#05 Gaya Bahasa berdasarkan Langsung Tidaknya Makna
Gaya bahasa berdasarkan makna diukur dari langsung tidaknya makna, yaitu; apakah acuan yang dipakai masih mempertahankan makna denotatifnya atau sudah ada penyimpangan. Bila acuan yang digunakan itu masih mempertahankan makna dasar, maka bahasa itu masih bersifat polos.
Tetapi bila,
sudah ada perubahan makna, entah berupa makna konotatif atau sudah menyimpang jauh dari makna denotatifnya, maka acuan itu dianggap sudah memiliki gaya sebagai yang dimaksudkan di sini.
Gaya bahasa berdasarkan ketidaklangsungan makna ini biasanya disebut sebagai trope atau figure of speech. Istilah trope sebenarnya berarti “pembalikan” atau “penyimpangan”. Kata trope lebih dulu populer sampai dengan abad 18. Karena ekses yang terjadi sebelumnya, trope dianggap sebagai penggunaan bahasa yang indah dan menyesatkan. Sebab itu, pada abad 18 istilah itu mulai diganti dengan figure of speech.
Terlepas dari konotasi kedua istilah itu, kita dapat mempergunakan kedua istilah itu dengan pengertian yang sama, yaitu;
suatu penyimpangan bahasa secara evaluatif atau secara emotif dari bahasa biasa, entah dalam
(1) ejaan,
(2) pembentukan kata,
(3) konstruksi (kalimat, klausa, frasa), atau
(4) aplikasi sebuah istilah, untuk memperoleh kejelasan, penekanan, hiasan, humor, atau sesuatu efek yang lain.
Trope atau figure of speech dengan demikian memiliki bermacam-macam fungsi: menjelaskan, memperkuat, menghidupkan objek mati, menstimulasi asosiasi, menimbulkan gelak ketawa, atau untuk hiasan.
Gaya bahasa yang disebut trope atau figure of speech dalam uraian ini dibagi atas dua kelompok, yaitu:
1. Gaya Bahasa Retoris, yang semata-mata merupakan penyimpangan dari konstruksi biasa untuk mencapai efek tertentu, dan
2. Gaya Bahasa Kiasan yang merupakan penyimpangan yang lebih jauh, khususnya dalam bidang makna.
Coba anda amati kalimat-kalimat seperti:
Satu kilometer terdiri dari 1.000 meterRumah itu terletak 300 meter dari jalan raya.Ia memukul adiknya dengan sebuah tongkat.
Contoh-contoh di atas memperlihatkan bahwa bahasa yang dipergunakan adalah bahasa biasa, yang masih bersifat polos, bahasa yang mengandung unsur-unsur kelangsungan makna, dengan konstruksi-konstruksi yang umum dalam bahasa Indonesia. Arti yang didukungnya tidak lebih dan tidak kurang dari nilai lahirnya. Tidak ada usaha untuk menyembunyikan sesuatu di dalamnya.
5.1. Gaya Bahasa Retoris
Macam-macam gaya bahasa Retoris seperti yang dimaksud di atas adalah:5.1.1. Aliterasi (18)
Aliterasi adalah:semacam gaya bahasa yang berwujud perulangan konsonan yang sama.
Atau
Sejenis gaya bahasa yang memanfaatkan pemakaian kata-kata yang permulaannya sama bunyinya. Biasanya dipergunakan dalam puisi, kadang-kadang dalam prosa, untuk perhiasan atau untuk penekanan.
Misalnya:
Takut titik lalu tumpah.Keras-keras kena air lembut juga.Duga dua dukaDiam di dirikuInilah indahnya impianInsan ingkar ingarAdakah ajal akan aibAndai aku ajak anakSayang sesamaSayang segalaTangan tangguh tadahkan tanggukTangan tangguh tanami tanah tambun
Tugas Latihan
Susunlah gaya bahasa Aliterasi berdasarkan kata-kata kunci yang tertera pada setiap nomor berikut ini.1. Mantap2. Cicit3. Bulan4. Raja5. Padang6. Hidup7. Gerak8. Hampar9. Bintang10. Diam
5.1.2. Asonansi (19)
Asonansi adalah;semacam gaya bahasa yang berwujud perulangan bunyi vokal yang sama. Biasanya dipergunakan dalam puisi, kadang-kadang juga dalam prosa untuk memperoleh efek penekanan atau sekadar keindahan.
