#14 Perkembangan dalam Paragraf (3)
Klasifikasi
Yang dimaksud dengan klasifikasi adalah;sebuah proses untuk mengelompokkan objek-objek yang dianggap mempunyai kesamaan-kesamaan tertentu.
Sebab itu klasifikasi bekerja kedua arah yang berlawanan.
Pertama, menyatukan satuan-satuan ke dalam satu kelompok (pengkategorian).
Kedua, memisahkan kesatuan tadi dari kelompok yang lain (membagi menjadi beberapa kategori).
Dengan demikian pola pengembangan paragraf klasifikasi mempunyai persamaan tertentu baik dengan pertentangan dan perbandingan maupun dengan umum – khusus dan khusus – umum.
Persamaan dengan pertentangan dan perbandingan adalah bahwa,
- keduanya bertolak dari penetapan ciri-ciri yang sama dan penetapan perbedaan-perbedaan tertentu.
- Akan tetapi dalam prosesnya klasifikasi masih berjalan terus untuk menentukan pengelompokannya.
Di sisi lain, klasifikasi mempunyai persamaan dengan umum – khusus dan khusus – umum, karena proses klasifikasi tersebut tidak lain dengan cara;
- membuat perincian-perincian sesuatu yang umum,
- namun perincian itu untuk memperoleh kelas-kelasnya atau kelompok-kelompoknya.
- Dalam klasifikasi, tiap kelompok yang didapat dalam langkah sebelumnya mungkin masih diperinci lebih lanjut ke dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil lagi.
- Walaupun demikian, penulis harus memegang prinsip yang jelas tentang dasar klasifikasinya, baik untuk tingkat yang lebih tinggi maupun untuk tingkat-tingkat yang lebih rendah.
“Jika orang hendak membagi bahasa Melayu atau bahasa Indonesia, maka tidak cukup apabila ia hanya dibagi menjadi bahasa Melayu rendah dan bahasa Melayu tinggi.
Demikian pula tidak cukup apabila dipecah-pecah menjadi empat macam; Bahasa dalam, bahasa bangsawan, bahasa dagang, bahasa pasar.
Demikian juga belum cukup dengan pembagian bahasa Melayu buku dan bahasa Melayu lisan, dikarenakan banyaknya jenis yang disampaikan secara lisan. Bahasa lisan oleh para nelayan lain dari pada bahasa lisan oleh petani, lain pula dari pada bahasa lisan oleh guru sekolah maupun kuli di pelabuhan.
Bahasa Melayu yang dipakai di Riau lain dari pada bahasa Melayu yang dipakai di Jakarta, lain pula yang dipakai di Ambon, begitu pula yang di Banjarmasin lain pula dengan yang di Padang.
Namun, semuanya termasuk dalam lingkup bahasa Melayu yang satu. Dan, bahasa Indonesia sebagai kelanjutan bahasa Melayu, pastilah pula mempunyai corak dan warna yang terdapat pada bahasa Melayu itu dahulu.”
Klasifikasi terhadap objek-objek yang konkret mungkin tidak banyak mendapatkan kesulitan, karena dasar-dasar yang dipakaipun bersifat konkret: besarnya, bahannya, bentuknya, tujuannya, dan lain sebagainya.
Akan tetapi, jika kita bergerak pada gagasan-gagasan yang abstrak, maka sering timbul kesulitan untuk mempertahankan dasar tersebut. Klasifikasi yang dibuat manusia bukan terkait pada objek yang diklasifikasikan,
tetapi klasifikasi yang terkait pada cocok atau tidaknya pada maksud-maksud tertentu.
Maka dari itu dasar yang dipakai untuk mengadakan klasifikasi itu sangat penting untuk mengetahui klasifikasi tersebut benar atau tidak.
Definisi Luas
Yang dimaksud definisi dalam pembentukan sebuah paragraf adalah;usaha penulis untuk memberi penjelasan atau arti terhadap suatu istilah atau hal.
Disini kita tidak menghadapi hanya satu kalimat, akan tetapi suatu rangkaian kalimat membentuk sebuah paragraf. Terkadang malahan untuk memberi pengertian yang menyeluruh tentang definisi suatu istilah, satu paragraf dianggap belum cukup, sehingga dibutuhkan rangkaian dari beberapa paragraf, bahkan dibutuhkan sampai dalam bentuk satu buku. Namun, prinsip-prinsip definisi tetap sama. Kita akan lebih sering menghadapi suatu definisi luas daripada definisi formal biasa, atau definisi etimologi kata atau definisi istilah tersebut.
