#24 Mengaktifkan Kosa Kata
4. Mengaktifkan Kosa Kata
4.1. Kata Aktif dan Pasif
Kosa kata seseorang adalah;keseluruhan kata yang berada dalam ingatan seseorang, yang segera akan menimbulkan reaksi bila didengar atau dibaca.
Reaksi bahasa adalah mengenal bentuk bahasa itu dengan segala konsekuensinya, yaitu
memahami maknanya, melakukan tindakan-tindakan sesuai dengan amanat kata itu.
Ada kata yang lebih cepat menimbulkan reaksi, ada yang lebih lambat sesuai dengan tingkat keintiman ingatan dan reaksi terhadap kosa kata tersebut.
- Ada kata yang jarang dipergunakan,
- ada yang sering dipergunakan,
- malahan ada kata yang tidak pernah dipergunakan.
Tetapi semua kata itu dikenal dan diketahui oleh orang tadi. Hal ini menimbulkan pengertian baru dalam bahasa:
- penguasaan bahasa secara aktif dan
- penguasaan bahasa secara pasif.
Penguasaan bahasa secara aktif atau pasif itu diukur berdasarkan kata-kata aktif dan kata-kata pasif yang dimiliki seseorang.
Yang dimaksud dengan kata-kata aktif adalah;
kata-kata yang sering dipergunakan seseorang dalam berbicara atau menulis. Kata-kata itu seolah-olah terlontar keluar tanpa dipikir panjang untuk merangkaikan gagasan-gagasan yang dipikirkan pembicara atau penulis.
Sebaliknya kata-kata pasif adalah;
kata yang dapat dikatakan hampir tidak dapat digunakan oleh seseorang, tetapi akan menimbulkan reaksi-bahasa bila didengar atau dibaca oleh orang tadi.
Antara kedua ekstrim tadi terdapat kata-kata yang boleh dikatakan bersifat setengah aktif dan setengah pasif. Artinya,
ia bisa mempergunakannya, namun harus dipikirkannya setengah mati dengan penuh kesulitan. Peristiwa ini sering kita alami bila kita harus mempergunakan sebuah bahasa asing yang belum kita kuasai betul.
Betapa mudahnya bagi kita untuk memahami orang-orang lain yang berbicara dalam bahasa asing itu, atau memahami sebuah artikel yang ditulis dalam bahasa asing tadi.
Namun betapa sulitnya bagi kita, bila kita harus mengutarakan pikiran kita dalam bahasa yang sama. Gejala inilah yang dinamakan penguasaan bahasa pasif, artinya dapat memahami tetapi tidak mampu membuat orang lain memahami kita.
Sebab itu persoalan kata-kata aktif, atau lebih jauh persoalan mengaktifkan kosa kata seseorang adalah proses yang diperlukan untuk mengubah keadaan yang pasif dalam penguasaan kata menjadi kata-kata yang bisa dipergunakan sehari-hari dalam pergaulan. Suatu usaha mengubah kemampuan atas kata-kata, sehingga kata-kata seseorang dengan cepat dan lancar terlontar keluar dari mulut pembicara.
4.2. Cara Mengaktifkan Kosa Kata
Cara mengaktifkan kosa kata dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu: pertama, di luar kemauan seseorang, dan kedua, dengan kemauan seseorang.
4.2.1. Di luar Kemauan Seseorang
Proses yang terjadi di luar kemauan seseorang terjadi bila orang itu
Proses yang terjadi di luar kemauan seseorang terjadi bila orang itu
terus-menerus mendengar atau membaca sebuah kata yang baru.
Proses ini biasanya terjadi di dalam dunia pendidikan,
bila guru-guru atau pengajar-pengajar secara terus-menerus mempergunakan istilah-istilah atau kata-kata yang baru di dalam pelajarannya. Terutama dalam menerangkan pokok-pokok yang baru, biasanya sebuah istilah akan dipergunakan berulang-kali sehingga kata itu akhirnya menjadi hidup dan aktif dalam ingatan para pelajar, dan malahan akan dipergunakan secara aktif oleh pelajar-pelajar tersebut.