Misalnya:
Ini muka penuh luka siapa punya
Muka muda mudah muramTiada siaga tiada biasaJaga harga tahan raga
---
Kura-kura dalam perahu,Sudah gaharu cendana pulapura-pura tidak tahuSudah tahu bertanya pula
---
Lain BangkahuluLain SemarangLain dahuluLain sekarang
---
Pulau Pandan jauh di tengahDi balik pulau Angsa duaHancur badan dikandung tanahBudi baik dikenang jua
Tugas Latihan
Selesaikan pantun berikut ini sehingga merupakan gaya bahasa Asonansi yang utuh.Pisang mas bawa berlayarMasak sebiji di atas peti….………………………………….………………………………
Dari jauh kapallah datangBerlabuh dekat Pulau Pandan….…………………………………….…………………………………
Anak ayam turun sepuluhMati satu tinggal sembilan….………………………………….………………………………
Buah padi di dalam puanAmbil benang di atas meja….…………………………………….…………………………………
Berburu ke padang datarMendapat rusa belang kaki….………………………………….………………………………
Dari mana hendak kemanaDari Jepang ke bandar Cina….…………………………………….…………………………………
Dari Bengkulu ke SemarangArus deras ke Mandalika….………………………………….………………………………
Merpati terbang ke jalanIkan belanak makan karang….…………………………………….…………………………………
Rumput manis di dalam padiOrang berlayar dalam perahu….………………………………….………………………………
Anak beruk di tepi pantaiMasuk ke bendang memakan padi….…………………………………….…………………………………
5.1.3. Anastrof atau Inversi (20)
Anastrof atau inversi adalah;semacam gaya retoris yang diperoleh dengan pembalikan susunan kata yang biasa dalam kalimat.
Inversi tepatnya adalah;
Gaya bahasa yang merupakan perubahan urutan unsur-unsur kostruksi sintaksis. Dengan kata lain perubahan urutan Subjek - Predikat menjadi Predikat - Subjek.
Contoh:
Pergilah ia meninggalkan kami, keheranan kami melihat perangainya.
Bersorak-sorak orang di tepi jalan memukul bermacam-macam bunyi-bunyian melalui gerbang dihiasi bunga dan panji berkibar.
Merantaulah ia ke negeri seberang tanpa meninggalkan apa-apa.
Kupilih warna yang serasi bagi kain sarung adikku.
Kubaca surat itu berulang-ulang, kucoba menangkap makna yang tersirat di dalamnya.
Berjanjilah para pelajar rajin belajar untuk mencapai harapan orang tua mereka.
Datanglah dia, makanlah dia, lalu pulang tanpa ucapan sepatah kata.
Kehausanlah kami beberapa hari terapung-apung di atas pelampung diombang-ambingkan ombak Samudra Hindia.
Tugas Latihan
Selesaikan kalimat-kalimat berikut ini sehingga merupakan gaya bahasa Anastrof atau Inversi yang utuh.1. … karena dapat mengalahkan lawan yang begitu kuat.2. … tiga puluh tahun yang lalu di desa Batikan.3. … menjadi bekalnya kelak dalam menjalankan dakwah.4. … bahwa ia takkan kembali ke kampung halaman sebelum menyelesaikan belajar di pondok pesantren.
5. … dan berangkat ke Madinah untuk melanjutkan belajar di universitas.6. Kupaparkanlah …7. Tergeletaklah …8. Menangislah …9. Kusalami …10. Berdirilah …
5.1.4. Apofasis atau Preterisio (21)
Apofasis atau disebut juga preterisio merupakan;sebuah gaya di mana penulis atau pengarang menegaskan sesuatu, tetapi tampaknya menyangkal. Berpura-pura membiarkan sesuatu berlalu, tetapi sebenarnya ia menekankan hal itu. Berpura-pura melindungi atau menyembunyikan sesuatu, tetapi sebenarnya memamerkannya.