“Youtuber adalah sebutan bagi mereka yang hidupnya bergelut dengan Youtube. Sehari-harinya pekerjaan mereka membuat video dengan berbagai konten kemudian meng-upload-nya ke situs Youtube. Dan, sudah bukan rahasia umum, banyak orang ingin menjadi seorang youtuber dikarenakan mereka bisa mendapatkan uang dari aktivitas tersebut. Tidak tanggung-tanggung pendapatan seorang youtuber bisa sangat fantastis. Bisa, diterima akal, karena jaringannya mendunia, situs ini merupakan media iklan yang paling efektif di seluruh dunia.”
Sumber: Artikel "Hedonisme", Majalah Tashfiyah 90 Vol.08 1440 H/2019 M
Catatan: Makna paragraf tidak untuk ditiru atau diamalkan.
Untuk sampai kepada batasan atau pengertian tentang Youtuber, penulis mula-mula memberikan dasar-dasar pengertian tentang Youtuber pada umumnya, baru kemudian membatasi pengertian Youtuber lebih detail tentang penghasilannya, dan sebagainya. Semua rangkaian kalimat dalam paragraf tersebut menuju kepada pengertian menyeluruh tentang Youtuber.
Sudut Pandangan
Yang dimaksud dengan sudut pandangan adalah;tempat darimana seorang penulis melihat sesuatu. Sudut pandangan adalah bagaimana kita melihat sesuatu objek itu dengan mengambil suatu posisi tertentu.
Misalnya, bagaimana seseorang menggambarkan dengan penjelasan suatu ruangan.
- Pertama-tama ia harus mengambil suatu posisi tertentu,
- kemudian secara perlahan-lahan dan berurutan melukiskan dengan kata-kata objek demi objek yang terdapat dalam ruangan itu.
- Bisa dimulai dari urutan paling dekat posisinya terhadap penulis lalu berangsur-angsur kepada yang semakin jauh.
- Atau dapat pula dari sebelah kanan pengamat lalu berurutan memutar ke depan lalu lanjut ke sebelah kirinya.
- Urutan yang demikian disebut urutan-ruang atau urutan-spasi.
Perhatikan penggambaran keadaan di bawah ini:
“Suara teriakan santri-santri bermain bola masih bersahut-sahutan di lapangan 'futsal' pondok pesantren di hadapanku. Lapangan 'futsal' itu hanyalah beralaskan tanah dan beratap langit. Di hadapanku terbentang jaring-jaring penghalang, jika ada bola 'nyasar' keluar lapangan. Sehingga bola yang terlempar keluar lapangan tidak sempat menghantam asrama santri yang ada di belakangku. Asrama santri terbuat dari rangka kayu sengon dan bahan GRC semacam triplek tahan air akan tetapi mudah pecah. Terlihat beberapa bagian pecah dan berlobang, Melihat dinding asrama yang pecah dan berlobang itu, baru kutahu mengapa ada jaring-jaring di hadapanku.”
Detail-detail dapat diarahkan kepada bentuk lain, misalnya pelukisan secara cermat seseorang yang berjalan dari suatu bagian ke bagian lain dari suatu objek yang diselidiki (pengisah bergerak).
Simak contoh berikut:
“Ketika aku naik ke lantai atas pondok pesantren yang sedang dibangun terlihat air dari hujan tadi pagi tergenang dimana-mana. Jelas saja, memang lantai atas dibuat bukan untuk atap, sehingga tidak dibuat dengan kemiringan tertentu. Kemiringan tertentu pada atap beton berfungsi untuk mengalirkan air hujan yang menerpa atap tersebut. Seluruh bangunan lantai atas sudah terbangun dinding batu bata dan belum teratapi. Aku susuri bangunan itu sampai ujungnya di barat. Ternyata, di bagian ujung barat bangunan itu ada yang sudah beratap beton. Dari atap beton itu, para santri terkadang melepas pandangan ke arah gunung Sumbing dan gunung Sindoro yang gagah berdiri di Selatan dan Barat area komplek pondok pesantren. Dari atas itu pula, para santri terkadang melatih gerakan gulat dan kungfu yang telah diajarkan instruktur bela diri mereka. Betul-betul pemandangan dan suasana yang indah.”
Bisa pula, penulis melukiskan perbedaan antara dua hal,
- maka mula-mula hal pertama digambarkan secermat-cermatnya,
- kemudian pembahasan dialihkan kepada hal yang kedua dengan menunjukkan segi-segi perbedaan dengan hal yang pertama.
- Dan, dalam membuat perbedaan ini penulis tidak boleh memasukkan detail-detail yang tidak dilihatnya dari tempat dia berada,
- walaupun pengetahuan tentang hal itu lebih banyak daripada yang dapat dilihatnya dari tempat itu.
