#25 Pendayagunaan Kata dan Ketepatan Pilihan Kata
1. Ketepatan Pilihan Kata
Persoalan pendayagunaan kata pada dasarnya berkisar pada dua persoalan pokok, yaitu; pertama, ketepatan memilih kata untuk mengungkapkan sebuah gagasan, hal atau barang yang akan diamanatkan, dan
kedua, kesesuaian atau kecocokan pada suasana dalam mempergunakan kata tadi.
Ketepatan pilihan kata;
mempersoalkan kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembicara.
Sebab itu, persoalan ketepatan pilihan kata akan menyangkut pula masalah;
- makna kata dan
- kosa kata seseorang.
Kosa kata yang kaya-raya akan memungkinkan penulis atau pembicara lebih bebas memilih-milih kata yang dianggapnya paling tepat mewakili pikirannya.
Ketepatan makna kata menuntut pula kesadaran penulis atau pembicara untuk mengetahui bagaimana hubungan antara bentuk bahasa (kata) dengan referensinya.
Apakah bentuk yang dipilih sudah cukup lengkap untuk mendukung maksud penulis, atau apakah masih diperlukan penjelasan-penjelasan tambahan?
Demikian pula masalah makna kata yang tepat meminta pula perhatian penulis atau pembicara untuk tetap mengikuti perkembangan makna tiap kata dari waktu ke waktu, karena makna tiap kata dapat mengalami pula perkembangan, sejalan dengan perkembangan waktu.
Bila kita mendengar seorang menyebut kata roti, maka tidak ada seorangpun yang tidak berpikir tentang sesuatu barang yang terdiri dari unsur-unsur tepung, air, ragi, dan mentega, yang telah dipanggang. Semua orang berpikir kepada esensinya yang baru, yaitu sejenis makanan, entah itu disebut: roti, bread, brot, brood, pain, panis, atau apa saja istilahnya. Bunyi yang kita dengar atau bentuk (rangkaian huruf) yang kita baca akan langsung mengarahkan perhatian kita kepada jenis makanan itu.
Itulah sebabnya dapat dikatakan, bahwa;
kata adalah sebuah rangkaian bunyi atau simbol tertulis yang menyebabkan orang berpikir tentang sesuatu hal: dan makna sebuah kata pada dasarnya diperoleh karena persetujuan informal (konvensi) antara sekelompok orang untuk menyatakan hal atau barang tertentu melalui rangkaian bunyi tertentu.
Atau dengan kata lain,
arti kata adalah persetujuan atau konvensi umum tentang interrelasi antara sebuah kata dengan referensinya (barang atau hal yang diwakilinya).
2. Persyaratan Ketepatan Diksi
Karena ketepatan adalah kemampuan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan yang sama pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembicara, maka,setiap penulis atau pembicara harus berusaha secermat mungkin memilih kata-katanya untuk mencapai maksud tersebut. Bahwa kata yang dipakai sudah tepat akan tampak dari reaksi selanjutnya, baik berupa aksi verbal maupun berupa aksi non-verbal dari pembaca atau pendengar. Ketepatan tidak akan menimbulkan salah paham.
Beberapa butir perhatian dan persoalan berikut hendaknya diperhatikan setiap orang agar bisa mencapai ketepatan pilihan katanya itu.
1. Membedakan secara cermat denotasi dari konotasi. Dari dua kata yang mempunyai makna yang mirip satu sama lain ia harus menetapkan mana yang akan dipergunakannya untuk mencapai maksudnya.
- Kalau hanya pengertian dasar yang diinginkannya, ia harus memilih kata yang denotatif;
- kalau ia menghendaki reaksi emosional tertentu, ia harus memilih kata konotatif sesuai dengan sasaran yang akan dicapainya itu.
2. Membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim. Seperti telah diuraikan di atas, kata-kata yang bersinonim tidak selalu memiliki distribusi yang saling melengkapi. Sebab itu, penulis atau pembicara harus berhati-hati memilih kata dari sekian sinonim yang ada untuk menyampaikan apa yang diinginkannya, sehingga tidak timbul interpretasi yang berlainan.
3. Membedakan kata-kata yang mirip dalam ejaannya. Bila penulis sendiri tidak mampu membedakan kata-kata yang mirip ejaannya itu, maka akan membawa akibat yang tidak diinginkan, yaitu salah paham. Kata-kata yang mirip dalam tulisannya itu misalnya: bahwa-bawah-bawa, interferensi-inferensi, karton-kartun, preposisi-proposisi, korporasi-koperasi, dan sebagainya.