Di luar dunia pendidikan,
proses pengaktifan kosa kata dapat juga dilakukan di luar kemauan seseorang. Seseorang yang secara terus-menerus membaca atau mendengar sebuah kata atau istilah dalam majalah atau buku-buku, radio, pidato-pidato ceramah, dan khutbah akan mudah mengingat kata-kata itu. Maknanya dicoba diturunkan dari konteksnya, sehingga dengan membaca atau mendengar secara terus menerus tadi, kata itu menjadi hidup dan dapat digunakannya dengan cepat dan lancar.
4.2.2. Dengan Kemauan Seseorang
Sebaliknya proses yang disengaja adalah;
bila seseorang dengan sadar ingin menggunakan suatu kata yang baru secara terus-menerus, entah dengan latihan-latihan atau karena bidang geraknya menghendaki ia harus mempergunakan istilah itu.
Beberapa metode dapat dikembangkan melalui cara yang kedua ini;
a. Lebih Sering Mempergunakan Kata Tertentu
Cara yang pertama mengaktifkan kosa kata dengan kemauan seseorang adalah
dengan sengaja lebih sering mempergunakan sebuah bentuk yang baru didengar atau dibaca.
Sesudah mendapat kepastian tentang makna, lingkungan kalimat (konteks) dan kemungkinan-kemungkinan bentuk yang dapat diambil sebuah kata, harus diusahakan agar kata itu;
sering dipergunakan baik dalam tutur
maupun dalam tulisan-tulisan.
Pada waktu memeriksa kembali atau merevisi sebuah tulisan,
penulis harus berani menggantikan kata-kata yang dianggapnya kurang tepat dengan kata-kata yang lebih tepat, khususnya kata-kata yang baru dijumpainya itu.
Kata-kata yang terlalu umum atau terlalu kabur pengertiannya diusahakan diganti dengan kata-kata yang khusus. Atau carilah kata-kata lain yang lebih tepat untuk mewakili gagasan itu. Mungkin sebuah kalimat kurang jelas karena pilihan katanya kurang tepat. Carilah kata yang dimaksud.
Atau untuk menerapkan metode ini ialah,
pertama-tama mencatat semua kata yang dikenal baik tetapi tidak pernah digunakan. Dengan daftar kata-kata tersebut
carilah kesempatan yang khas untuk mempergunakan kata-kata tersebut dalam wacana tulisan yang akan disampaikan.
Munculnya sebuah kata dalam sebuah konteks kalimat haruslah merupakan suatu peristiwa yang khas. Peristiwa yang khas di sini sama pengertiannya dengan kesempatan sebagai yang telah disinggung di atas.
Kesempatan atau peristiwa yang khas ini haruslah diartikan bahwa;
- pemakaian kata baru itu tidak boleh dibuat-buat,
- tidak boleh dipaksakan.
Kata-kata yang agak intelektual misalnya:
data, fakta, argumentasi, generasi, konsepsional, dan sebagainya akan tepat bila dipakai dalam sebuah tulisan yang resmi atau bersifat ilmiah;
tetapi akan sangat tidak tepat bila digunakan dalam sebuah kesempatan berbincang-bincang dengan penduduk desa di kaki gunung Jayawijaya, Papua dalam suatu kunjungan pribadi.
Betapapun mentereng kata itu, tidak akan efektif kalau digunakan dalam kesempatan yang tidak cocok. Memperbesar kosa kata bukan sekadar memiliki kata-kata itu dan mempergunakannya sesuka hati, tetapi;
menguasai kata-kata itu dan mempergunakannya secara tepat untuk mewakili gagasan-gagasan dalam kesempatan dan konteks yang cocok.
b. Mempertajam Pengertian Kata
Cara yang kedua dalam usaha memperbesar jumlah kata yang aktif adalah;
mempertajam pengertian kata-kata tertentu, dengan membeda-bedakan nuansa arti yang didukungnya masing-masing, misalnya:
- penelitian, pengamatan, penyidikan,
- sesuai, cocok, sepadan, harmonis, patut, selaras, seimbang, serasi;
- puas, senang, lega, betah;
- sesak, sempit, penuh, sendat, senak;
- setuju, sepakat, akur, sependapat, cocok, sesuai, berkenan, suka;
- formasi, susunan, kelompok, tumpukan, onggokan;
- gejala, indikasi, tanda-tanda, pertanda, petunjuk, ciri-ciri, gelagat, isyarat, lambang.
Demikianlah daftar semacam di atas bisa diperbanyak dengan sasaran untuk mengetahui lebih cermat perbedaan makna dan nilai rasa yang didukung masing-masing kata.