Misalnya:
Jika saya tidak menyadari reputasimu dalam kejujuran, maka sebenarnya saya ingin mengatakan bahwa Anda pasti membiarkan Anda menipu diri sendiri.
Saya tidak mau mengungkapkan dalam forum ini bahwa Saudara telah menggelapkan ratusan juta rupiah uang negara.
Jika tidak karena menjaga nama baik keluarga, maulah aku membiarkan kau terus-menerus berbuat yang dikutuk Allah subhana wa ta’ala.
Kalau saya tidak menghargai nama baik sekolah ini, maka sesungguhnya saya ingin mengatakan bahwa Anda seorang pengkhianat.
Ustadz tak sampai hati mengatakan dalam rapat pengurus pondok pesantren ini bahwa kamu melanggar aturan pondok pesantren.
Tugas Latihan
Selesaikan kalimat-kalimat berikut ini sehingga merupakan gaya bahasa Apofasis atau Preterisio yang utuh.1. Abang tadinya akan tetap menutupi …2. Ayah sebenarnya tidak mau tahu …3. Aku sebenarnya tak sudi mendengar …4. Saya tak tega mengungkapkan …5. Keluarga kita ingin merahasiakan …
6. … bahwa kamu seorang pengkhianat.7. … bahwa ayahmu telah meninggal.8. … bahwa pamanmu seorang lintah darat.9. … bahwa dia sedang dicari polisi.10. … bahwa kamu anak bandel.
5.1.5. Apostrof ( - ), terlarang digunakan!
Apostrof berarti “penghilangan”. Gaya bahasa Apostrof adalah;semacam gaya yang berbentuk pengalihan amanat dari para hadirin kepada sesuatu yang tidak hadir. Cara ini biasanya dipergunakan oleh orator klasik atau para dukun tradisional. Dalam pidato yang disampaikan kepada suatu massa, sang orator secara tiba-tiba mengarahkan pembicaraannya langsung kepada sesuatu yang tidak hadir atau kepada yang gaib: kepada mereka yang sudah meninggal, kepada roh-roh atau kepada barang atau objek khayalan atau sesuatu yang abstrak, sehingga tampaknya ia tidak berbicara kepada para hadirin.
Perhatian!
Oleh sebab itu. gaya bahasa ini terlarang dipergunakan, karena mengandung unsur kesyirikan, bertentangan dengan tauhid kepada Allah subhana wa ta’ala. Hal itu dikhawatirkan berakibat seseorang muslim menjadi kafir, keluar dari agama Islam. Kekal abadi di Neraka selama-lamanya.Hai kamu para dewa yang berada di singgasana kalian, datanglah dan bebaskanlah kami dari belenggu penindasan ini.
Hai kamu semua yang telah menumpahkan darahmu untuk tanah air tercinta ini berilah kami kemerdekaan dalam jiwa seperti yang telah kamu perjuangkan.
Wahai datuk-datuk dan nenek moyang kami yang mendirikan kampung ini, lindungilah cucu-cicitmu dari segala mara bahaya.
Hai mambang, jin dan setan yang berada di gua-gua terkamlah orang-orang yang berhati jahat kepada kami.
5.1.6. Asindeton (22)
Adalah;suatu gaya yang berupa acuan, yang bersifat padat dan mampat di mana beberapa kata, frasa, atau klausa yang sederajat tidak dihubungkan dengan kata sambung.
Bentuk-bentuk itu biasanya dipisahkan saja dengan koma, seperti ucapan terkenal:
Veni, vidi, vici, “saya datang, saya lihat, saya menang”.
Perhatikan pula contoh berikut:
Materi pengalaman diaduk-aduk, modus eksistensi dari cogito ergo sum dicoba, medium bahasa dieksploitir, imaji-imaji, metode, prosedur dijungkir balik, masih itu-itu juga.
Dan kesesakan, kepedihan, kesakitan, seribu derita detik-detik penghabisan orang melepaskan nyawa.