Penulis dapat pula mencurahkan perhatiannya terhadap suatu suasana tertentu. Suatu suasana merupakan suatu bagian yang penting dari suatu sudut pandangan. Untuk hal ini, kita lihat contoh berikut :
“Pada saat ini, para santri kebanyakan telah bersiap-siap untuk membersihkan diri dengan mandi dan menyelesaikan kebutuhan diri mereka untuk bersiap menghadiri sholat Magrib berjamaah. Yang tersisa, adalah yang masih semangat untuk bermain. Bahkan, masih ada yang bermain bola basket di 'lapangan basket' di area parkir sebelah utara masjid. Lapangan parkir dilapisi susunan 'paving conblock' menghasilkan permukaan yang tidak rata membuat bola basket kadang terpantul tak terkendali. Walau begitu santri-santri tetap semangat bermain, karena inilah satu-satunya hiburan bagi mereka di sela-sela letihnya belajar agama. Ring basket dibuat sendiri oleh para santri. Bersyukur di antara mereka ada yang terampil menggunakan alat pengelasan besi. Sehingga ring basket terlihat kokoh dan stabil.”
Meskipun agak menyimpang dari bagian ini, namun agar kita jangan mempunyai gambaran yang terlalu sempit terhadap sudut pandangan atau 'point of view' (POV) ini, maka penting kiranya diterangkan pula bahwa sudut pandangan juga mempunyai beberapa pengertian yang lain.
Pertama, sudut pandangan juga mencakup persoalan apakah yang sedang dibahas dilihat dari
sudut pandangan orang pertama (saya, aku, kami, kita), atau
sudut pandangan orang kedua (engkau, kamu, saudara), atau
orang ketiga (dia, Fulan atau Fulanah, mereka) atau pula
dengan bentuk tanpa pelaku (tak berorang) dengan imbuhan awalan -di pada kata kerja.
Sudut pandangan ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan pola pengembangan paragraf, akan tetapi lebih kepada konsistensi sudut pandangan pada suatu uraian. Jika penulis menggunakan sudut pandangan orang pertama, maka dalam seluruh tulisannya ia harus tetap menggunakan orang pertama, jangan berpaling menggunakan orang kedua, orang ketiga atau bentuk tanpa pelaku.
Berikut contoh dengan sudut pandangan 'aku' dalam bentuk penggalan suatu narasi kisah nyata:
Malam bagaikan siang. Lampu sorot dari berbagai penjuru menyinari kesibukan. Ada yang bergegas menaiki raksasa besi terapung itu, membawa barang-barang bawaan, koper, buntalan, kardus-kardus terikat tali rafia, oleh-oleh, atau apa saja yang mampu dibawa, dibawa. Kuli-kuli sibuk memanggul, membantu, membawa barang-barang yang dirasa berat bagi penumpang. Adapula yang masih sibuk menawarkan sekedar jasa yang mengandalkan otot itu. Bahkan, ada yang langsung merebut barang-barang yang dibawa. Bukan ingin memiliki atau menjambret, tapi membantu. Membantu, kok maksa. Ya, terpaksa memaksa demi sekepal nasi untuk anak dan isteri yang menunggu cemas di rumah.
Bau amis air asin bercampur bau karat besi badan kapal meruap dari permukaan laut yang beriak-riak tiada henti. Sesekali terdengar suara nyilu berderit-derit dinding besi kapal bergesekan dengan bantalan karet tubir dermaga.
Semua itu tampak olehku dari atas geladak kapal. Aku berdiri gelisah di samping bapakku, yang juga sedang mengamati keramaian di permukaan dermaga pelabuhan Merak, di bawah sana. Ah, hanya begini pemandangannnya. Biaso ajo, kata orang Bengkulu.
Tiba-tiba Bapak menunjuk ke arah bawah seraya memekik lirih, "Lihat!"
Aku pun mengarahkan bola mataku ke arah yang ditunjuk Bapak. Ada apa?
Yang kedua, adalah; sudut pandangan yang mencakup pengertian bagaimana pandangan atau anggapan penulis terhadap subjek yang tengah digarapnya itu.
Semisal,
seorang penulis ingin membuat suatu artikel tentang remaja yang ketagihan narkoba, dengan bermula dari sudut pandangan yang penuh kesedihan dan simpati. Penulis mengungkapkan bahwa terseretnya mereka pada kebiasaan terkutuk tersebut dikarenakan kesalahan orang tua mereka.
Atau bisa pula, membahas hal yang sama akan tetapi bertolak dari sudut pandangan yang penuh permusuhan, kemarahan bahwa perbuatan tersebut hanya merusak moral dan berbahaya bagi negara dan bangsa.
Dengan demikian,
- sudut pandangan tertentu akan membuat penulisnya memilih nada tertentu, kata-kata dan frase tertentu pula.