Kesanggupan untuk membedakan nuansa arti dan nilai rasa yang dikandung oleh kata-kata tersebut, memungkinkan kita untuk menempatkan kata-kata itu dalam konteks yang tepat dan sesuai. Alat yang dipergunakan untuk menerapkan metode ini adalah mempergunakan;
Kamus Sinonim atau Tesaurus dan dengan bantuan sebuah Kamus Umum.
Metode ini bukan saja membuat kita lebih sadar akan nuansa arti kata-kata itu, tetapi juga pada saat yang sama membantu kita menggerakkannya sebagai kata-kata aktif. Bila tadinya untuk semua pengertian kita hanya mempergunakan sebuah kata, maka melalui metode ini kita bisa melontarkan secara leluasa kata-kata lainnya dalam konteks yang sesuai.
c. Menertibkan Pemakaian Kata Yang Khas
Metode yang ketiga adalah;
menertibkan diri sendiri untuk mencari kata-kata yang khas, bila menulis atau membicarakan sesuatu yang khusus.
Usaha untuk menemukan kata-kata yang khas ini memaksa kita untuk menemukan kata-kata yang bersinonim dari kosa kata kita, lalu menetapkan kata mana yang paling cocok untuk peristiwa atau persoalan yang khas tadi. Misalnya;
ada seorang anggota polisi ingin menulis suatu artikel mengenai kejahatan. Ia ingin mengemukakan hasil penyelidikannya mengenai kriminalitas dan pelaku-pelaku kejahatan. Dalam hal ini ia harus menampilkan semua istilah tentang penyelidikan: penyelidikan, pengamatan, penelitian, pengusutan, penilikan, pemeriksaan, penelaahan, penyidikan; ia harus bertanya, kata mana yang paling cocok di antara semua kata itu, untuk menyatakan peristiwa yang diuraikannya itu? Mungkin kata penyidikan yang dianggapnya paling cocok, tetapi dapat pula kata pengusutan lebih kena, dan seterusnya.
Dengan memilih salah satu kata yang mirip artinya itu, ia sebenarnya sudah mengaktifkan kata tadi, yaitu menertibkan dirinya mempergunakan kata-kata dengan pengertian-pengertian yang khas.
Seperti halnya dengan metode yang kedua, maka metode yang terakhir ini akan sangat dibantu oleh sebuah Tesaurus. Para pengarang sangat memerlukan buku ini agar kata-katanya lebih bervariasi, begitu juga agar lebih teliti ia memilih istilah yang akan dipergunakannya. Tesaurus memungkinkan seseorang untuk memperkaya dan memperbesar jumlah kata-kata yang aktif. Dalam beberapa hal tertentu Kamus Umum masih dapat menolong.
Pengarang yang produktif pun akan kehilangan vitalitas dan akan menyebabkan kebosanan dan monotoni, kalau ia hanya mempergunakan kata-kata yang tidak bisa memancarkan sesuatu yang khas. Sebab itu,
jangan pernah puas dengan sebuah kata yang mungkin terlalu umum sifatnya.
Semua kesempatan harus dipergunakan sebaik-baiknya untuk menambah sebuah kata yang baru dalam perbendaharaan kata yang aktif. Kesempatan yang mana saja, baik waktu berbicara maupun waktu menulis.
***
Tugas Latihan
Pilihlah kata yang paling tepat untuk mengisi titik-titik di bawah ini!adaptasi, observasi, partisipatif, identitas, berorientasi, mentalitas.
1. Suatu kebudayaan nasional dapat memberi ................…….kepada warga negaranya, kalau kebudayaan itu bersifat khas dan dapat dibanggakan.2. Dalam masyarakat Indonesia yang tradisional, rupanya ada pula konsep adat yang berfungsi sebagai pengekang dari .............................. mencari jalan yang paling gampang.3. Adat sopan santun pegawai di seluruh Indonesia amat .............................. ke arah atasan.4. Teknologi asing itu tidak bisa begitu saja kita pakai, tetapi memerlukan suatu .............................. yang saksama.5. Metode penelitian yang disebut .............................. adalah metode di mana peneliti terjun langsung ke dalam kehidupan sehari-hari masyarakat yang ditelitinya.





Gabung dalam percakapan