Ayah, ibu, anak, merupakan inti suatu keluarga.
Saya lihat, saya senang, saya tawar, saya beli, saya bawa pulang, saya perlihatkan kepada istri saya.
Tugas Latihan
Selesaikan kalimat-kalimat berikut ini sehingga merupakan gaya bahasa Asindeton yang utuh.1. Ayah saya pernah berkunjung …2. Dia dibenci oleh …3. Paman saya memelihara …4. Di warung kecil itu si Ahmad menjual …5. Selama sakit dia dilarang dokter memakan …
6. … semua akan mati kalau sudah tiba waktunya.7. … dibelinya dengan uang hasil jerih payahnya.8. … dibacanya menjelang ujian akhir semester.9. … sebagai hadiah dan penghargaan atas prestasi yang dicapainya.10. … yang saya harapkan dari kajian ilmiah tersebut.
5.1.7. Polisindeton (23)
Polisendeton adalah;suatu gaya yang merupakan kebalikan dari asindeton. Beberapa kata, frasa, atau klausa yang berurutan dihubungkan satu sama lain dengan kata-kata sambung.
Dan kemanakah burung-burung yang gelisah dan tak berumah dan tak menyerah pada gelap dan dingin yang bakal merontokkan bulu-bulunya?
Polisi menangkap pak Joni beserta istrinya beserta anak-anaknya beserta pembantunya dan membawanya ke penjara.
Saya membeli buku dan majalah dan koran di toko itu.
Kami semua melompat-lompat dan bergembira-ria dan bersalam-salaman dan berpeluk-pelukan setelah diumumkan bahwa sekolah kami juara pertama dalam perlombaan futsal itu.
Tugas Latihan
Selesaikan kalimat-kalimat berikut ini sehingga merupakan gaya bahasa Polisindeton yang utuh.1. Dia disenangi benar oleh …2. Anak itu dianjurkan oleh gurunya …3. Abangnya menanam …4. Seminar itu membahas …5. Mata pelajaran yang diujikan …
6. … untuk pengisi perpustakaan pribadi kami.7. … habis terbakar pada malam itu.8. … dijual dengan harga murah pada pameran itu.9. … di kebun nenek di kampung Lubuk Linggau.10. ... sebagai penghargaan kepada Pak Umar yang telah bertugas selama 30 tahun .
5.1.8. Kiasmus (24)
Kiasmus (chiasmus) adalah semacam;acuan atau gaya bahasa yang terdiri dari dua bagian, baik frasa atau klausa, yang sifatnya berimbang, dan dipertentangkan satu sama lain, tetapi susunan frasa atau klausanya itu terbalik bila dibandingkan dengan frasa atau klausa lainnya.
Atau
Gaya bahasa yang berisi perulangan dan sekaligus pula merupakan inversi (membalik susunan kata) hubungan antara dua kata dalam satu kalimat.
Semua kesabaran kami sudah hilang, lenyap sudah ketekunan kami untuk melanjutkan usaha itu.
Yang kaya merasa dirinya miskin, sedangkan yang miskin justru merasa dirinya kaya.
Sudah lazim dalam hidup ini bahwa orang pintar mengaku bodoh, tetapi orang bodoh merasa dirinya pintar.
Selayaknyalah orang tua jangan menganggap dirinya muda, dan orang muda jangan menganggap dirinya tua.
Tak usah heran bila orang tampan merasa jelek, sedangkan orang jelek merasa tampan.
Jangan kamu putar-balikkan yang benar menjadi salah, dan yang salah menjadi benar.
Dia tak hanya menyalahkan yang benar, tetapi juga membenarkan yang salah.
Tugas Latihan
Susunlah gaya bahasa Kiasmus berdasarkan kata-kata kunci yang terdapat pada setiap nomor berikut ini.1. banyak, sedikit2. pernuh, kosong3. datang, pergi4. membaca, menulis5. jujur, bohong
6. kuat, lemah7. besar, kecil8. menang, kalah9. bersih, kotor10. lambat, cepat
5.1.9. Elipsis (25)
Elipsis adalahsuatu gaya yang berwujud menghilangkan suatu unsur kalimat yang dengan mudah dapat diisi atau ditafsirkan sendiri oleh pembaca atau pendengar, sehingga struktur gramatikal atau kalimatnya memenuhi pola yang berlaku.