- Sudut pandangan ini akan membentuk bahan mentah menjadi suatu tulisan dan akan membantu merumuskan maksud penulis
- dan membatasi pokok permasalahan yang akan digarapnya.
Berikut suatu contoh alinea dengan sudut pandangan seorang penulis dengan nada keberpihakan kepada nilai-nilai Islam:
“Alasan lain yang membuat seseorang berpacaran adalah menguji cinta sejati demi mempertahankan rumah tangga di kemudian hari. Namun, alasan ini juga tidak mendasar; karena nyatanya hidup berumah tangga tak cukup hanya bermodal cinta seperti yang diumbar di layar-layar kaca. Hidup berumah tangga membutuhkan kesabaran, ketekunan, dan kekuatan menghadapi berbagai persoalan.”
Sumber: Majalah Tashfiyah EDISI 78 VOL.07 1439H - 2018M
Cara apapun yang dipergunakan untuk memperoleh keutuhan paragraf,
- prinsip kesatuan ide,
- perpaduan (koherensi)
- dan pola perkembangan paragraf yang baik tak boleh dilanggar.
Pelanggaran terhadap prinsip-prinsip ini mengakibatkan terganggunya konsentrasi atas ide sentralnya.
Perkembangan dan Kepaduan antar Paragraf
Semua yang telah dijelaskan di atas bermula dari paragraf sebagai suatu unit. Kesatuan-kesatuan yang kita sebut paragraf ini tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan suatu unsur kecil dalam suatu unit yang lebih besar lagi, entah berupa bab maupun suatu tulisan yang lengkap. Karena paragraf adalah unit yang lebih kecil, maka harus dijaga agar hubungan antar paragraf yang satu dengan paragraf yang lain yang bersama-sama membentuk unit yang lebih besar itu, terjalin dengan baik. Atau dengan kata lain harus terdapat perkembangan dan perpaduan yang baik antara paragraf yang satu dengan paragraf yang lain.Setiap tulisan yang baik,
- akan selalu bermula dari sebuah tesis.
- Tesis itulah yang akan dikembangkan dalam paragraf-paragraf yang mempunyai pertalian yang jelas,
- baik pertalian dalam perkembangan gagasannya
- maupun perpaduan paragraf-paragrafnya.
Karena hubungan yang jelas itulah, pembaca mampu mengikuti uraian itu dengan jelas dan mudah.
Kesulitan pembaca dalam mengikuti uraian biasanya ditimbulkan oleh
- paragraf-paragraf yang menempatkan gagasan pokok pada awal paragraf, sedangkan paragraf itu sendiri terlalu panjang.
- Kalimat-kalimat perincian terlalu banyak,
- sehingga pembaca akan kehilangan konsentrasi pada gagasan pokok,
- dan kehilangan hubungan bila harus mulai dengan paragraf berikutnya.
Di sinilah letak kemampuan penulis bagaimana ia harus memulai paragraf baru, namun perpaduan dengan paragraf sebelumnya, terutama dengan gagasan utamanya dalam paragraf sebelumnya, harus jelas.
Hubungan Kalimat Utama dalam suatu Paragraf dengan Tesis dapat diumpamakan dengan
- patokan-patokan (lanjaran-lanjaran) dari tiap paragraf,
- yang menunjukkan kepada pembaca apa yang akan dibahas,
- bagian mana dari Tesis itu yang akan dikembangkan.
- Patokan atau lanjaran ini sekaligus mempunyai tujuan ganda yaitu;
- menempatkan setiap paragraf sebagai suatu kesatuan sistem struktural dari seluruh tulisan,
- dan menjamin transisi antar paragraf.
Seperti halnya dalam paragraf, maka perpaduan antar paragraf dapat dilakukan dengan cara-cara seperti yang telah digunakan dalam sebuah paragraf, yaitu;
Repetisi Kata-kata Kunci, Kata Ganti dan Kata-kata Transisi.
***
Tugas Latihan
Cobalah membuat paragraf-paragraf dengan perkembangan paragraf:1. Klasifikasi2. Definisi Luas
3. Sudut Pandangan
***
Mau belajar menulis Artikel - Asyik Dibaca via daring (online), ikuti tahapannya, TAP /KETUK > di bawah ini:
Mau Belajar Ilmu Syar'i dengan Menuliskannya, mudah, sedikit demi sedikit, dan saban hari, TAP /KETUK > di bawah ini:
Atau, hanya mau baca postingan-postingan Belajar dan Menulis? Tanpa berdialog, komentar dan ngobrol. Ikuti /follow saja Channelnya TAP /KETUK > di bawah ini:
Gabung dalam percakapan