruhan, sehingga bagian-bagian detail musti disajikan susul-menyusul, dengan pola-pola urutan tertentu, tak bisa secara serempak.

Pola Statis

          Yaitu pola urutan dari suatu tempat tertentu, 
  • penulis dalam keadaan diam (statis: tak bergerak) 
  • dapat melayangkan pandangannya ke tempat yang dideskripsikan, 
  • mengalir dengan mengikuti urutan-urutan teratur, 
  • dimulai dari titik tertentu.
          Penulis dapat memulai misalnya 
  • dari timur ke barat, 
  • atau sebaliknya, 
  • dari utara ke selatan 
  • atau sebaliknya. 
  • Bisa juga, dari atas ke bawah, 
  • dari depan ke belakang, 
  • dari kanan ke kiri, 
  • atau bahkan dengan cara memutar pandangan dari satu titik, berlanjut sampai kembali ke titik semula itu. 
         Yang penting, aliran pergerakan pandangan secara logis, sesuai nalar.

          Begitu pula, penulis dapat juga, 
  • bertolak dari suatu titik yang dianggap penting, lalu berangsur-angsur kepada bagian-bagian semakin rendah kepentingannya. 
  • Atau ia bisa mulai dari titik yang paling jauh berangsur-angsur ke titik yang terdekat.
          Perhatikan contoh berikut, telah lewat contoh Deskripsi pada Bab Teknik Deskripsi dengan pendekatan Realistis:

          Suara teriakan santri-santri bermain bola masih bersahut-sahutan di lapangan 'futsal' pondok pesantren di hadapanku. Lapangan 'futsal' itu hanyalah beralaskan coklatnya tanah dan beratap langit. Di hadapanku terbentang jaring-jaring penghalang jika ada bola 'nyasar' keluar lapangan. Sehingga bola yang terlempar keluar lapangan tidak sempat menghantam asrama santri yang ada di belakangku. Asrama santri terbuat dari rangka kayu sengon dan bahan GRC semacam triplek tahan air akan tetapi mudah pecah. Terlihat beberapa bagian pecah dan berlobang. Melihat dinding asrama yang pecah dan berlobang itu, baru kutahu mengapa ada jaring-jaring di hadapanku.

         Tampak jelas, pada satu paragraf penulis mengikuti suatu urutan tertentu, dari bagian depan (di hadapan penulis), lalu ke belakang penulis.

         Ada juga semacam variasi dari pola di atas, yaitu menggambarkan sesuatu objek dengan objek lain dalam suatu perbandingan. 
  • Yaitu mula-mula penulis membuat deskripsi dengan cermat dari suatu objek atau tempat, 
  • kemudian pindah atau bergeser ke tempat lain dengan menyebutkan perbedaan-perbedaannya saja. 
  • Bagian-bagian yang sama tak perlu disebutkan lagi. 
         Contoh, 

misalnya penulis mendeskripsikan suatu ruangan toilet pria, kemudian bergeser ke sebelah ke ruangan toilet wanita, cukup menyebutkan perbedaannya.

Pola Bergerak

          Pola berikutnya adalah pola bergerak yaitu memandang sesuatu dari posisi yang bergerak.

          Coba kita perhatikan contoh berikut:

          Sore yang redup. Matahari mulai memadamkan cahayanya sedikit demi sedikit. Kami melintas di daerah Anggut Atas, kota Bengkulu. Aku dan S akan menemui seseorang di komplek perumahan Tembok Baru. S di depan mengemudikan sepeda motor bebeknya, aku dibonceng. Kami menyusuri jalan Anggut Atas menurun menuju arah jalan Anggut Bawah. 

          Tak berapa lama, sampailah kami di gerbang komplek perumahan Tembok Baru yang jalannya agak menanjak. Komplek perumahan memang posisi letaknya bertengger lebih tinggi dari jalan utama Anggut Bawah.

          Setelah masuk komplek perumahan, di jalan lingkungan tepat di belokan di depan kami, sekonyong-konyong muncul pula sepeda motor tril. Eh, ternyata si H. Jarak kami sekitar sepelemparan batu. Mungkin 10 meter an.

          Begitu melihat pengendara sepeda motor tril itu si tokoh utama yang sedang hangat dibicarakan oleh teman-temanku akhir-akhir ini, S serta merta memasang raut muka mengeras, rahangnya terlihat berdenyut-denyut, dan matanya memancarkan panasnya api kebencian. Aku dapat merasakan gemuruh perasaan itu, walau aku duduk di belakang.

          "Si H ...," Sarmito berkata lirih sambil agak memalingkan muka ke kanan agak ke belakang, agar aku mendengar. Ya, aku sudah melihat.

          5 meter lagi, kami akan berpapasan.

          Aku sudah khawatir dan ngeri lihat gestur S. Otot-otot badannya seperti bergemertak. Aku ingat, ketika di halaman kantor bapaknya K, S lah yang mengepal-ngepalkan tinjunya gregetan terhadap H.

          2 meter lagi.

          Aduh, aku tak mau ribut-ribut. Kalau terjadi kelai bagaimana? H santai saja seperti tidak merasa bersalah, bahkan berusaha tersenyum.

          1 meter.

          S melotot, mulutnya mencibir. Wah, apa yang akan dilakukannya?