Atau
Gaya bahasa yang di dalamnya dilakukan penanggalan atau penghilangan kata atau kata-kata yang memenuhi bentuk kalimat berdasarkan tata bahasanya.
Atau
Penghilangan salah satu atau beberapa unsur penting dalam konstruksi sintaksis yang lengkap.
Contoh:
- Masihkah kau tidak percaya bahwa dari segi fisik engkau tak apa-apa, badanmu sehat; tetapi psikis .…
- Mereka ke Jogja pekan yang lalu. (penghilangan predikat: pergi, berangkat).
- Perginya membawa banyak barang serta perabot rumah tangga. (penghilangan subjek: mereka, dia ,saya, kami, dan sebagainya).
- Orang itu memukul dengan sekuat tenaga. (penghilangan objek, seperti: saya, istrinya, ular, dan lain-lain).
- Tadi sore. (penghilangan subjek, predikat, dan objek sekaligus).
- Paman saya besok pagi. (penghilangan predikat).
- Menulis hari ini. (penghilangan subjek).
- Dia akan berangkat besok dini hari. (penghilangan keterangan tempat tujuan).
- Ke Semarang. (penghilangan subjek, predikat, objek sekaligus).
Bila bagian yang dihilangkan itu berada di tengah-tengah kalimat disebut Anakoluton,
misalnya:
- Jika Anda gagal melaksanakan tugasmu ..... tetapi baiklah kita tidak membicarakan hal itu.
Bila pemutusan di tengah-tengah kalimat itu dimaksudkan untuk menyatakan secara tak langsung suatu peringatan atau karena suatu emosi yang kuat, maka disebut Aposioesis.
5.1.10. Eufemismus (26)
Kata eufemisme atau eufemismus diturunkan dari kata euphemizein yang berarti “mempergunakan kata-kata dengan arti yang baik atau dengan tujuan yang baik”. Sebagai gaya bahasa, eufemisme adalah semacam acuan berupa ungkapan-ungkapan yang tidak menyinggung perasaan orang, atau ungkapan-ungkapan yang halus untuk menggantikan acuan-acuan yang dirasakan menghina, menyinggung perasaan atau mensugestikan sesuatu yang tidak menyenangkan.Ayahnya sudah tak ada di tengah-tengah mereka (=mati)
Pikiran sehatnya semakin merosot saja akhir-akhir ini (=gila)
Anak saudara memang tidak terlalu cepat mengikuti pelajaran seperti anak-anak lainnya. (=bodoh).
5.1.11. Litotes (27)
Adalah semacam gaya bahasa yang dipakai untuk menyatakan sesuatu dengan tujuan merendahkan diri. Sesuatu hal dinyatakan kurang dari keadaan sebenarnya. Atau suatu pikiran dinyatakan dengan menyangkal lawan katanya.Kedudukan saya ini tidak ada artinya sama sekali.
Saya tidak akan merasa bahagia bila mendapat warisan satu milyar rupiah.
Apa yang kami hadiahkan ini sebenarnya tidak ada artinya sama sekali bagimu.
Rumah yang buruk inilah yang merupakan hasil usaha kami bertahun-tahun lamanya.
5.1.12. Histeron Proteron (28)
Adalah semacam bahasa yang merupakan kebalikan dari sesuatu yang logis atau kebalikan dari sesuatu yang wajar, misalnya menempatkan sesuatu yang terjadi kemudian pada awal peristiwa. Juga disebut hiperbaton.- Saudara-saudara sudah lama terbukti bahwa Anda sekalian tidak lebih baik sedikitpun dari pada pesuruh, hal itu tampak dari anggapan yang berkembang akhir-akhir ini.
- Jendela ini telah memberi sebuah kamar padamu untuk dapat berteduh dengan tenang.
- Kereta melaju dengan cepat di depan kuda yang menariknya.