4. Hindarilah kata-kata ciptaan sendiri. Bahasa selalu tumbuh dan berkembang sesuai dengan perkembangan dalam masyarakat. Perkembangan bahasa pertama-tama tampak dari pertambahan jumlah kata baru.
- Namun hal itu tidak berarti bahwa setiap orang boleh menciptakan kata baru seenaknya.
- Kata baru biasanya muncul untuk pertama kali karena dipakai oleh orang-orang terkenal atau pengarang terkenal.
- Bila anggota masyarakat lainnya menerima kata itu, maka kata itu lama-kelamaan akan menjadi milik masyarakat.
- Neologisme (istilah, kata, atau frasa yang relatif baru dan jarang dipakai yang mungkin sedang dalam proses memasuki penggunaan umum, tetapi belum sepenuhnya diterima ke dalam bahasa umum) atau kata baru atau penggunaan sebuah kata lama dengan makna dan fungsi yang baru termasuk dalam kelompok ini.
5. Waspadalah terhadap penggunaan akhiran asing, terutama kata-kata asing yang mengandung akhiran asing tersebut. Perhatian penggunaan: favorable-favorit, idiom-idiomatik, progres-progresif, kultur-kultural, dan sebagainya.
6. Kata kerja yang menggunakan kata depan harus digunakan secara idiomatis:
- ingat akan bukan ingat terhadap;
- berharap, berharap akan, mengharapkan bukan mengharap akan;
- berbahaya, berbahaya bagi, membahayakan sesuatu bukan membahayakan bagi sesuatu;
- takut akan, bukan menakuti sesuatu (lokatif).
7. Untuk menjamin ketepatan diksi, penulis atau pembicara harus membedakan kata umum dan kata khusus. Kata khusus lebih tepat menggambarkan sesuatu daripada kata umum.
8. Mempergunakan kata-kata indra yang menunjukkan persepsi yang khusus.
9. Memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah dikenal.
10. Memperhatikan kelangsungan pilihan kata.
Semua butir yang dikemukakan di atas sudah dibicarakan, kecuali butir (7), (8), (9), dan (10). Sebab itu, dalam bagian-bagian berikut ini akan dibicarakan keempat masalah terakhir.
3. Kata Umum dan Kata Khusus
Pada umumnya, untuk mencapai ketepatan pengertian lebih baik memilih kata khusus dari pada kata umum. Kata umum yang dipertentangkan dengan kata khusus harus dibedakan dari kata denotatif dan konotatif.- Kata konotatif dibedakan berdasarkan maknanya, yaitu apakah ada makna tambahan atau nilai rasa yang ada pada sebuah kata.
- Kata umum dan kata khusus dibedakan berdasarkan luas tidaknya cakupan makna yang dikandungnya.
- Bila sebuah kata mengacu kepada suatu hal atau kelompok yang luas bidang lingkupnya maka kata itu disebut kata umum.
- Bila ia mengacu kepada pengarahan-pengarahan yang khusus dan kongkret maka kata-kata itu disebut kata khusus.
Karena kata yang khusus memperlihatkan pertalian yang khusus atau kepada objek yang khusus, maka kesesuaian akan lebih tepat diperoleh antara pembaca dan penulis.
Misalnya kalau seorang mengatakan,
“Si Cygnus, angsa Tomi, menggigit adik saya”, maka kata si Cygnus tidak akan menimbulkan salah interpretasi antara pembicara dan pendengar. Karena si Cygnus mengacu kepada objek yang khusus, yaitu angsa Tomi yang bernama si Cygnus.
Tetapi kalau kalimat itu berturut-turut kita gantikan dengan kata lain, maka makin kaburlah pengarahan itu,
”Angsa Tomi menggigit adik saya”, “Unggas Tomi menggigit adik saya”, “Binatang itu menggigit adik saya”.
Dengan demikian,
semakin khusus sebuah kata atau istilah, semakin dekat titik persamaan atau pertemuan yang dapat dicapai antara penulis dan pembaca;
sebaliknya semakin umum sebuah istilah, semakin jauh pula titik pertemuan antara penulis dan pembaca.
Sebuah istilah atau kata yang umum dapat mencakup sejumlah istilah yang khusus. Misalnya;
kata merah merupakan sebuah istilah yang umum. Sebagai suatu istilah yang umum kata ini mencakup sejumlah istilah yang lebih khusus seperti: merah darah, merah lembayung, merah tua, merah padam, merah menyala, merah mawar, merah jambu, merah muda, dan sebagainya.
Dalam ilmu semantik, kata umum yang mencakup sejumlah istilah khusus ini disebut superordinat sedangkan istilah-istilah khusus yang dicakupnya disebut hiponim (lihat bahasan Hiponimi).
***





Gabung dalam percakapan