          "Cuiiih!" sekumpulan cairan dalam mulut S dilontarkannya ke jalan aspal lingkungan komplek tepat di depan H. Ternyata tadi, begitu S melihat H lepas dari belokan, S punya ide jahil mengumpulkan ludah di mulutnya. Lalu menghina H dengan cara melontarkan cairan itu di hadapannya, di depan matanya.

          H matanya terbelalak. Dia tak sempat melakukan apa-apa.

          Tak ada sedetik kemudian kami telah berpisah. Aku lihat dari kaca spion sepeda motor, H sempat menoleh ke belakang dengan paras wajah tidak berbentuk lagi. Keki, kesal. Campur aduk.

          "Kau telah menghina H, S ...," aku mengingatkan agar tidak seharusnya begitu.

          S malah merespon dengan arogan, "Untung idak wajahnyo yang ambo ludahi!". Ups ....sangar!

          "Biar ajo, orang seperti itu musti dikasih pelajaran. Lagaknya macam orang cemmano gitu, sombong nian!" tambah Sarmito, terlihat wajahnya ditekuk-tekuk. Puas.

Lengkapnya silakan baca pada bagian Lampiran dengan judul "Terpukau"

          Tokoh utama dan temannya, tersajikan dengan jelas mereka dalam keadaan bergerak, kemudian berpapasan dengan teman seterunya. Lalu, terjadilah peristiwa. Setelah itu mereka saling menjauh.

           Di sini juga, kita faham, tanpa adanya deskripsi tempat dalam keadaan tokoh-tokohnya bergerak, kita akan sulit mengimajinasikan peristiwa tersebut. Betapa pentingnya peranan deskripsi tempat dalam memperjelas momen kejadian yang diceritakan.

Pola Kerangka

          Sering terjadi, suatu tempat sulit dideskripsikan karena terlalu luas dan besar. Akibatnya sukar untuk menimbulkan kesatuan kesan tunggal yang diinginkan. Nah, agar penulis dapat mengungkapkan suatu deskripsi dengan kesan yang menyatu, maka penulis dapat membuat suatu gambaran kerangka dari tempat yang dilukiskannya. 

Atau dengan kata lain, mengambil hal-hal atau detail-detail dari tempat tersebut dengan skala area yang lebih kecil.

          Dengan begitu, akan tercapailah efek kesatuan yang luas tadi dengan mempergunakan tempat yang kecil sebagai gambaran kerangka.

          Telitilah contoh berikut ini, yang telah pernah dihadirkan dengan judul "Hanyut":

          Pagi yang bening. Baskara baru saja semangat lepas landas dari horizon bumi. Denyut kota Bengkulu, mulai berdetak kembali.

          Bapak-bapak berangkat kerja, ada yang ke kantor, ada pula yang ke pasar bawa ikan "selengek" untuk dijual, hasil melaut tadi malam, ada yang mengendalikan kuda yang menarik delman untuk mencari penumpang di pasar-pasar. Zaman itu masih ada delman. Ibu-ibu berangkat ke pasar membawa keranjang belanja dan catatan belanja agar tidak lupa apa saja yang akan dibeli, ada pula yang berangkat berjualan kolang-kaling, bumbu-bumbu Padang, ada pula yang mengantar anaknya berangkat sekolah. 

          Aku? Ya, aku seperti biasa berangkat sekolah dengan sepeda balapku. Aku sudah terbiasa ke sekolah bersepeda. Pagi yang cemerlang, membuat aku cergas menyambut hari. Aku kayuh sepedaku dengan kencang agar aku telah siap di kelas sebelum pelajaran di mulai. Apalagi aku ketua kelas, musti memberi suri tauladan kepada yang lain.

          Penulis mendeskripsikan suasana kota Bengkulu, di waktu pagi hari. Kota Bengkulu sangatlah luas, betapa banyaknya detail-detail yang harus ia lukiskan tentang kota Bengkulu di pagi hari. Maka, penulis mendeskripsikannya berupa suatu gambaran kerangka satu tempat kecil yang merupakan bagian dari kota Bengkulu.

          Dengan demikian, dapat dengan mudah diimajinasikan kesatuan sifat dan perincian tentang kota Bengkulu.

***

Mau belajar menulis Kisah Nyata via daring (online), ikuti tahapannya, TAP /KETUK > di bawah ini:

Atau, mau belajar menulis Kisah Nyata via luring (offline), beli saja bukunya, TAP /KETUK > di bawah ini:
Buku Menulis
Kisah Inspiratif

rasa Novel - 55k


Mau Belajar Ilmu Syar'i dengan Menuliskannya, mudah, sedikit demi sedikit, dan saban hari, TAP /KETUK > di bawah ini:
WhatsApp Salafy Asyik Belajar dan Menulis

Sederhana itu Lebih - Less is More. Desain bukanlah menambah-nambah biar berfungsi, tetapi desain adalah menyederhanakan agar berdaya guna.
Produk

Online Shop
Buku, Peranti belajar,
dan sebagainya



Misi


Fakta
Ciri Khas Artikel



F A Q (Frequently Asked Questions)
Pertanyaan yang sering diajukan

Silahkan chat dengan tim kami Admin akan membalas dalam beberapa menit
Bismillah, Ada yang bisa kami bantu? ...
Mulai chat...