- Bila ia sudah berhasil mendaki karang terjal itu, sampailah ia di tepi pantai yang luas dengan pasirnya yang putih.
5.1.13. Pleonasme dan Tautologi (29)
Pada dasarnya pleonasme dan tautologi adalah acuan yang mempergunakan kata-kata lebih banyak daripada yang diperlukan untuk menyatakan satu pikiran atau gagasan. Walaupun secara praktis kedua istilah itu disamakan saja, namun ada yang ingin membedakan keduanya. Suatu acuan disebut pleonasme bila kata yang berlebihan itu dihilangkan, artinya tetap utuh. Sebaliknya, acuan itu disebut tautologi kalau kata yang berlebihan itu sebenarnya mengandung perulangan dari sebuah kata yang lain. Misalnya:Saya telah mendengar hal itu dengan telinga saya sendiri.
Saya telah melihat kejadian itu dengan mata kepala saya sendiri.
Darah yang merah itu melumuri seluruh tubuhnya.
Ungkapan di atas adalah pleonasme karena semua acuan itu tetap utuh dengan makna yang sama, walaupun dihilangkan kata-kata: dengan telinga saya, dengan mata kepala saya, dan yang merah itu.
Ia tiba jam 20.00 malam waktu setempat.
Globe itu bundar bentuknya.
Acuan di atas disebut tautologi karena kata berlebihan itu sebenarnya mengulang kembali gagasan yang sudah disebut sebelumnya, yaitu malam sudah tercakup dalam jam 20.00, dan bundar sudah tercakup dalam globe.
5.1.14. Perifrasis (30)
Sebenarnya perifrasis adalah gaya yang mirip dengan pleonasme, yaitu mempergunakan kata lebih banyak dari yang diperlukan. Perbedaannya terletak dalam hal bahwa kata-kata yang berlebihan itu sebenarnya dapat diganti dengan satu kata saja. Misalnya:Ia telah beristirahat dengan damai (= mati, atau meninggal).
Jawaban bagi permintaan Saudara adalah tidak (=ditolak).
Perifrasis atau perifrase hendaknya dibedakan dengan Parafrase. Parafrase adalah suatu pengungkapan kembali sebuah teks, suatu tulisan atau suatu karya, dalam bentuk lain dengan mempertahankan urutan idenya; biasanya dalam bentuk yang lebih singkat.
5.1.15. Prolepsis atau Antisipasi (31)
Prolepsis atau antisipasi adalah semacam gaya bahasa di mana orang mempergunakan lebih dahulu kata-kata atau sebuah kata sebelum peristiwa atau gagasan yang sebenarnya terjadi. Misalnya dalam mendeskripsikan peristiwa kecelakaan dengan pesawat terbang, sebelum sampai kepada peristiwa kecelakaan itu sendiri, penulis sudah mempergunakan kata pesawat malang itu. Padahal kemalangan baru terjadi kemudian. Perhatikan pula kalimat-kalimat berikut yang mengandung gaya prolepsis atau antisipasi itu:Pardi yang malang pada waktu itu menyatakan bahwa ia tidak mengenal orang itu.
Kedua orang itu bersama calon pembunuhnya segera meninggalkan tempat itu.
Pada pagi yang naas itu, ia mengendarai sebuah sedan biru.
5.1.16. Erotesis atau Pertanyaan Retoris (32)
Erotesis atau pertanyaan retoris adalah semacam pertanyaan yang dipergunakan dalam pidato atau tulisan dengan tujuan untuk mencapai efek yang lebih mendalam dan penekanan yang wajar, dan sama sekali tidak menghendaki adanya suatu jawaban. Gaya ini biasanya dipergunakan sebagai salah satu alat yang efektif oleh para orator. Dalam pertanyaan retoris terdapat asumsi bahwa hanya ada satu jawaban yang mungkin.- Terlalu banyak komisi dan perantara yang masing-masing menghendaki pula imbalan jasa. Herankah Saudara kalau harga- harga itu terlalu tinggi?
- Apakah saya menjadi wali kakak saya?
- Rakyatkah yang harus menanggung akibat semua kejahatan mafia di negara ini?
