Paragraf Refleksi - Dari Hati Kita Menulis
Awal aku menulis, aku selalu curahkan isi hatiku. Menulis di aplikasi note, tersimpan daring. Hal ini, membuat ada rasa hati, entah apa aku tak tahu. Yang jelas hati terasa lebih segar.
Kemudian berjalannya waktu, teknologi informasi berkembang, lahirlah AI (Artificial Intelegence) yakni Kecerdasan Buatan. Aku takjub karena AI juga bisa menulis layaknya aku. Gaya bahasanya pun sulit membedakannya dengan tulisan manusia.
Akhirnya, setiap aku ingin menulis, aku hanya tulis maksud tulisanku, lalu aku minta tolong AI untuk menuliskannya. Lalu aku edit-edit sedikit sesuai seleraku. Hanya hitungan menit, bahkan detik, selesai, beres.
Namun, ada yang janggal.
Ketika aku baca lagi tulisan-tulisan hasil bantuan AI, terutama yang berbentuk cerita nyata seperti tidak ada kesan apa-apa, hambar.
Tetapi, tulisan yang awal dahulu aku buat, ketika aku baca kembali, terasa ada sesuatu di dalam hati, dan terkadang ada getaran yang mengalir ke arah mata. Mata menghangat.
Aku baru sadar, bahwa tulisan yang keluar dari hati kita, apalagi keluar dari ceruk hati terdalam, sejatinya mempunyai goresan yang begitu kuat. Dan itulah dia terapi hati itu.
Maka, sejak itu aku kembali memulai dari tulisanku, membalik pola, kembali ke awal. Setelah itu aku setor ke AI, dan AI mengkoreksi dari struktur, terkadang menambahkannya dengan kosa kata yang lebih beragam.
Menulis itu Terapi Hati, dari Hati pula kita Menulis.
Gabung dalam percakapan