5.1.17. Silepsis dan Zeugma (33)
Silepsis dan Zeugma adalah gaya di mana orang mempergunakan dua konstruksi rapatan dengan menghubungkan sebuah kata dengan dua kata lain yang sebenarnya hanya salah satunya mempunyai hubungan dengan kata pertama.Dalam silepsis, konstruksi yang dipergunakan itu secara gramatikal benar, tetapi secara semantik tidak benar.
Ia sudah kehilangan topi dan semangatnya.
Fungsi dan sikap bahasa.
Konstruksi yang lengkap adalah kehilangan topi dan kehilangan semangat, yang satu memiliki makna denotasional, yang lain memiliki makna kiasan; demikian juga ada konstruksi fungsi bahasa dan sikap bahasa namun makna gramatikalnya berbeda, yang satu berarti “fungsi dari bahasa” dan yang lain “sikap terhadap bahasa”.
Dalam zeugma kata yang dipakai untuk membawahi kedua kata berikutnya, sebenarnya hanya cocok untuk salah satu daripadanya (baik secara logis maupun secara gramatikal). Misalnya:
Dengan membelalakkan mata dan telinganya, ia mengusir orang itu.
Ia menundukkan kepala dan badannya untuk memberi hormat kepada kami.
5.1.18. Koreksio atau Epanortosis (34)
Koreksio atau epanortosis adalah suatu gaya yang berwujud, mula-mula menegaskan sesuatu, tetapi kemudian memperbaikinya.Sudah empat kali saya mengunjungi daerah itu, ah bukan, sudah lima kali.
5.1.19. Hiperbol (35)
Adalah semacam gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan yang berlebihan, dengan membesar-besarkan sesuatu hal.Kemarahanku sudah menjadi-jadi hingga hampir-hampir meledak aku.
Jika kau terlambat sedikit saja, pasti kau tidak akan diterima lagi.
Prajurit itu masih tetap berjuang dan sama sekali tidak tahu bahwa ia sudah mati.
5.1.20. Paradoks (36)
Paradoks adalah semacam gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang nyata dengan fakta-fakta yang ada. Paradoks dapat juga berarti semua hal yang menarik perhatian karena kebenarannya.Musuh sering merupakan kawan yang akrab.
Ia mati kelaparan di tengah-tengah kekayaannya yang berlimpah-limpah.
5.1.21. Oksimoron (37)
Oksimoron (okys= tajam, moros= gila, tolol) adalah suatu acuan yang berusaha untuk menggabungkan kata-kata untuk mencapai efek yang bertentangan. Atau dapat juga dikatakan, oksimoron adalah gaya bahasa yang mengandung pertentangan dengan mempergunakan kata-kata yang berlawanan dalam frasa yang sama, dan sebab itu sifatnya lebih padat dan tajam dari paradoks.Keramah-tamahan yang bengis.
Untuk menjadi manis seseorang harus menjadi kasar.
Itu sudah menjadi rahasia umum.
Dengan membisu seribu kata, mereka sebenarnya berteriak- teriak agar diperlakukan dengan adil.
***
Tugas Latihan
Dalam Gaya Bahasa berdasarkan Langsung Tidaknya Makna pada jenis Gaya Bahasa Retoris ada 23 Gaya Bahasa di antaranya:Aliterasi, Asonansi, Anastrof,
Apofasis atau Preterisio, Apostrof, Asindeton,
Polisindeton, Kiasmus, Elipsis, Eufemismus,
Litotes, Histeron Proteron, Pleonasme,
Tautologi, Perifrasis, Prolepsis atau Antisipasi,
Erotesis atau Pertanyaan Retoris, Silepsis, Zeugma,
Koreksio atau Epanortosis, Hiperbol, Paradoks
dan Oksimoron.
Buatlah suatu kalimat untuk gaya bahasa tersebut! Pilihlah dari semuanya hanya 10 Gaya Bahasa saja! Lihatlah contoh-contohnya pada materi di atas, lalu buat yang semisalnya untuk mempermudah kalian membuatnya.





Gabung dalam percakapan